Abgar V si Hitam atau Abgarus V dari Edessa (bahasa Suryani: ܐܒܓܪ ܚܡܝܫܝܐ ܐܘܟܡܐ‏; ʾAḇgar Ḥəmīšāyā ʾUkkāmā, bahasa Armenia: Աբգար Ե; Abgar E, bahasa Yunani Kuno: Ἄβγαρος Abgaros) 4SM – 7M dan 13–50M) merupakan seorang pemimpin Assyria di Kerajaan Osroene yang beribu kota di Edessa.[1] (Dibandingkan dengan wilayah yang disebut sebagai Mesopotamia Armenia oleh Bangsa Yunani dan Ashur di dalam Perjanjian Lama).

Ikon Abgar memegang mandylion, gambar Kristus (enkaustik, diabad ke-10, Biara Santa Katarina, Gunung Sinai).

Menurut legenda Kristen kuno yang pertama kali didokumentasikan oleh Eusebius, ia berkonversi ke agama Kristen oleh Addai,[2] salah satu dari Tujuh puluh murid. Menurut sejarawan Armenia Moses dari Khorene ia merupakan kerabat Sanatruk.

Legenda Raja Abgar sunting

Abgar V menurut tradisi Suriah, salah satu dari raja-raja Kristen pertama di dalam sejarah, dikonversikan keyakinannya oleh Rasul Thaddeus dari Edessa.[3] Catatan lain menganggap hal ini sebagai sebuah legenda belaka,[1] menyamakan Abgar di dalam cerita dengan Suriah Abgar IX, diakhir abad ke-2 berkonversi ke Kristen. Moses dari Khoren menunjukkan bahwa nama tokoh legendaris adalah sebuah korupsi dari gelar individu: "…Karena kerendahan hatinya dan juga bijaksana, dan usia tuanya, Abgaros ini diberikan gelar "Avag Hair" (Bapak Senior di dalam bahasa Armenia). Bahasa Yunani dan Aramea yang tidak mampu mengartikulasi namanya dengan benar memanggilnya Abgar."[4]

 
Raja Abgar diilustrasikan pada tahun 1898 di dalam buku Illustrated Armenia and Armenians[5]

Legenda menyatakan bahwa Abgar, raja Edessa, menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan, yang kemungkinan kusta,[6] telah mendengar ketenaran dari kekuatan dan mukzizat Yesus dan menulis kepada-Nya, mengakui keilahian-Nya, meminta pertolongan-Nya, dan menawarkan-Nya suaka dikediamannya sendiri; tradisi menyatakan bahwa Yesus menulis sebuah surat, memuji Abgar atas imannya namun menolak untuk pergi, tetapi berjanji bahwa setelah kenaikan-Nya, ia akan mengirim salah satu muridnya yang diberikahi dengan kuasa-Nya.[6]

Sejarawan gereja diabad ke-4 Eusebius, Uskup dari Kaisarea, mencatat sebuah tradisi dalam karyanya Historia Ecclesiastica[7] mengenai pertukaran korespondensi pada kesempatan ini antara Abgar dari Edessa dan Yesus. Eusebius yakin bahwa surat-surat asli tersebut yang ditulis di dalam bahasa Suriah (Aramaik), disimpan di dalam arsip di Edessa. Eusebius juga menyatakan bahwa pada waktu itu, setelah kenaikan Kristus, Addai (yang disebut Addaï), atau salah satu dari tujuh puluh dua murid, disebut Thaddeus dari Edessa, dikirim oleh Rasul Tomas pada tahun 29M. Eusebius menyalin kedua surat tersebut kedalam teks sejarahnya.

Korespondensi ini terdiri dari surat Abgar dan jawaban yang didikte oleh Yesus. Karena legenda kemudian diperpanjang, potret Yesus yang dilukis dari kehidupan mulai disinggung. Potret ini konon dilukis oleh arsip istana Hannan selama kunjungannya ke Yesus yang pertama kali disebutkan di dalam teks Suriah yang disebut "Doktrin Addai" (atau Doctrina Addai; nama Addaei atau Addaeus = Thaddaeus atau Thaddeus),[6] dari paruh kedua abad ke-4. Disini dinyatakan bahwa jawaban dari Yesus diberikan secara lisan, dan bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun 32M.[8] Pengajaran Addai ini juga merupakan catatan terawal dari gambar Yesus yang dilukis dari kehidupan, diabadikan oleh Raja Abgar V yang sakit dari salah satu istananya. Bentuk Yunani dari legenda itu ditemukan di dalam Acta Thaddaei, "Akta Thaddaeus".[8]

Cerita "surat kepada Abgar", termasuk potret yang dibuat oleh pelukis istana Hannan dibuat ulang dengan beberapa tambahan, diabad ke-5 Sejarah Bangsa Armenia Moses dari Chorene, yang menandai bahwa potret tersebut disimpan di Edessa.

Cerita itu kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh sejarawan gereja Evagrius, Uskup Edessa (sek. tahun 536-600), yang dideklarasikan untuk pertama kalinya (sejauh yang diketahui) bahwa citra Yesus merupakan "tempa ilahi," dan "bukan buatan tangan manusia." Singkatnya, legenda itu didokumentasikan dan dikembangkan bukan dari gambaran Eusebius, kedalam gambaran yang dilukis oleh Hannan di "Addai" dan Moses dari Chorene, kegambar ajaib yang bukan dibuat oleh tangan manusia di Evagrius.

 
Lukisan dinding dari kapel gereja Varaga St. Gevorg yang menunjukkan Raja Abgar dengan gambar Kristus

Pada tanggal 15 Agustus 944, Gereja Santa Maria di Blachernae di Istanbul menerima sepucuk surat dan Mandylion. Kedua relik tersebut kemudian dipindahkan ke Gereja Perawan di Pharos.[9]

Konsep terakhir dari sebuah "gambar yang tidak dibuat oleh tangan manusia" (acheiropoietos) membentuk dasar dimana doktrin ikon-ikon Ortodoks Timur kemudian dibuat diabad ke-8. Doktrin ini menyatakan bahwa Yesus membuat ikon pertama dirinya dengan menekan handuk basah kewajahnya, secara ajaib pencetakan kain dengan fiturnya — menciptakan protopi untuk semua ikon Yesus, dan menyiratkan persetujuan ilahi untuk penciptaan mereka.

John dari Damascus, seorang arsitek terkemuka dari dogma gereja mendukung ikon-ikon tersebut yang secara khusus menyinggung bahwa Yesus "dikatakan telah mengambil sepotong kain dan menekannya kewajahnya, tercetak diatasnya gambar wajahnya, yang masih ada sampai sekarang" (Pada Gambar Tuhan I).

Legenda Abgar menikmati popularitas besar di Timur dan juga Barat di dalam abad pertengahan: surat Yesus disalin diatas perkamen, tertulis di dalam marmer dan logam, dan digunakan sebagai jimat atau penangkal. Korespondensi Pseudopigrafa bertahan hidup bukan hanya dari teks Suriahnamun terjemahan Armenia juga, dua versi Yunani independen yang lebih pendek dari Suriah dan beberapa prasasti diatas batu.

Penasaran timbul atas pertumbuhan legendaris yang muncul dari peristiwa-peristiwa dengan para ulama yang berselisih apakah Abgar menderita dari penyakit kusta dan apakah korespondensi diatas perkamen atau papirus dan sebagainya.

Albany James Christie, penulis legenda Yunani dan Romawi diabad ke-19 meragukan keaslian surat-surat tersebut.[10] Sebagian besar kesaksian diabad ke-5 misalnya Augustine dan Jerome, yang menyatakan bahwa Yesus tidak menulis apa-apa. Korespondensi itu ditolak sebagai Apocrypha oleh Paus Gelasius I dan sinode Romawi (sek. tahun 495).[8] Sarjana Alkitab sekarang pada umumnya percaya bahwa surat-surat itu direkayasa, mungkin diabad ke-3M, dan "ditanam" dimana Eusebius akhirnya menemukannya. Teroi lain menyatakan bahwa cerita itu direkayasa oleh Abgar IX dari Osroene, dimana pemerintahan tersebut menjadi Kristen, sebagai cara melegitimasikan pengkonversian agama.

Naskah surat itu bervariasi, dari variasi yang kurang tersedia ditranskripsikan dari Doctrina Addaei, dan dicetak di dalam Ensiklopedia Katolik 1908, adalah:

"Abgar Ouchama kepada Yesus, Tabib yang baik yang telah muncul di negara Yerusalem, salam:
"Aku telah mendengar berita tentang-Mu, dan penyembuhan-Mu; bahwa Engkau tidak menggunakan obat-obatan, tetapi dengan kalimat (mata) yang buta, membuat yang lumpuh dapat berjalan, menyembuhkan lepra, membuat yang tuli dapat mendengar; yang dengan firman-Mu (juga) Engkau menyembuhkan roh yang (sakit) dan mereka yang disiksa oleh iblis yang gila, dan bagaimana, sekali lagi membangkitkan orang mati. Dan belajar keajaiban yang Engkau buat, yang ditanggung oleh saya bahwa (dari dua hal, satu): baik Engkau telah turun dari surga, atau Engkau merupakan anak Tuhan, yang dapat memulihkan semua ini. Karena itu aku menulis kepada-Mu dan berdoa agar Engkau datang kepadaku, yang memuja-Mu, dapat menyembuhkan seluruh penyakit yang kuderita, sesuai dengan keyakinan yang kumiliki. Aku juga belajar dari bangsa Yahudi yang menentang dan menganiaya-Mu, bahwa mereka berusaha untuk menyalib-Mu dan menghancurkan-Mu. Aku hanya memiliki sebuah kota kecil, tetapi indah, dan cukup besar bagi kita berdua untuk hidup di dalam damai."

Doctrina itu berlanjut:

Ketika Yesus menerima surat tersebut, di dalam sebuah rumah imam besar bangsa Yahudi, ia berkata kepada Hannan, sekretaris, "Pergilah, dan katakan pada tuanmu, yang mengutus engkau kepada-Ku: 'Engkau yang diberkati kepercayaan kepada-Ku, yang tidak melihat-Ku, sebab tertulis bahwa yang melihat-Ku tidak percaya kepada-Ku dan bahwa yang tidak melihat-Ku akan percaya kepada-Ku. Seperti apa yang telah Engkau tuliskan, bahwa aku harus datang kepadamu, (lihatlah) semua itu yang aku kirimkan kesini dibawah ini telah selesai, dan aku naik lagi ke Bapa-ku yang mengirim-Ku, dan pada saat Aku naik aku akan mengirimkan salah satu muridku, yang akan menyembuhkan yang sakit atas nama-Ku, dan akan memberikan (kesehatanmu) kembali, dan akan mengkonversi semua orang yang menyertaimu kedala hidup yang kekal. Dan kotamu akan diberkati selamanya dan musuh tidak akan pernah mengatasinya.'"

(†Menurut Eusebius, Yesus sendiri menulis surat tersebut; tidak disebutkan bahwa ia mendiktekannya ke to Hannan.)

Penggunaan Liturgi Surat Abgar sunting

Kutipan-kutipan tersebut sesungguhnya diambil dari Harmoni Injil yang terkenal karya Tatian, Diatessaron, itu sendiri disusun pada abad ke-2.[11]

Pencapaian kepentingan di dalam silkus apokrif, korespondensi Raja Abgar juga mendapat tempat di dalam liturgi selama beberapa waktu. Dekret, De libris non recipiendis ("Buku-buku yang tidak akan diterima"), yang secara tradisional dikatikan dengan Paus Gelasius I, menempatkan surat itu di antara Apokrifa. Hal itu sendiri dapat menjadi indikasi yang telah diinterpolasi di antara pelajaran resmi sanksi liturgi dari beberapa gereja. Liturgi suriah memperingati korespondensi Abgar selama masa pra-Paskah. Liturgi Celtik tampaknya telah mementingkan legenda itu; Liber Hymnorum, sebuah naskah yang disimpan di Kolese Trinity, Dublin (E. 4, 2), memberikan dua kumpulan dari baris surat untuk Abgar. Kemungkinan bahwa surat ini diikuti oleh berbagai doa, mungkin telah membentuk susunan liturgi kecil di berbagai gereja Katolik.[12]

Gambar Sesungguhnya sunting

Catatan yang diberikan oleh Thaddeus/Addai berisi perincian yang dapat disingkat. Hannan yang menulis dikte Yesus merupakan penyimpan arsip di Edessa dan pelukis Raja Abgar. Ia diberikan tugas untuk melukis potret Yesus Kristus dan membawanya ke Edessa sebuah ikon yang menjadi objek pemujaan umum, dan yang akhirnya dikatakan telah dilukis (atau dibuat secara ajaib) oleh Yesus sendiri. Seperti surat itu, potret ikonik tersebut ditakdirkan menjadi inti dari pertumbuhan legendaris; "Wajah Suci Edessa" yang terutama terkenal didunia Kekaisaran Timur, dimana legenda potret Edessa merupakan bagian dari subjek ikonografi Kristus, dan juga dari gambar asli ajaib yang disebut acheiropoietoe ("dibuat bukan dari tangan manusia") baik di dalam Gereja Ortodoks Timur dan di Barat dimana tradisi itu dihubungkan dengan Santa Veronika dan Cadar Veronica dan Kain Kafan dari Torino.

Peninggalan Kristen sunting

 
Abgar V diatas uang kertas Armenia 100,000 Dram

Abgar dianggap sebagai santo dengan hari rayanya yang jatuh pada tanggal 11 Mei 11 dan 28 Oktober di dalam Gereja Ortodoks Timur, pada 1 Agustus di dalam Gereja Suriah, dan tiap hari di dalam misa Gereja Kerasulan Armenia. Gereja Kerasulan Armenia di dalam Scottsdale, Arizona, dinamakan seperti Santo Abgar (dikenal sebagai Santo Apkar).

Pada tanggal 24 Agustus 2009, dewan Bank Sentral Armenia memutuskan untuk memperkenalkan selembar uang kertas baru dengan nilai nominal AMD 100,000. Uang kertas yang baru itu menggambarkan Raja Abgar V (Raja Armenia Mesopotamia seperti yang digambarkan). Bagian depan uang kertas itu menggambarkan Abgar yang menunjuk bendera kerajaan yang berisi gambaran Mandylion. Kebalikan dari uang kertas tersebut menggambarkan murid Thaddaeus menyerahkan kanvas kepada Raja Abgar V dan konsekuen penyembuhan ajaibnya.[13]

Historisitas legenda Abgar sunting

Legenda Abgar telah memainkan peranan penting di dalam definisi dirinya dari beberapa gereja timur, tetapi historisnya sangat diragukan. Dua sejarah baru-baru ini dari "Gereja Timur", Baum dan "Gereja Martir" Wilmshurst, telah membahas masalah ini dan telah membahas pertumbuhan dan perkembangan legenda.[14] Alexander Mirkovic juga menentang historisitas legenda, menunjukkan pada saat itu legenda tersebut bukan satu-satunya dari genre. Ada banyak cerita konversi yang berasal dari Timur Tengah diabad ke-3 dan ke-4. Dalam banyak hal cerita-cerita ini merupakan model untuk konversi Konstantinus.[15] (Perhatikan kesamaan di antara Buku Abgar dan konversi Helena dari Adiabene dan putranya Ezad II di dalam Jewish Antiquities, XX 2 oleh Flavius Josephus:. Di dalam kisah yang diceritakan oleh Josephus ada seorang pedagang Yahudi yang bernama Ananias dan pertanyaan sunat Ezad.)

Di dalam buku Abgar, Ananias adalah orang kiriman Raja Abgar kepada Yesus. Putra Ezad adalah Abgar VII dari Edessa (Ostroene). Keaslian cerita itu mungkin bahwa Ezad, ayah dari Abgar VII, bertukar korespondensi dengan seseorang di Yerusalem, tetapi lebih memungkinkan dengan Nasi Gamaliel daripada Yesus.[16]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b Vailhé, Siméon. "Edessa." The Catholic Encyclopedia. Vol. 5. New York: Robert Appleton Company, 1909. 19 Dec. 2012
  2. ^   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Doctrine of Addai". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  3. ^ Fortescue, Adrian (December 2001). "Lesser Eastern Churches". ISBN 978-0-9715986-2-1. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ "Abgar, in Armenian History glossary". ArmenianHistory.info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-07. Diakses tanggal 23 January 2009. 
  5. ^ King Abgar illustration in 1898 book Illustrated Armenia and Armenians [1]
  6. ^ a b c Hoiberg, Dale H., ed. (2010). "Abgar legend". Encyclopedia Britannica. I: A-ak Bayes (edisi ke-15th). Chicago, IL: Encyclopedia Britannica Inc. hlm. 30. ISBN 978-1-59339-837-8. 
  7. ^ Eusebius. Historia Ecclesiastica, I, xiii, ca AD 325.
  8. ^ a b c   Satu atau lebih kalimat sebelum ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publikChisholm, Hugh, ed. (1911). "Abgar". Encyclopædia Britannica. 1 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 61–62. 
  9. ^ Janin, Raymond (1953). La Géographie ecclésiastique de l'Empire byzantin. 1. Part: Le Siège de Constantinople et le Patriarcat Oecuménique. 3rd Vol. : Les Églises et les Monastères (dalam bahasa French). Paris: Institut Français d'Etudes Byzantines. hlm. 172. 
  10. ^ Albany James, Christie (1867). "Abgarus". Dalam Smith, William. Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology. 1. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-07-28. Diakses tanggal 2014-01-23. 
  11. ^ Cross, F. L., ed. The Oxford Dictionary of the Christian Church. New York: Oxford University Press. 2005
  12. ^ Leclercq, Henri. "The Legend of Abgar." The Catholic Encyclopedia. Vol. 1. New York: Robert Appleton Company, 1907. 24 Dec. 2012
  13. ^ "CBA issues 100,000 Dram banknotes". PanArmenian News. Diakses tanggal 2009-08-24. 
  14. ^ Wilmshurst, The Martyred Church, 7-9
  15. ^ Alexander Mirkovic, Prelude to Constantine: The Abgar Tradition in Early Christianity. Berlin and New York: Peter Land, 2004
  16. ^ Watson E. Mills, Roger Aubrey Bullard Mercer Dictionary of the Bible 1990 p. 2 "Abgar Legend, [ab'gahr] The Abgar legend concerns a supposed exchange of letters between King Abgar V of Edessa (9—46 c.e.) and Jesus, and the subsequent evangelization of Edessa by the apostle Thaddeus"

Sumber sunting

  • Walter Bauer, Orthodoxy and Heresy in Earliest Christianity, 1934, (in English 1971): On-line text
  • Robert Eisenman, James the Brother of Jesus 1997 (Viking Penguin), especially ch. 24 "Judas the brother of Jesus" and the section "Thaddeus, Judas Thomas and the conversion of the Osrhoeans", pp 189ff.
  • Ian Wilson, Holy faces, secret places 1991
  • Robert Eisenman, James the Brother of Jesus 1997, especially ch. 24 "Judas the brother of James and the conversion of King Agbar"
  • Holweck, F. G., A Biographical Dictionary of the Saints. St. Louis, MO: B. Herder Book Co., 1924.
  • Acta Thaddei (Acts of Thaddaeus), Constantin von Tischendorf, Acta apostolorum apocr. 261 ff.

Pranala luar sunting