Adh-Dhahhak bin Qais
Abū Unais (atau Abū ʿAbdurraḥmān) Adh-Ḍhaḥḥak bin Qais al-Fihrī (meninggal 684) adalah seorang jenderal Umayyah dan Gubernur Damaskus pada masa kekuasaan Khalifah Muawiyah I, Yazid I, dan Muawiyah II. Walaupun ia awalnya setia kepada Umayyah, ia memihak kekhalifahan tandingan yang dibentuk oleh Abdullah bin Zubair setelah kematian Muawiyah II.
Adh-Dhahhak bin Qais | |
---|---|
Gubernur Damaskus | |
Masa jabatan 680–684 | |
Penguasa monarki | Muawiyah II (berkuasa 683–684) Yazid I (berkuasa 680–683) |
Gubernur Kufah | |
Masa jabatan 675–678 | |
Penguasa monarki | Muawiyah I (berkuasa 661–680) |
Pendahulu | Abdullah bin Khalid bin Asid |
Pengganti | Abdurrahman bin Ummul Hakam ats-Tsaqafi |
Informasi pribadi | |
Meninggal | 18 Agustus 684 Marj Rahith, dekat Damaskus |
Hubungan | Fatimah binti Qais (saudara perempuan) |
Anak | Abdurrahman |
Orang tua | Qais al-Fihri |
BiografiSunting
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Adh-Dhahhak bin Qais di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Adh-Dhahhak bin Qais al-Fihri adalah seorang kepala suku Fihr dari Suku Quraisy.[1][2] Ia berasal dari garis Banu Muharib bin Fihr.[3] Adh-Dhahhak adalah partisan Muawiyah bin Abu Sufyan, gubernur Syam, dan ia menjabat sebagai shāḥib as-syurṭhah (kepala pasukan keamanan atau pasukan terpilih). Muawiyah kemudian mengangkatnya menjadi gubernur Jund Dimasyq (distrik militer Damaskus). Pada tahun 656, Adh-Dhahhak mengalahkan Malik al-Asytar, seorang partisan Khalifah Ali di dataran antara Harran dan Ar-Raqqah, yang memaksa al-Asytar mundur ke Mosul. Pada Pertempuran Shiffin antara Muawiyah dan Ali, Adh-Dhahhak memimpin infanteri Syam. Dia kemudian dikirim melawan pendukung Ali di Hijaz, tetapi pasukannya yang berkekuatan 3.000 orang berhasil dihalau oleh salah satu jenderal Ali Hujr bin Adi al-Kindi.[4]
Muawiyah menunjuk Adh-Dhahhak sebagai gubernur Kufah pada tahun 673/74 atau 674/75, tetapi ia dipecat dari jabatannya tiga atau empat tahun kemudian. Ketika Muawiyah berada di ranjang kematiannya pada tahun 680, dia mengangkat Adh-Dhahhak dan Muslim bin Uqbah sebagai wakilnya dan memerintahkan mereka untuk mengamankan suksesi putranya Yazid I. Adh-Dhahhak memimpin salat jenazah Muawiyah dan membantu memastikan aksesi Yazid; pada gilirannya, yang terakhir mengukuhkan Adh-Dhahhak sebagai gubernur Jund Dimasyq. Yazid meninggal pada tahun 683 dan digantikan oleh putranya Muawiyah II, yang jatuh sakit parah beberapa minggu kemudian. Sebelum meninggal, Muawiyah memilih Adh-Dhahhak untuk menjadi imam salat di Damaskus untuk menggantikannya sampai khalifah baru diangkat.[4]
Dalam kekacauan berikutnya setelah kematian Muawiyah II, yang tidak memiliki pengganti yang cocok, al-Dahhak diam-diam membelot ke Abdullah bin Zubair. Yang terakhir adalah kepala kekhalifahan saingan Bani Umayyah yang berbasis di Mekah. Adh-Dhahhak kemudian secara terbuka menyatakan dukungan kepada Ibnu Zubair, yang tidak hanya mengakui jabatannya sebagai gubernur Damaskus, tetapi juga memberinya wewenang atas gubernur Hims dan Qinnasrin yang pro-Ibnu Zubair. Setelah itu, seorang jenderal Umayyah, Ubaidillah bin Ziyad, mengusulkan agar Adh-Dhahhak menjadi kepala suku Quraisy dan membujuknya untuk kembali mendukung pihak Umayyah. Adh-Dhahhak awalnya menerima ajakan Ubaidillah akan tetapi karena pendukungnya tetap mendukung Ibnu Zubair, ia kemudian tetap pada pendapatnya mengingat tidak ada khalifah dari garis keturunan Umayyah yang sesuai. Sementara itu, Ubaidillah, dengan dukungan pendukung lama Muawiyah, seperti Ibnu Bahdal dari Banu Kalb dan para kepala suku Qudha'ah dan Yaman, mengajukan pemuka Umayyah Marwan bin al-Hakam sebagai calon khalifah mereka.[4]
Adh-Dhahhak meninggalkan Damaskus untuk memimpin suku Qais pro-Ibnu Zubair di dataran Marj Rahith, sebelah utara Damaskus. Sementara itu, Ubaidillah memasuki kota dan membuat Marwan diakui sebagai khalifah baru dalam salat Jumat.[4]
Marwan dan pendukungnya, terutama Banu Kalb, kemudian menghadapi pasukan Adh-Dhahhak. Dalam Pertempuran Marj Rahith selama dua puluh hari berikutnya pada akhir tahun 684, Adh-Dhahhak terbunuh dan pasukannya dikalahkan secara meyakinkan. Salah satu putranya, Abdurrahman, kemudian kembali memihak Bani Umayyah dan menjabat sebagai gubernur Madinah di bawah Khalifah Yazid II (r. 720–744). Beberapa bangunan yang terkait dengan Adh-Dhahhak bertahan berabad-abad kemudian setelah kematiannya, termasuk rumah dan pemandiannya di Damaskus yang dicatat oleh sejarawan abad ke-12 Ibnu Asakir dan sebuah masjid di dinding selatan Istana Damaskus yang diakui oleh sejarawan abad ke-16 al-Almawi.[5]
RujukanSunting
KutipanSunting
- ^ Donner 1981, hlm. 182.
- ^ Theophilius of Edessa 2011, hlm. 175 n. 461.
- ^ Ibnu Abdu Rabbih 2011, hlm. 234.
- ^ a b c d Dietrich 1965, hlm. 89.
- ^ Dietrich 1965, hlm. 90.
Daftar pustakaSunting
- Dietrich, A. (1965). "Al-Dahhak ibn Kays al-Fihri". Dalam Lewis, B.; Pellat, Ch.; Schacht, J. The Encyclopedia of Islam, New Edition, Volume II: C–G. Leiden: E. J. Brill. hlm. 89–90. ISBN 90-04-07026-5.
- Donner, Fred M. (1981). The Early Islamic Conquests. Princeton: Princeton University Press. ISBN 978-1-4008-4787-7.
- Ibnu Abdu Rabbih (2011). Boullata, Emeritus Issa J., ed. The Unique Necklace, Volume III. Reading: Garnet Publishing Limited & Southern Court. ISBN 978-1-85964-240-5.
- Theophilus of Edessa (2011). Hoyland, Robert G., ed. Theophilus of Edessa's Chronicle and the Circulation of Historical Knowledge in Late Antiquity and Early Islam. Liverpool: Liverpool University Press. ISBN 978-1-84631-697-5.