Amelia Dyer

Pembunuh berantai Inggris

Amelia Elizabeth Dyer née Hobley (1838 – 10 Juni 1896) adalah pembunuh peternakan bayi yang paling terkemuka pada masa Inggris era Victoria.[1][2] Ia diadili dan dihukum gantung atas tuduhan pembunuhan, tetapi tidak diragukan lagi bahwa ia bertanggung jawab atas banyak kematian sejenis[3]-kemungkinan sekitar 400 atau lebih–selama sekitar 20 tahun.[4]

Amelia Dyer
Amelia Dyer
Lahir1838
Pyle Marsh, Bristol, Inggris
Meninggal10 Juni 1896 (umur 58)
Penjara Newgate, London, Inggris
Nama lainSeveral

Latar belakang sunting

Tidak seperti kebanyakan generasinya, Amelia Dyer bukanlah buah dari kemiskinan yang merajalela. Dia lahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara (dengan tiga saudara laki-laki, Thomas, James, dan William, serta seorang saudara perempuan) di sebuah desa kecil di Rawa Pyle,[2] timur Bristol, anak dari pembuat sepatu kondang, Samuel Hobley, dan Sarah Hobley. Ia belajar membaca dan menulis dan mengembangkan kecintaannya atas literatur dan puisi.[5] Namun, masa kecilnya yang berlimpah harta dirusak oleh penyakit mental yang diidap ibunya yang disebabkan oleh tifus. Amelia menyaksikan tabiat ibunya yang merusak dan terpaksa harus merawatnya hingga wafat pada tahun 1848. Peneliti kemudian berkomentar bahwa hal ini memiliki dampak psikologis bagi Amelia, dan juga menjadi apa yang akan mengajari Amelia mengenai tanda-tanda yang melingkupi mereka yang tampak mengidap penyakit jiwa lewat penyakit.[3]

Setelah kematian ibunya, Amelia tinggal bersama seorang bibi di Bristol untuk beberapa waktu, sebelum mengikuti program magang dengan seorang pembuat korset. Ayahnya meninggal pada tahun 1859, dan kakak sulungnya, Thomas, mewarisi usaha sepatu keluarganya. Pada tahun 1861, saat berusia 24 tahun, Amelia menjadi terasing secara permanen dari setidaknya salah satu saudara laki-lakinya, James, dan pindah ke tempat-tempat penginapan di Trinity Street, Bristol.[2] Di sana, ia menikahi George Thomas. George berusia 59 tahun dan keduanya berbohong mengenai usia mereka masing-masing pada sertifikat pernikahan untuk mengurangi celah usia. George mengurangi 11 tahun dari umur sebenarnya, dan Amelia menambahkan 6 tahun dari usia sebenarnya – banyak sumber kemudian memberitakan bahwa umur ini adalah fakta, menyebabkan banyak kebingungan.

Kejuru-rawatan sunting

Selama beberapa tahun, setelah menikahi George Thomas, Amelia menjalani pelatihan kejuru-rawatan, sebuah pekerjaan yang sangat meletihkan pada era Victorian, tetapi dilihat sebagai suatu pekerjaan yang cukup dihormati, dan membuatnya mendapatkan kemampuan-kemampuan yang berguna. Lewat hubungan dengan seorang bidan, Ellen Dane, Amelia mempelajari cara mudah mendapatkan uang – dengan menggunakan rumahnya sendiri untuk menyediakan penginapan-penginapan bagi wanita-wanita muda yang hamil secara tidak sah dan kemudian mengambil bayi-bayinya untuk diadopsi atau membiarkan mereka untuk mati akibat kelaparan dan malagizi. (Ellen Dane kemudian dipaksa untuk pergi ke Amerika Serikat, sesaat setelah menemui Amelia, untuk kabur dari perhatian pihak berwenang.) Ibu-ibu yang tidak menikah pada era Inggris Victorian sering kali berjuang untuk mendapatkan pemasukan, sejak Undang-Undang Kemiskinan 1834 telah mencabut semua kewajiban keuangan dari ayah-ayah anak tidak sah ini, memaksa mereka untuk mengasuh anak-anak ini di tengah masyarakat yang melihat orang tua tunggal dan anak tidak sah sebagai suatu hal yang tercela. Hal ini mengakibatkan munculnya praktik peternakan bayi di mana individu-individu berperan sebagai agen perawat dan adopsi, dengan pembayaran berkala atau sekali pembayaran di awal sebagai balas jasanya. Banyak usaha yang diatur untuk mengambil dan merawat ibu-ibu muda ini sampai mereka melahirkan. Ibu-ibu ini kemudian meninggalkan anak-anak mereka yang tidak diinginkan untuk diurus sebagai “anak perawat". Keberadaan dan keterlibatan orang tua sering kali dimanfaatkan demi keuntungan finansial: jika sang bayi berasal dari orang tua berada yang hanya sekadar cemas dan menginginkan rahasianya terjaga, biaya penitipan tunggal bisa mencapai £80. Harga ini masih bisa dinegosiasikan sampai serendah £50 jika ayah sang bayi ingin menutup-nutupi sendiri keterlibatannya. Namun, sudah menjadi hal yang lazim untuk wanita-wanita miskin, yang “amoralitasnya” bahkan menghalanginya untuk diterima ke panti-panti sosial. Wanita-wanita semacam ini di tagih biaya sebesar £5. Para penjaga terpaksa membuat bayi-bayi ini kelaparan, untuk menyimpan uang atau bahkan untuk mempercepat kematian. Bayi-bayi yang berisik dan penuntut dapat ditenangkan dengan alkohol dan/atau opium yang dapat dengan mudah ditemukan. ‘’Godfrey’s Cordial’’ – dikenal dalam bahasa sehari-hari sebagai “Sahabat ibu”, (sirup yang mengandung opium) – adalah salah satu pilihan populer, tetapi pilihan-pilihan lain yang serupa juga tersedia. Banyak bayi-bayi yang mati sebagai hasil dari praktik yang meragukan ini: “Opium membunuh jauh lebih banyak lewat kelaparan daripada secara langsung lewat overdosis.” Dr. Greenhow, yang melakukan investigasi untuk Privy Council, mencatat bagaimana anak-anak “dirawat pada kondisi narkotisme berkelanjutan yang membuat mereka segan untuk makan, dan akan diberi nutrisi secara tidak sempurna.” Kematian akibat malagizi berat menjadi akibatnya, tetapi koroner sering kali mencatat kematian semacam ini sebagai “ ‘kelemahan sejak lahir,’ atau ‘kekurangan air susu ibu,’ atau hanya ‘kelaparan’ saja.” Ibu-ibu yang memilih untuk mengklaim kembali atau hanya memeriksa kesejahteraan mereka sering kali menghadapi kesulitan, tetapi kebanyakan hanya terlalu takut atau malu untuk melaporkan adanya tindak kriminal ke pihak kepolisian. Bahkan pihak kepolisian sering kali menghadapi kesulitan mencari jejak anak-anak yang dilaporkan menghilang. Inilah dunia yang dibukakan bagi Amelia oleh Ellen Danes yang kini telah pergi. Amelia harus meninggalkan dunia kejuru-rawatannya setelah kelahiran putrinya, Ellen Thomas. Pada tahun 1869, George Thomas meninggal dan Amelia membutuhkan pemasukan.

Pembunuhan sunting

Amelia tampaknya ingin mencoba membuat uang dari bisnis peternakan bayi, dan disamping merawat ibu-ibu hamil, ia mengiklankan jasa perawatan dan adopsi bayi, dengan bayaran sekali di awal dan pakaian yang layak bagi bayi-bayinya. Dalam iklan dan pertemuannya dengan berbagai klien, dia meyakinkan para klien bahwa ia adalah seorang yang terhormat, menikah, dan bahwa ia akan menyediakan rumah yang aman dan penuh cinta bagi para bayi.

Pada sebuah titik pada karier peternakan bayinya, Amelia siap untuk menghilangkan biaya dan ketidaknyamanan dari membiarkan anak-anak untuk mati lewat pengabaian dan kelaparan; segera setelah ia menerima bayinya, ia membunuh mereka, dengan demikian memampukan dia untuk menyimpan sebagaian besar atau semua biaya untuk dirinya sendiri.

Untuk beberapa waktu, Dyer menghindari kepentingan polisi dan pemeriksa dari badan baru NSPCC. Ia kemudian ditangkap pada tahun 1879 setelah seorang dokter curiga mengenai jumlah kematian bayi yang besar yang berada di dalam pengawasan Dyer.Namun, alih-alih didakwa atas tuduhan pembunuhan, Amelia justru dihukum kerja paksa enam bulan atas dakwaan pengabaian . Pengalaman ini diperkirakan hampir merusak kondisi jiwanya, meskipun banyak pihak tidak percaya atas kelonggaran hukuman yang didapatkan Amelia ketika dibandingkan dengan mereka yang dihukum untuk tindak kriminal yang lebih ringan pada waktu itu.

Setelah dibebaskan, Amelia mencoba kembali ke karier kejuru-rawatannya. Ia sempat dikirim ke rumah sakit jiwa karena ia diperkirakan mengalami gejolak mental yang mengarah pada kecenderungan untuk bunuh diri; ini agaknya bertepatan dengan waktu ketika Amelia merasa nyaman untuk “menghilang”. Menjadi seorang juru-rawat bekas penghuni rumah sakit jiwa, Amelia tahu bagaimana cara berperilaku yang dapat menjamin kondisi yang relatif nyaman sebagai seorang penghuni RSJ. Dyer tampaknya mulai menyalahgunakan alkohol dan produk-produk berbasis opium pada awal karier pembunuhannya; ketidakstablian mental bisa jadi berhubungan dengan penyalahgunaan obat-obatan ini. Pada tahun 1890, Dyer mengurus bayi ilegal seorang guru. Ketika ia kembali untuk menjenguk anaknya, Si Guru segera curiga dan membuka baju bayi tersebut untuk melihat tanda lahir yang ada di pinggulnya. Tanda lahir itu tidak ada, dan kecurigaan yang berkepanjangan dari pihak yang berwajib membuat Dyer mengidap, atau berpura-pura mengidap, gangguan jiwa. Dyer pernah pada suatu hari meminum dua botol laudanum dalam suatu usaha percobaan bunuh diri yang cukup serius, tetapi penyalahgunaan berkepanjangan telah membuatnya imun terhadap produk-produk opium, sehingga ia selamat.

Tak pelak, ia kembali ke bisnis peternakan bayi, dan membunuh. Dyer sadar atas kesalahannya melibatkan dokter untuk menerbitkan serifikat kematian dan mulai membuang mayat-mayatnya sendiri. Sifat genting dan luasnya kegiatan pembunuhan Dyer mengundang perhatian yang tidak diinginkan; ia mewaspadai perhatian polisi – dan orang tua yang mencoba mengklaim kembali anak-anak mereka. Ia dan keluarganya sering kali berpindah tempat ke kota-kota lain untuk menghindari kecurigaan, mendapatkan anonimitas kembali – dan untuk membangun usaha baru. Dalam beberapa tahun, Dyer menggunakan banyak nama alias.

Pada tahun 1893, Dyer dipecat dari tempat kerjanya yang terakhir yaitu pekuburan RSJ Wells. Tidak seperti “gangguan-gangguan mental” sebelumnya, gangguan mental yang diidapnya kali ini mengundang paling banyak tentangan para ahli dan Dyer tidak pernah lagi masuk ke RSJ manapun. Dua tahun kemudian, Dyer pindah ke Caversham, Berkshire, ditemani oleh teman yang tidak dicurigai oleh polisi, Jane “Granny” Smith, yang oleh Amelia direkrut dari pertemuan singkat di panti sosial, dan anak serta menantunya, Mary Ann (lebih dikenal sebagai Polly) dan Arthur Palmer. Perpindahan ini diikuti dengan perpindahan ke Kensington Road, Reading, Berkshire pada akhir tahun yang sama. Smith dibujuk oleh Dyer untuk disebut sebagai ‘ibu’ di depan wanita-wanita tak berdosa saat memberikan anaknya. Ini merupakan usaha untuk menunjukkan gambaran anak-ibu yang peduli.

Studi kasus: pembunuhan Doris Marmon sunting

Pada bulan Januari 1896, Evelina Marmon, seorang gadis bar terkenal berusia 25 tahun, melahirkan seorang anak ilegal bernama Doris di sebuah rumah bordil di Cheltenham. Ia segera menawarkan anaknya untuk diadopsi dan menerbitkan sebuah iklan di bagian “Serba-serbi” koran ‘’Bristol Times & Mirror’’. Iklan berbunyi: “Dicari, wanita terhormat untuk mengurus seorang anak kecil.” Marmon bermaksud untuk kembali bekerja dan berharap agar suatu saat ia dapat mengklaim kembali anaknya.

Secara tidak sengaja, disamping iklannya sendiri, terdapat sebuah iklan yang berbunyi: “Pasangan suami istri tanpa anak ingin mengadopsi anak yang sehat, rumah bagus di daerah pedesaan. Kondisi berlaku, £10”. Marmon menanggapi iklan tersebut dan terhubung dengan seorang “Ny. Harding“, dan beberapa hari kemudian ia menerima balasan surat dari Dyer. Dari Oxford Road di Reading, “Ny. Harding” menulis bahwa “Saya akan sangat senang untuk bisa memiliki seorang bayi yang cantik, bayi yang dapat saya rawat dan saya sebut sebagai anak saya sendiri.” Dyer melanjutkan: “Kami sederhana, orang rumahan, dan dalam kondisi yang cukup baik. Saya tidak ingin mengambil anak untuk kepentingan uang semata, tetapi untuk sebagai teman dan kenyamanan di rumah. … Saya sendiri dan suami saya sangat menginginkan hadirnya seorang anak. Saya tidak memiliki anak. Seorang anak yang tinggal bersama saya akan memiliki rumah yang baik dan kasih sayang seorang ibu.

Evelina Marmon ingin membayar biaya mingguan yang lebih terjangkau, tetapi “Ny. Harding” memaksa agar uang pembayarannya diberikan sekali di depan. Marmon sedang putus asa, jadi ia dengan ogah-ogahan setuju untuk membayar £10, dan seminggu kemudian, “Ny. Harding” sampai di Cheltenham.

Marmon agaknya terkejut dengan usia dan perawakan Dyer yang cukup tua, tetapi Dyer tampak sangat menyayangi Doris. Evelina menyerahkan anaknya, sekotak pakaian, dan kemudian £10. Masih cukup sedih setelah menyerahkan anaknya, Evelina menemani Dyer ke stasiun Cheltenham dan kemudian menuju Gloucester. Marmon kembali ke penginapannya sebagai “wanita patah hati”. Beberapa hari kemudian, ia menerima surat dar “Ny. Harding” yang menyatakan bahwa semuanya baik-baik saja; Marmon membalas surat itu, tetapi tidak menerima balasan apapun.

Dyer tidak pergi ke reading seperti yang dikatakannya kepada Marmon. Ia justru pergi ke 76 Mayo Road, Wilesden, London di mana putrinya yang berusia 23 tahun, Polly, tingga;. Di sana, Dyer segera menemukan selotip putih yang biasa dipakai pada tata busana, mengalungkannya dua kali di sekeliling leher Doris dan kemudian mengkatnya. Kematian tidak akan datang segera. (Amelia di kemudian hari menyatakan “Saya dulu suka melihat mereka dengan selotip di sekeliling lehernya, tetapi kemudian selotip itu segera merenggut nyawa mereka.

Kedua wanita diduga membantu Dyer untuk membalut mayat Doris dalam sebuah serbet. Mereka menyimpan beberapa pakaian yang telah dikemas oleh Marmon; sisanya dijual ke took barang bekas. Dyer membayar uang sewa ke induk semang mereka, dan memberikannya sepatu Doris sebagai hadiah untuk anaknya. Keesokan harinya, Rabu, 1 April 1896, anak lainnya bernama Harry Simmons, dibawa ke Mayo Road. Namun, tanpa adanya sisa selotip yang tersedia, selotip di sekitar leher Doris diambil kembali, lalu digunakan untuk mencekik anak berusia 13 bulan tersebut.

Pada tanggal 2 April, kedua mayat tersebut ditumpuk di sebuah tas karpet, ditambah dengan bata untuk menambah beban. Dyer kemudian bergerak menuju Reading. Pada dua tempat terpisah yang ia kenal dengan baik di dekat sebuah dam di Caversham Lock, Dyer memaksa menceburkan tas karpet tersebut lewat tepi pagar ke Sungai Thames.

Kejatuhan Dyer sunting

Penemuan mayat sunting

Tanpa sepengetahuan Dyer, pada tanggal 30 Maret 1896, sebuah balutan diangkat dari Sungai Thames di Reading oleh seorang pengayuh tongkang. Balutan tersebut berisi seorang bayi perempuan, kemudian dikenal sebagai Helena Fry. Dalam sebuah kelompok detektif kecil yang tersedia bagi Kepolision Reading Borough yang diketuai oleh George Tewsley, Detektif Anderson membuat sebuah penemuan penting. Selain menemukan sebuah label dari stasiun Temple Meads, Bristol, dia juga melakukan analisis mikroskopik atas kertas pembalut paket tersebut, dan menemukan nama samaran - Mrs Thomas - dan sebuah alamat.

Bukti ini sudah cukup kuat bagi polisi untuk mencari Dyer, tetapi mereka masih belum dapat menemukan bukti kuat yang secara langsung menghubungkan Dyer dengan tindakan kriminal serius. Bukti tambahan yang didapatkan dari para saksi mata, dan informasi yang didapatkan dari kepolisian Bristol hanya membuat mereka meningkatkan kewaspadaannya. Informasi intelijen selanjutnya memperingatkan kepolisian bahwa Dyer akan langsung melarikan diri jika ia mencurigai bahwa samarannya terungkap. Para perwira memutuskan untuk menggunakan seorang wanita muda sebagai pengalih, berharap bahwa ia mampu membuat pertemuan dengan Dyer untuk mendiskusikan layanannya. Ini mungkin telah direncanakan sebelumnya untuk membantu para detektif menghubungkan Dyer secara positif dengan bisnisnya, atau mungkin direncanakan untuk memberikan kepolisian kesempatan untuk menangkapnya.

Kemudian, terungkap bahwa Dyer menantikan klien barunya (si pengalih) untuk menelepon, tetapi alih-alih ia melihat para detektif menunggu di depan pintu rumahnya. Pada tanggal 3 April (Jumat Agung), polisi menyerbu ru,ahnya. Mereka tampaknya kaget dengan bau bangkai manusia yang telah membusuk meskipun tidak ditemukan satu pun bangkai manusia. Namun, disana banyak ditemukan bukti-bukti yang terkait, termasuk selotip putih, telegram yang berkaitan dengan rencana adopsi, tiket lelang untuk pakaian anak, nota pembayaran iklan, dan beberapa surat dari para ibu yang menanyakan kondisi masing-masing anak yang mereka titipkan.

Kepolisian menaksir bahwa dalam beberapa bulan terakhir saja, sedikitnnya dua puluh anak telah dititipkan kepada "Mrs. Thomas", yang ternyata adalah Amelia Dyer. Tampak pula bahwa Dyer sudah akan pindah rumah dalam waktu singkat, kali ini ke Somerset. Tingkat pembunuhan yang tinggi ini membuat para ahli menaksir bahwa Mrs Dyer mungkin, dalam jangka waktu beberapa dekade, telah membunuh lebih dari 400 bayi dan anak-anak, menjadikannya salah satu pembunuh paling banyak sepanjang masa, sekaligus menjadi pembunuh wanita terbanyak sepanjang masa.

Helena Fry, bayi yang diangkat dari Sungai Thames pada tangga; 30 Maret, telah diberikan kepada Dyer di stasiun Temple Meads pada tanggal 5 Maret. Pada malam hari pada hari yang sama, ia membawa pulang hanya sebuah parsel dengan bungkus berwarna coklat. Ia menyembunyikan parsel tersebut di dalam rumah namun, setelah tiga minggu, aroma mayat membusuk memaksanya untuk membuang bayi tersebut di sungai. Karena bayi tersebut tidak diberi pemberat dengan baik, bayi ini dapat ditemukan dengan mudah di sungai.

Amelia Dyer ditahan pada tanggal 4 April dan didakwa atas tuduhan pembunuhan. Menantunya, Arthur Palmer, didakwa atas tuduhan menjadi kaki tangan dalam usaha pembunuhan. Selama bulan April, Sungai Thames disisir dan enam mayat kembali ditemukan, termasuk Doris Marmon dan Harry Simmons - korban terakhir Dyer. Tiap bayi telah dicekik menggunakan selotip putih, yang kemudian dikatakannya kepada pihak kepolisian "cara Anda mengetahui bahwa itu adalah salah satu milik saya". Sebelas hari setelah memberikan bayinya kepada Dyer, Evelina Marmon, yang namanya telah muncul pada salah satu benda yang disimpan oleh Dyer, mengenali jasad putrinya.

Penyelidikan dan pengadilan sunting

Dalam penyelidikan resmi yang dilaksanakan atas kematian pada awal Mei, tidak ditemukan bukti apapun yang menunjukan bahwa Mary Ann atau Arthur Palmer telah berperan sebagai kaki tangan Amelia Dyer. Arthur Palmer dibebaskan setelah surat pengakuan yang diberikan oleh Amelia Dyer kepada pihak kepolisian. Di penjara Reading ia menulis:

Saya memohon dengan hormat agar Anda menunjukkan ini kepada pejabat pengadilan hari Sabtu tanggal 18 ini bahwa saya telah membuat pernyataan ini, karena saya mungkin tidak memiliki kesempatan lagi sehingga saya harus meredakan pikiran saya. saya mengerti dan merasa bahwa usia saya hanya tinggal hitungan hari saja, tetapi saya merasa bahwa adalah sebua hal yang tidak terpuji untuk melibatkan orang-orang yang tidak bersalah dalam pernyataan yang saya tahu harus saya pertanggungjawabkan di hadapan Pencipta di Surga atas kejahatan yang telah saya lakukan karena Tuhan Yang Mahakuasa-lah hakim saya di bumi dan di surga bahwa putri saya Mary Ann Palmer dan suaminya Alfred Ernest Palmer tidak terkait dengan semua pembunuhan tersebut, mereka tidak pernah tahu bahwa saya melakukan hal yang sangat terkutuk itu sampai semuanya sudah terlambat, saya nyatakan kebenaran dan hanya kebenaran sajalah yang saya harapkan untuk dimaafkan, saya sendiri dan hanya sayalah yang harus berdiri di muka Sang Pencipta di surga untuk memberikan sebuah jawaban dengan saya pula sebagai saksi, Amelia Dyer.

— 16 April, 1896[4]

Pada tanggal 22 Mei 1896, Amelia Dyer muncul di Old Bailey dan mengaku bersalah atas satu pembunuhan, yakni atas Doris Marmon. Keluarga dan teman-temannya bersaksi pada pengadilannya bahwa mereka telah menumbuhkan suatu kecurigaan dan ketidaknyamanan mengenai aktivitasnya, dan kemudian terkuat bahwa Dyer telah berhasil melarikan diri pada beberapa kesempatan. Bukti dari seorang pria yang telah melihat dan beberbicara kepada Dyer saat ia membuang dua jasad di Caversham Lock juga terbukti penting. Putirnya telah memberikan bukti nyata yang memastikan tuduhan Amelia Dyer.

Satu-satunya pembelaan yang diajukan oleh Dyer adalah ketidakwarasan: dia telah dua kali dikirim ke rumah sakit jiwa di Bristol. Namun, para penuntut sukses berargumen bahwa pertunjukan ketidakwarasannya dilakukan semata-mata untuk menghindarkan kecurigaan; keduanya dikatakan bertepatan dengan saat-saat ketika kejahatan Dyer mungkin terungkap.

Para juri hanya membutuhkan waktu empat setengah menit untuk menyatakan dirinya bersalah. Selama tiga minggu kurungan di sel penjara, ia mengisi lima buah buku tulis dengan "pengakuan jujur dan satu-satunya yang terakhir". Ketika dikunjungi dan ditanyakan pengakuannya oleh pendeta pada malam sebelum dieksekusi, ia memberikan pendeta itu bukunya tersebut dan berkata, "apa ini masih kurang?" Anehnya, ia diperintahkan untuk muncul sebagai saksi atas tuduhan pembunuhan yang dilakukan Polly, yang diatur satu minggu setelah eksekusinya sendiri. Namun, dinyatakan bahwa Amelia telah mati secara hukum saat sanksi dijatuhkan dan dengan demikian, bukti-bukti yang ia ajukan tidak lagi valid. Dus, eksekusinya tidak mengalami penundaan lagi. Pada malam sebelum ia dieksekusi, Amelia mendengar bahwa tuduhan atas Polly telah dicabut. Ia dihukum gantung oleh James Billington di penjara Newgate pada hari Rabu, tanggal 10 Juni 1896. Saat ditanyakan jika ia memiliki hal yang ingin dikatakan, Amelia berkata "Saya tidak punya apapun lagi untuk dikatakan", tepat sebelum ia digantung pada tepat pukul 9 pagi.

Jill The Ripper? sunting

Karena ia adalah seorang pembunuh yang hidup saat pembunuhan Jack the Ripper, beberapa orang mengira bahwa Amelia Dyer adalah Jack the Ripper yang membunuh tuna susila lewat aborsi yang sengaja digagalkan. Perkiraan ini diajukan oleh pengarang William Stewart, meskipun ia lebih memilih Mary Pearcey sebagai pelaku yang paling mungkin. Namun, pada akhirnya tidak terdapat satupun bukti yang menghubungkan Dyer kepada pembunuhan-pembunuhan Jack the Ripper.

Perkembangan lebih lanjut sunting

Jumlah bayi yang dibunuh Amelia Dyer tidaklah pasti. Namun, surat-surat dari para ibu, bukti-bukti yang diajukan saksi mata, dan barang-barang yang ditemukan di rumah Dyer, termasuk surat-surat dan baju-baju bayi, menunjukkan bahwa ia telah membunuh lebih banyak lagi.

Kasus Dyer menimbulkan skandal. Ia dikenal sebagi "Ogress dari Reading", dan ia menjadi inspirasi sebuah balada terkenal:

The old baby farmer, the wretched Miss Dyer
At the Old Bailey her wages is paid.
In times long ago, we'd 'a' made a big fy-er
And roasted so nicely that wicked old jade.[6]

Sesudah kasus Amelia Dyer ini terungkap, hukum adopsi dibuat lebih ketat, memberikan otoritas lokal kekuatan untuk mengawasi peternakan bayi dengan harapan meminimalisir tingkat pelanggaran.

Catatan kaki sunting

  1. ^ "'Baby Farming' – a tragedy of Victorian times.". Retrieved 2008-10-28
  2. ^ a b c Vale, Allison; Alison Rattle (2007). Amelia Dyer: Angel Maker, ISBN 978-0-233-00224-8
  3. ^ a b The Lady Killers (1998). Amelia Dyer, ITV series. Hosted by Martina Cole. Broadcast 2010-03-16.
  4. ^ a b Thames Valley Police Museum. Retrieved 2008-10-22 Diarsipkan 2008-12-26 di Wayback Machine.
  5. ^ "The baby butcher: One of Victorian Britain's most evil murderers exposed", Daily Mail, September 28, 2007, diakses tanggal 2008-10-21 
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Rose, Lionel 1986 p.161