Dalam Buddhisme Vajrayana, Akshobhya (Sanskerta untuk "Yang Tidak Tergerakkan") (Jepang: 阿閦如来 Ashuku nyorai; Tionghoa: 阿閦如来 āchùrúlái; Mongolia: Ködelüsi ügei) adalah satu dari Lima Buddha Kebijaksanaan, bagian dari Adibuddha, yang mewakili kesadaran sebagai sebuah aspek akan kenyataan. Ia berada di bagian timur dari Dunia Intan dan merupakan tuan dari Surga bagian Timur Abhirati ('Kesuka-citaan'), walaupun surga bagian barat Amitabha yang berseberangan dengan Akshobhya jauh lebih dikenal. Pendampingnya adalah Mamaki dan ia biasanya didampingi oleh dua ekor gajah. Warnanya adalah biru dan perlengkapannya termasuk lonceng, tiga juga dan sebuah tongkat, beserta dengan sebuah permata, teratai, roda doa dan sebilah pedang.

Akshobya
'The Dhyani Buddha Akshobhya', Tibetan thangka, late 13th century, Honolulu Academy of Arts. The background consists of multiple images of the Five Dhyani Buddhas.
SansekertaAkṣobhya
TionghoaA Jiu Rulai
JepangAshuku Nyorai
Mongoliaᠬᠥᠳᠡᠯᠦᠰᠢ ᠦᠭᠡᠢ
Хөдөлшгүй
Ködelüsi ügei
Information
Dimuliakan olehVajrayana
AtributYang Tidak Tergerakkan
ShaktiLocana

Asal usul sunting

Akshobhya tampil dalam "Naskah tanah-Buddha Akshobhya" (Scripture of the Buddha-land of Akshobhya; 阿閦佛國経 āchùfó guó jīng), yang berasal dari tahun 147 Masehi dan merupakan naskah tertua mengenai Tanah Suci. Berdasarkan naskah tersebut, seorang bhikkhu berharap untuk melakukan Dharma di dunia kegembiraan bagian timur dan bersumpah untuk tidak memikirkan kemarahan atau kebencian kepada mahluk lainnya hingga mencapai pencerahan. Pada akhirnya ia terbukti "tidak tergerakkan" dan ketika ia berhasil, ia menjadi Buddha Akshobhya.

Akshobhya sering kali disatukan dengan Acala (Jepang:不動明王 Fudō myō-ō), nama yang memiliki arti yang sama dalam bahasa Sanskerta yakni 'yang tidak tergerakkan'. Akan tetapi, Acala bukanlah seorang buddha, tetapi merupakan salah-satu dari Lima Raja Kebijaksanaan dari Alam Rahim di mazhab Vajrayana.

Sebelum kedatangan Bhaisajyaguru (Yakushi), Akshobhya lebih dikenal sebagai subyek pemujaan kecil akan buddha penyembuh, walaupun sekarang keduanya ditemukan dalam mazhab buddhisme Shingon di Jepang.

Akhir-akhir ini, baru ditemukan naskah Gandhari dari Pakistan di daerah Bajaur, potongan naskah dari Sutra Mahayana awal yang menceritakan Aksobhya. Penanggalan awal dengan paleografi menyatakan berkisar dari akhir abad pertama hingga awal abad kedua masehi. Penanggalan dengan menggunakan radiokarbon yang lebih lanjut sedang berlangsung. Analisis dan laporan lengkap akan naskah ini diperkirakan akan dipublikasikan akhir tahun 2008.

Ikonografi sunting

Akshobhya merupakan perwujudan 'pengetahuan cermin' (bahasa Sanskerta: Ādarśa-jñāna; merujuk kepada Panchajnana). Pengetahuan akan apa yang nyata, dan apa yang merupakan khayalan, atau pantulan dari sesuatu yang mirip dengan kenyataan sesungguhnya. Cermin tersebut adalah pemikiran itu sendiri - cerah seperti langit, kosong tetapi bercahaya. Memegang seluruh gambaran akan ruang dan waktu, tetapi tidak tersentuh olehnya. Ia menggambarkan pemikiran yang abadi, dan mazhab Vajrayana senantiasa berhubungan dengan alasan dan pengetahuan. Kecerdasannya menerangkan kebodohan yang gelap, ketajamannya memotong kekeliruan.

Mazhab Vajra, di mana Akshobhya berada, dihubungkan dengan elemen air. Oleh karenanya kedua warna dari Vajra tersebut adalah biru atau putih. Putih cemerlang seperti pantulan matahari dari air, dan biru, seperti dalamnya samudra. Bahkan jika permukaan samudra itu digerakkan oleh gemuruh ombak, kedalamannya tetap tidak tergerakkan. Dan walau air terkesan ringan dan tidak memiliki berat, pada kenyataannya air sangatlah berat. Air mengalir ke tempat yang lebih rendah dan berdiam disana. Ia mengikis bebatuan, tetapi secara lemah-lembut, tanpa kekerasan. Ketika beku, menjadi keras, tajam, dan jernih seperti kecerdasan, tetapi untuk mencapai potensi utuhnya, ia juga harus mencair dan dapat beradaptasi seperti aliran sungai. Hal-hal ini seluruhnya adalah kualitas esensi dari Akshobhya.

Banyak perwujudan kemurkaan mahluk tantrik diwakili dengan warna biru karena mereka menggambarkan energi kemarahan dan penyerangan, menjadi kebijaksanaan dan pencerahan.

Referensi sunting

  • Jordan, Michael, Encyclopedia of Gods, New York, Facts On File, Inc. 1993, pp. 9–10
  • Vessantara, Meeting the Buddhas, Windhorse Publications 2003, chapter 9

Pranala luar sunting