Kabupaten Aceh Utara

kabupaten di Indonesia, di pulau Sumatera
(Dialihkan dari Aceh Utara)

5°0′N 97°12′E / 5.000°N 97.200°E / 5.000; 97.200

Kabupaten Aceh Utara
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawoe/Jawiاچيه باروﺡ
 • Alfabet AcehAcèh Barôh
Kantor Bupati Aceh Utara di Lhoksukon
Kantor Bupati Aceh Utara di Lhoksukon
Lambang resmi Kabupaten Aceh Utara
Julukan: 
Peta
Peta
Kabupaten Aceh Utara di Sumatra
Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara
Peta
Kabupaten Aceh Utara di Indonesia
Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara (Indonesia)
Koordinat: 4°55′00″N 97°00′00″E / 4.9167°N 97°E / 4.9167; 97
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Tanggal berdiri24 November 1956[1]
Dasar hukumUU No. 10 Tahun 2024[1]
Hari jadi7 September 1226[2]
Ibu kotaLhoksukon
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiMahyuzar Reuby (Pj.)
 • Wakil Bupatilowong
 • Sekretaris DaerahDayan Albar (Pj.)
 • Ketua DPRDArafat Ali
Luas
 • Total3.296,86 km2 (1,272,92 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[4]
 • Total627.543
 • Kepadatan190/km2 (490/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 99,95% Islam
  • 0,01% Buddha[4]
 • BahasaIndonesia, Aceh
 • IPMKenaikan 72,50 (2023)
 tinggi [5]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
24xxx
Kode BPS
1111 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 645
Pelat kendaraanBL xxxx K**/Q*
Kode Kemendagri11.08 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 2.339.452.690.669-[6]
PADRp 358.698.548.452-
DAURp 911.862.322.000- (2021) [7]
Situs webacehutarakab.go.id

Aceh Utara (bahasa Aceh: Jawoe/Jawi: اچيه باروﺡ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Aceh, Indonesia.[3][8] Ibu kota kabupaten ini dipindahkan dari Lhokseumawe ke Lhoksukon, menyusul dijadikannya Lhokseumawe sebagai kota otonom. Jumlah penduduk Aceh Utara pada akhir tahun 2023 sebanyak 627.543 jiwa.[4]

Geografi

sunting

Wilayah Aceh Utara memiliki topografi wilayah yang sangat bervariasi, dari daerah dataran rendah yang luas di utara memanjang barat ke timur hingga daerah pegunungan di selatan. Ketinggian rata-rata wilayah Aceh Utara adalah 125 m. Jalan lintas timur Sumatra melintasi wilayah dataran rendah sehingga menjadikan wilayah rendah ini menjadi kawasan yang lebih berkembang secara ekonomi dibanding wilayah selatan yang ada dipedalaman.

Pada wilayah dataran rendah lebih sering dilanda banjir ketika curah hujan tinggi di selatan, salah satu wilayah yang menjadi daerah banjir kiriman dari selatan adalah kecamatan Lhoksukon, Matangkuli, Pirak, Samudera, Lapang, Tanah Luas, Tanah Pasir dan Meurah Mulia. Luapan dari sungai Keureutoe dan Sungai Pasee menjadi momok tahunan bagi masyarakat Aceh Utara di kecamatan-kecamatan tersebut.[9]

Wilayah dataran rendah didominasi oleh lahan pertanian berupa persawahan dan permukiman penduduk, dipesisir terdiri dari tambak perikanan air asin sementara di wilayah dataran tinggi lahan perkebunan yang mulai digarap secara meluas oleh masyarakat. Potensi pertanian di Aceh Utara masih belum bisa diandalkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dikarenakan sistem pengairan persawahan masih mengandalkan irigasi tradisional dan sebagiannya malah masih berupa sawah tadah hujan.[10]

Dibidang perkebunan sendiri Aceh Utara memiliki perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara I yang mengelola lahan perkebunan kelapa sawit pada areal seluas 46.377 ha, karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha. Selain penanaman komoditas pada areal sendiri + inti, PTPN I juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari areal kelapa sawit 6.714 dan karet 10.118 ha. Pada awalnya PTPN I ini juga mengelola perkebunan tebu yang diproduksi menjadi gula di pabrik gula Cot Girek, tetapi pabrik tersebut tidak beroperasi lama hingga pada akhirnya dikonversi menjadi pabrik pengolahan kelapa sawit.[11]

Batas wilayah

sunting
Utara Selat Malaka dan Kota Lhokseumawe
Timur Kabupaten Aceh Timur
Selatan Kabupaten Bener Meriah
Barat Kabupaten Bireuen

Sejarah

sunting

Aceh Utara sekarang menempati bekas wilayah Kerajaan Islam Samudera Pasai. Kesultanan Pasai menurut beberapa pendapat disebutkan sebagai kerajaan pertama yang mengadopsi sistem kerajaan Islam di Nusantara. Kesultanan Pasai mengalami lebih kurang 300 tahun masa jaya hingga kedatangan penjelajah dari Eropa yang menyerang kesultanan itu hingga hampir tak bersisa. Sedikit saja dari jejak sejarah kebesaran Kesultanan Pasai yang masih kita jumpai saat ini. Situs sejarah Kesultanan Samudera Pasai yang paling menonjol adalah kompleks makam Sultan Malikussaleh dan Makam Sultanah Nahrasiyah yang berlokasi di pesisir kecamatan Samudera sekarang. Pada masa lalu sering kali artefak sejarah berupa koin uang emas ditemukan terpendam berserakan di tanah pada bekas pertapakan ibu kota Kesultanan Pasai masa lampau, tetapi kini penemuan ini sudah jarang terjadi.[12]

Ketika Belanda menginvasi Aceh dan berhasil menegakkan pemerintahan kolonial pada 1904, Aceh Utara ditetapkan sebagai sebuah (Kabupaten) Afdeeling yang dipimpin oleh Asisten Residen. Wilayah yang luas ini dinamakan sebagai Afdeeling Noord Kust Van Aceh (Kabupaten Aceh Utara). Afdeeling ini dibagi dalam 3 onderafdeeling (Kewedanaan) yang dikepalai seorang Countroleur (Wedana) yaitu: Onder Afdeeling Bireuen, Onder Afdeeling Lhokseumawe dan Onder Afdeeling Lhoksukon. Disamping itu pemerintah Hindia Belanda juga menetapkan beberapa Daerah Kekuasaan Ulee Balang yang memiliki pemerintahan sendiri terhadap daerah dan rakyatnya. Daerah ini dinamakan sebagai Zelf Bestuur yaitu Selain Onder Afdeeling tersebut di Aceh Utara juga terdapat beberapa Daerah Ulee Balang (Zelf Bestuur) yang berhak memerintah sendiri terhadap daerah dan rakyatnya yaitu Ulee Balang Keureutoe, Geureugok, Jeumpa, dan Peusangan masing-masing Zelf Bestuur ini dipimpin oleh Ampon Chik.[13]

Setelah masa kemerdekaan wilayah pemerintahan Aceh Utara dipertahankan pada wilayah yang pernah ditetapkan oleh Belanda. Berdasarkan Undang Undang Nomor I tahun 1957 dan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 6 tahun 1959. Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Utara terbagi dalam 3 (tiga) Kewedanaan yaitu: Kewedanaan Bireuen terdiri atas 7 kecamatan, Kewedanan Lhokseumawe terdiri atas 8 Kecamatan, Kewedanaan Lhoksukon terdiri atas 8 kecamatan.[14]

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan wilayah, pertambahan penduduk dan semangat otonomi daerah pada tahun 1999 pada bekas kewedanaan Bireun ditetapkan menjadi Kabupaten Bireuen dan pada tahun 2001 Kota Lhokseumawe menyusul menjadi kotamadya yang baru lepas dari Kabupaten Aceh Utara.

Pemerintahan

sunting

Bupati

sunting
No Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Ket. Wakil Bupati
*   Mahyuzar Reuby
(Penjabat)
14 Juli 2023 Petahana [15] Lowong

Dewan Perwakilan

sunting

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Utara atau juga dikenal dengan DPRK Aceh Utara merupakan lembaga legislatif Unikameral yang menjadi mitra kerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Utara yang sebelumnya berada di Kota Lhokseumawe, sekarang dipindahkan ke induk Ibu kota Aceh Utara yang berada di Landing, Lhoksukon.[16][17]


Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Aceh Utara dalam tiga periode terakhir.[18][19]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019 2019–2024 2024–2029
PKB 1   1   3
Gerindra 1   4   2
Golkar 2   3   4
NasDem 5   4   3
PKS 0   3   1
Garuda (baru) 1
PAN 3   1   2
Demokrat 1   5   2
PPP 6   5   0
PNA 2   4   3
Partai Aceh 24   14   17
PAS (baru) 5
SIRA (baru) 1   2
Jumlah Anggota 45   45   45
Jumlah Partai 9   11   12

Kecamatan

sunting

Kabupaten Aceh Utara memiliki 27 kecamatan dan 852 gampong dengan kode pos 24313-24394 (dari total 289 kecamatan dan 6.497 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2019, jumlah penduduk di wilayah ini adalah 619.407 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 5.371.532) yang terdiri atas 262.101 pria dan 267.645 wanita (rasio 97,93). Dengan luas daerah 2.694,66 km² (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 56.770,81 km²), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 161 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²).[3][8]

Demografi

sunting

Komposisi penduduk berdasarkan etnis di Aceh Utara diisi oleh beberapa etnis yang terbesar adalah etnis Aceh, etnis Jawa, Gayo, Batak, dan Melayu. Mayoritas agama yang dianut adalah agama Islam hampir 99%, sedikit sekali non muslim dalam komposisi beragama masyarakat di Aceh Utara. Karena itu di wilayah Aceh Utara bahkan tidak menemukan satupun sarana rumah peribadatan selain masjid, musala dan meunasah.[20][21][22]

Pendidikan

sunting

Perguruan Tinggi di Aceh Utara

sunting

Ekonomi

sunting

Sebagian besar masyarakat Aceh Utara bekerja dibidang pertanian, tingginya angka pengangguran disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM membuat tidak banyak usaha jasa dan industri yang berkembang. Namun pada tahun 2017 Kabupaten Aceh Utara mendapat urutan pertama penduduk dengan tingkat kemiskinan di Aceh, yakni mencapai 118.740 jiwa.[29]

Kabupaten ini tergolong sebagai kawasan industri terbesar di provinsi ini dan juga tergolong industri terbesar di luar pulau Jawa, khususnya dengan dibukanya industri pengolahan gas alam cair PT Arun LNG di Lhokseumawe pada tahun 1974. Di daerah wilayah ini juga terdapat pabrik-pabrik besar lainnya: Pabrik Kertas Kraft Aceh, pabrik Pupuk AAF (Aceh Asean Fertilizer) dan pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM).

Dalam sektor pertanian, daerah ini mempunyai unggulan reputasi sendiri sebagai penghasil beras yang sangat penting. maka secara keseluruhan Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah Tingkat II yang paling potensial di provinsi dan pendapatan per kapita di atas paras Rp. 1,4 juta tanpa migas atau Rp. 6 juta dengan migas.[30]

Ladang gas dan minyak ditemukan di Lhokseumawe, ibu kota Aceh Utara sekitar tahun 1970-an. Kemudian, Aceh pun mulai didatangi para investor luar negeri yang tertarik pada sumber daya alamnya yang melimpah. Sejak saat itu, gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) yang diolah di kilang PT Arun Natural Gas Liquefaction (NGL) Co, yang berasal dari instalasi ExxonMobil Oil Indonesia Inc. (EMOI) di zona industri Lhokseumawe, telah mengubah wilayah ini menjadi kawasan industri petrokimia modern.[31]

Kegiatan ekonomi Kabupaten Aceh Utara didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Pada sektor pertambangan, sumur-sumur gas yang diolah PT Exxon Mobil Oil Indonesia tentu menjadi salah satu faktur keunggulan sektor ini. Dengan kontribusi Rp 8,6 triliun Pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2000, ia menempati peringkat pertama dengan disusul oleh sektor industri sebesar Rp 4,7 triliun.

Di bidang agama, penduduk Aceh Utara adalah penduduk yang beragama Islam yang taat beragama. Pada tahun 1994, tercatat 782 orang yang berangkat naik haji.[32]

Industri

sunting
 
Titik pertama tempat ditemukannya gas alam cair di Tanah Luas

Sejak masa 70'an Aceh Utara merupakan daerah Industri di Aceh, tak heran pada saat itu Aceh Utara disebut sebagai Kota Petro Dolar, karena saat itu Aceh Utara termasuk daerah paling kaya di Indonesia karena sebagai penghasil Migas terbesar di Indonesia dikala itu, walaupun hasil Sumber Daya Alam melimpah, tetapi tidak memberi efek yang signifikan untuk rakyat Aceh Utara. Adapun industri yang ada di Aceh Utara, antara lain yaitu;[33]

Kesehatan

sunting

Rumah sakit

sunting
Kode Nama Rumah Sakit Jenis Tipe Alamat
1 1111029 RS Zahra RSU D Jl. Medan - Banda Aceh KM 303, Desa Meunasah Reudeup, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh 24382
2 1111006 RS Umum Daerah dr. Muchtar Hasbi RSUD D PRATAMA Jl. Medan - Banda Aceh, Desa Alue Meudem, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh 24386
3 1111005 RS Umum Prima Inti Medika RSU D Jl. Singgalang № 1, Komplek Perumahan PT. PIM, Kelurahan Keude Krueng Geukeuh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Aceh 24354

Pariwisata

sunting
 
Monumen Islam Samudra Pasai

Dua destinasi wisata sejarah yang ada di Aceh Utara adalah situs sejarah bekas Kesultanan Samudera Pasai di Kecamatan Samudera, Rumah Cut Meutia di kecamatan Pirak Timu dan tugu perjuangan Teungku Abdul Jalil Cot Plieng di kecamatan Syamtalira Bayu. Sedangkan destinasi wisata alamnya adalah air terjun Blang Kulam di kecamatan Kuta Makmur, pemandian Krueng Sawang di kecamatan Sawang dan pantai Ulee Reubek di kecamatan Seunuddon, tempat wisata pegunungan yang berada di Gunung Salak Nisam Antara, Aceh Utara.[34]

Transportasi

sunting

Aceh Utara adalah satu-satunya daerah di provinsi Aceh yang termasuk memiliki sarana transportasi paling lengkap. Bus umum antar kota antar provinsi melayani pengguna di jalan lintas Sumatra sepanjang hari dan malam. Bagi pengguna moda transportasi udara terdapat Bandar Udara Malikus Saleh yang berada di kecamatan Muara Batu. Bandara ini mulai ramai didarati pesawat terbang berbadan sedang yang mengangkut penumpang menuju Bandara Kuala Namu di Sumatera Utara. Untuk angkutan laut juga telah tersedia pelabuhan Krueng Geukueh yang dibangun sebagai pelabuhan industri dan sarana pengangkutan komoditas pertanian serta industri.

Kereta api juga telah tersedia sarananya di Aceh Utara, jalur rel kereta api jarak dekat telah menghubungkan antara kota Lhokseumawe dengan Kutablang,Bireuen saat ini telah beroperasi. Selain itu alat transportasi yang lazim digunakan masyarakat adalah becak mesin untuk penggunaan antar desa dalam jarak dekat juga tersedia bus mini yang mengangkut pengguna pada jarak jauh dan sedang. Alat transportasi alternatif lain adalah RBT atau Ojek yang melayani penumpang di pedesaan.[35]

Transportasi Darat

sunting
  1. Terminal Krueng Mane
  2. Terminal Krueng Geukuh
  3. Terminal Geudong
  4. Terminal Lhoksukon
  5. Terminal Panton Labu.

Transportasi Udara

sunting
  1. Bandar Udara Malikus Saleh, di Pinto Makmur [36]
  2. Bandar Udara Lhok Sukon di Landing.

Transportasi Laut

sunting
  1. Pelabuhan Internasional Samudera Pasai, Krueng Geukuh

Stasiun Kereta Api

sunting
  1. Stasiun Kereta Api Krueng Mane
  2. Stasiun Kereta Api Bungkaih
  3. Stasiun Kereta Api Krueng Geukuh.[37]

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2024 tentang Kabupaten Aceh Utara di Aceh" (PDF). Lembaran Negara Republik Indonesia. 2024-07-02. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2024-07-15. Diakses tanggal 2024-07-15. 
  2. ^ http://www.acehutara.go.id/berita-sah%E2%80%A6-hari-jadi-aceh-utara-ditetapkan-7-september.html[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b c d e "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  4. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 28 Januari 2024. 
  5. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2021-2023". www.aceh.bps.go.id. Diakses tanggal 28 Januari 2024. 
  6. ^ "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-06. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  7. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2021" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2021). hlm. 1. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-12-07. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  8. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  9. ^ Utara, Pemerintah Kabupaten Aceh. "Geografi". Geografi (dalam bahasa English). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-02. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  10. ^ "Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Aceh Utara" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-02-03. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  11. ^ News, Tagar (2017-12-23). "Pabrik Gula Terbesar di Aceh Utara Menjadi Besi Tua". TAGAR. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  12. ^ News, Tagar (2017-12-23). "Situs Sejarah Kerajaan Islam yang Terlupakan di Aceh". TAGAR. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  13. ^ "Mengenal Aceh Utara yang Dulu Disebut Luhak". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  14. ^ Utara, Pemerintah Kabupaten Aceh. "Sejarah Aceh Utara". Sejarah Aceh Utara (dalam bahasa English). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-01. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  15. ^ Gayo, Kia (15 Juli 2023). "Mahyuzar Reuby Dilantik Jadi Pj Bupati Aceh Utara, Ini Sosoknya". waspadaaceh.com. Diakses tanggal 28 Januari 2024. 
  16. ^ "Ini Nama-Nama Anggota DPRK Aceh Utara yang Dilantik, 29 Wajah Baru - PORTALSATU.com". portalsatu.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  17. ^ Jafaruddin. "Ini Ketua dan Wakil Sementara DPRK Aceh Utara dan Agenda yang Harus Dituntaskan". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  18. ^ Perolehan Kursi DPRK Aceh Utara 2014-2019
  19. ^ "Perolehan Kursi DPRK Aceh Utara 2019-2024". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-31. Diakses tanggal 2020-05-17. 
  20. ^ "Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara". acehutarakab.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  21. ^ Utara, Pemerintah Kabupaten Aceh. "Demografi". Demografi (dalam bahasa English). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-02. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  22. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Aceh Utara". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  23. ^ "Unimal". www.unimal.ac.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  24. ^ "Beranda - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-12. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  25. ^ admin. "STIKes Getsempena Lhoksukon". STIKes Getsempena Lhoksukon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  26. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  27. ^ "STIES-BAKTIYA – SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH BAKTIYA" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  28. ^ "AKKES ACEH UTARA". akkesacehutara.ac.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  29. ^ Hasyim. "Aceh Utara Termiskin". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-17. Diakses tanggal 2018-04-16. 
  30. ^ "KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK - PDF". docplayer.info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  31. ^ "Profil Kota Kabupaten Aceh Utara" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  32. ^ "Profil Aceh Utara" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-07-11. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  33. ^ Industri Aceh Utara[pranala nonaktif permanen]
  34. ^ "5 Tempat Wisata di Aceh Utara yang Paling Keren untuk Dikunjungi | FJJ". festivaljalanjalan.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-29. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  35. ^ "Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara". acehutarakab.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-23. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  36. ^ Mukhlis. Marboen, Ade P, ed. "Bandara Malikussaleh perlu segera diperluas". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-17. Diakses tanggal 2018-04-16. 
  37. ^ Masriadi. Rachmawati, ed. "Di Aceh, Kereta Perintis Jadi Wisata Transportasi untuk Anak". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-22. Diakses tanggal 2019-10-29. 

Pranala luar

sunting