Agama Hawaii meliputi praktik religius dan kepercayaan penduduk asli Hawaii. Agama Hawaii berasal dari agama orang Tahiti dan penduduk Kepulauan Pasifik lainnya yang mendarat di kepulauan Hawaii antara tahun 500 hingga 1300 Masehi.[1] Saat ini, praktik keagamaan Hawaii dilindungi oleh American Indian Religious Freedom Act (Undang-Undang Kebebasan Beragama Penduduk Asli Amerika).[2]

Agama Hawaii bersifat politeistik karena memercayai banyak dewa, dan juga animistik karena berlandaskan pada kepercayaan bahwa benda-benda yang bukan manusia juga punya roh seperti hewan dan langit.

Kepercayaan sunting

Dewa-dewi sunting

Empat dewa terpenting dalam kepercayaan Hawaii yang politeistik adalah Kāne, , Lono, dan Kanaloa. Dewa-dewi penting lainnya adalah Laka, Kihawahine, Haumea, Papahānaumoku, dan Pele. Selain itu, setiap keluarga dianggap memiliki satu pelindung keluarga (atau lebih) yang disebut ʻaumakua.

Secara umum dewa-dewi Hawaii dapat dikelompokan sebagai berikut:[3]

  • Empat dewa (ka hā) – Kū, Kāne, Lono, Kanaloa
  • Empat puluh dewa laki-laki Kāne (ke kanahā)
  • Empat ratus dewa dan dewi (ka lau)
  • Banyak sekali dewa dan dewi (ke kini akua)
  • Roh (na ʻunihipili)
  • Pelindung (na ʻaumākua)

Pengelompokan lain meliputi:[4]

  • Empat dewa atau akua: Kū, Kāne, Lono, Kanaloa
  • Dewa-dewa lain yang lebih rendah atau kupua, masing-masing dikaitkan dengan profesi tertentu
  • Dewa keluarga, ʻaumakua

Kahuna dan Kapu sunting

Kahuna adalah tokoh yang menjadi perantara dengan para dewa. Kahuna juga berperan sebagai penyembuh, dan berbincang dengan para dewa mengenai cara terbaik untuk menyembuhkan pasien.

Sementara itu, kapu adlah serangkaian tabu yang membedakan mereka yang murni secara spiritual. Tabu ini diduga berasal dari Pāʻao, pemuka agama atau kepala suku dari Tahiti yang tiba di Hawaii sekitar tahun 1200.[5] Larangan-larangan dalam kapu meliputi:

  • Pemisahan laki-laki dan perempuan saat waktu makan ('ʻaikapu)
  • Pembatasan dalam pengumpulan dan persiapan makanan
  • Pemisahan perempuan dari masyarakat saat sedang menstruasi
  • Larangan melihat, menyentuh, atau mendekati kepala suku dan orang yang punya kekuatan spiritual
  • Larangan menangkap ikan secara berlebihan

Bila melanggar kapu, hukuman mati dapat diterapkan. Namun, bila pelanggar melarikan diri ke Pu'uhonua, kota pengungsi, mereka dapat diselamatkan.<ref

Sistem kapu dihapuskan oleh Raja Kamehameha II melalui undang-undang ʻai noa pada tahun 1819.

Catatan kaki sunting

  1. ^ Carroll, Bret (2000). The Routledge historical atlas of religion in America. Routledge. hlm. 18–19. ISBN 0-415-92131-7. 
  2. ^ Cornell.edu. "AIRFA act 1978". Diakses tanggal July 9, 2010. 
  3. ^ Gutmanis, June (1983). Na Pule Kahiko: Ancient Hawaiian Prayers. Editions Limited. hlm. 4–14. ISBN 0-9607938-6-0. 
  4. ^ Kauka, Jay. Religious Beliefs and Practices.
  5. ^ Pukui, Nana i ke Kumu: Look to the Source, Vol. II, 1972, hal. 296

Bacaan lanjut sunting