Ancaan adalah acara[1] yang digelar di Desa Kadliangu Kabupaten Demak. Ancaan biasa diadakan setelah menjalankan salat Idul Adha atau tanggal 10 zulhijah.

Etimologi sunting

Tradisi Ancaan dalam masyarakat Demak, berasal dari kata Bancaan yang artinya tasyakuran.

Acara sunting

Menjelang malam Idul Adha diadakan ritual penjamasan dua pusaka peninggalan Sunan Kalijaga, berupa Keris Kiai Cerubug dan Rompi Kotang Ontokusumo, dan penjamasan pusaka peninggalan wali ini, biasa dilakukan setelah menjalankan salat Idul Adha atau tanggal 10 zulhijah, sebelum jadi rebutan warga, sebanyak 350 tumpeng nasi ancakan, yang berisi, nasi, sayur gudangan, ikan asin dan seiris daging kecil, terlebih dahulu didoakan keluarga trah Sunan Kalijaga yang akan melakukan penjamasan kedua pusaka berupa keris Kiai Cerubug dan Rompi Kotang Ontokusumo, usai pembagian nasi ancaan, keluarga trah Sunan Kalijaga, yang dipimpin oleh ketua pemangku adat melakukan ziarah ke makam Sunan Kalijaga, sebelum keesokan harinya menjalankan salat Idul Adha dan penjamasan kedua pusaka tersebut,

Mitos sunting

Ribuan masyarakat Demak, berebut nasi ancakan (nasi pada perayaan ancaan) yang disediakan oleh keluarga trah Sunan Kalijaga, nasi ancakan merupakan nasi tumpeng yang dibungkus daun jati berisi sayur gudangan dan seiris daging yang disediakan untuk warga, Meski doa belum usai dipanjatkan, ribuan warga yang hadir dalam tradisi ancaan penjamasan pusaka Sunan Kalijaga, yang digelar oleh lembaga adat kadilangu di kabupaten Kemak, langsung menyerbu ratusan nasi tumpeng di halaman gedung pangeran wijil Kadliangu Demak, sejumlah orang tua, maupun anak muda berebut nasi tumpeng yang dibungkus dengan daun jati dan diletakkan di atas ancak bambu tersebut, bagi masyarakat, nasi ancaan tersebut memiliki berkah, terutama bagi para petani maupun peternak.

Referensi sunting

  1. ^ manteb.com/berita/22407/Rebutan.Nasi.Ancakan

Pranala luar sunting