Yang mulia Zurmang Gharwang Rinpoche XII adalah pimpinan tertinggi dari tradisi zurmang kagyud, yaitu suatu bagian dari aliran agama buddha tantrayana. Dalam menjalankan tugas mulia membabarkan dhamma, dia dibantu oleh beberapa Rinpoche utama, yaitu: Zurmang Tenga Rinpoche XII, Zurmang Zaptang Rinpoche VII, Zurmang Kunzang Rinpoche II, serta Zurmang Drukpa Rinpoche IV. Selain itu, dalam beberapa puluh tahun yang silam, di Amerika dia dibantu oleh Zurmang (Chogyam) Trungpa Rinpoche (Zurmang Trungpa Rinpoche I adalah salah satu murid utama dari Zurmang Gharwang Rinpoche I). Zurmang Gharwang Rinpoche yang sekarang ini adalah reinkarnasi yang ke dua belas, yang bermula dari kelahiran Trung Mase - sebagai Zurmang Gharwang Rinpoche I - yang sebenarnya adalah reinkarnasi dari mahasidha / yogi Tilopa india. Trung Mase di kenal oleh Yang Mulia Karmapa kelima. Trung Mase - yang menurut Yang Mulia Karmapa kelima merupakan emanasi dari Tilopa - kemudian menjadi salah satu murid utama dari Yang Mulia Karmapa kelima.

Zurmang Gharwang Rinpoche XII

Zurmang Gharwang Rinpoche XII dengan nama asli Cho Kyong Tenpa Namgyal dilahirkan di keluarga kerajaan di Gangtok, SikkimIndia, pada tanggal 30 Juni 1965. Ia dikenali sebagai inkarnasi Zurmang Gharwang rinpoche XII oleh Gyalwa Karmapa ke-16 bahkan sebelum Dia dilahirkan, dan menerima banyak inisiasi secara pribadi, menerima warisan ajaran dalam bentuk naskah maupun secara verbal dari tradisi Karma Kamtsang dan tradisi Zurmang Kagyud. Ia merupakan salah satu murid utama dari YM. Gyalwa Karmapa XVI, dan salah satu dari anggota tim (bersama YM. Jamgon Kongtrul Rinpoche dan beberapa Rinpoche besar lainnya) yang bertugas dalam menemukan YM. Gyalwa Karmapa XVII sekarang ini. Selain daripada memiliki pengertian yang mendalam akan masalah keagamaan dan filsafat, bakatnya dalam mengadakan upacara ritual pun tak ada yang bisa menandinginya.

Rinpoche mulai memberikan ajaran sejak saat Dia masih belajar di Institute Nalanda. Sejak tahun 1987, Dia telah memberikan ajaran secara meluas di pusat dharma di seluruh dunia, di Eropa, Amerika Utara dan juga di Asia. Ia pulalah yang telah mendirikan Pusat Dharma Kagyudpa di Jakarta, Indonesia. Dalam sepuluh tahun terakhir, Rinpoche mengabdikan diri secara total dalam menyebarkan ajaran dan latihan Buddha Dharma, dan dengan terampil membimbing semua muridnya untuk menemukan potensi diri secara sempurna. Welas asihnya yang tak terucapkan dan kebijaksanaannya yang sempurna diibaratkan jembatan yang menghubungi jurang pemisah perbedaan ras, umur, bahasa dan kebudayaan. Ia telah menjalin hubungan yang tak ternilai yang telah menyentuh hati semua orang, baik yang beragama Buddha maupun yang bukan.

Pada tahun 1990, Gubenur dari Los Angeles, (California, Amerika) telah menganugerahi Dia dengan “Keys of the City” yang menjadikannya seorang warga yang Terhormat untuk dapat lebih meningkatkan pemahaman dan latihan Buddha Dharma.

Zurmang Gharwang Rinpoche I sunting

Zurmang Gharwang Rinpoche I lahir dengan nama Trung Mase pada abad ke14, yaitu pada era Gyalwa Karmapa V, Deshing Shegpa. Ia adalah putra dari seorang terpelajar dari keluarga Mase yang terkenal di Minyak, Khan sebelah Timur. Banyak tanda-tanda menakjubkan yang mengiringi kelahirannya, yaitu didaerah ini terang sekali, dipenuhi sinar dari langit. Langit juga dipenuhi oleh pelangi dan udara penuh dengan wewangian. Bahkan pada usia yang sangat muda, Trung Mase sudah dapat memperlihatkan sifat yang penuh kebijaksanaan spiritual. Pada masa itupun, ia sudah mengalami berbagai pertimbangan duniawi yang berhubungan dengan jalan spiritual. Gyalwa Karmapa V mengenali bahwa Trung Mase yang masih sangat muda ini adalah perwujudan dari Yang Agung Tilopa, dan dia menyatakan bahwa Trung Mase telah ditakdirkan menjadi pembawa Garis Keturunan Agung Zurmang Kagyud dan akan menjadi penyebar Dharma yang berhasil. Trung Mase memiliki murid yang bernama Chogyam Trungpa, yang pada reinkarnasi ke 11 nya menjadi seorang penyebar Dhamma yang berhasil di negara barat. Chogyam Trungpa Rinpoche XI adalah salah satu murid utama dari Zurmang Gharwang Rinpoche XI (reinkarnasi dari TrungMase yang ke 11). Pada usia 43 tahun, ketika dia hampir tiba pada akhir kegiatannya, Dubchen Mase (Trung Mase) menyatakan bahwa dia akan mencapai penerangan di Tanah Suci Bon Nyen Dang, di mana udaranya penuh dengan wewangian. Setelah itu, secara ajaib dia menghilang dan menjadi seberkas cahaya, dan hanya meninggalkan rambut dan kuku jarinya sebagai tanda bahwa dia telah wafat. Kelak dia dikenal sebagai Mkha'spyod-pa (orang yang pergi ke surga).

Zurmang Gharwang Rinpoche II sunting

Zurmang Gharwang II lahir dengan nama Lodro Rinchen Pal atau Drung Jodhen Pal. Ia adalah cucu dari Trung Mase sendiri (Zurmang Gharwang I), yang lahir 8 tahun setelah Trung Mase parinibbana dengan cara menghilang, menjadi cahaya dan hanya meninggalkan rambut dan kuku jarinya. Pada saat Gyalwa Karmapa VI (Tongwa Donden) mengunjungi Zurmang dalam rangka meresmikan Pusat Retreat Dechente, dia sangat senang sekali melihat kemajuan pesat yang ada, sehingga dia memberikan suatu ajaran penting yang tidak terkira banyaknya dari tradisi Karma Kamtsang kepada Zurmang Gharwang II. Selama sebagian besar masa kehidupannya, dalam jangka waktu 20 tahun, inkarnasi Zurmang Gharwang II ini menghabiskan waktu cukup lama untuk bermeditasi. Oleh karena itu, dia dikenal juga sebagai seorang praktisi yang sangat giat dan bersemangat. Ia sangat berhasil dalam latihan Tummo, hal ini terbukti saat dia bermeditasi terus menerus selama 3 hari di tengah dinginnya udara bersalju, di puncak gunung dengan hanya menggunakan jubah katun yang tipis.

Zurmang Gharwang Rinpoche III sunting

Nama kecil dari Zurmang Gharwang Rinpoche III adalah Nang So Pema Lodro. Pembimbing utamaNya adalah Gyalwa Karmapa VII (Chodrag Gyamtso) dan Gyaltsab Tulku II (Tashi Namgyal). Zurmang Gharwang III ini merupakan praktisi agama dan cendikiawan yang cemerlang pada masanya. Ia mempelajari dan melatih untuk menyempurnakan berbagai macam ajaran Tantra dan Sutra, khususnya latihan yidam Jyorwa Shi Kagyor dan Drolsungma. Karena keahliannya dalam bermeditasi, ia dapat melihat dengan jelas dewa-dewa pelindungnya. Ia juga merupakan seorang seniman, terlihat dari hasil pahatan patung-patung dan ukiran di dinding monastri zurmang, serta pembuatan thangka.

Zurmang Gharwang Rinpoche IV sunting

Zurmang Gharwang Tulku IV lahir sebagai Karma Gyaltshen Lodroe Namgyal. Ia dilahirkan di Kongpo dengan banyak pertanda baik dan sesuai dengan penglihatan yang sangat tepat dari Kunchog Lama, salah satu pengikut yang terkenal dari Karmapa. Inkarnasi Zurmang Gharwang IV ini merupakan seseorang yang memiliki kemampuan spiritual yang tinggi sekali. Pada masa kecilnya, ia sering kali berbicara mengenai kehidupannya dimasa lalu. Dan dengan jelasnya ia menceritakan kehidupannya di India sebagai Mahasiddha Tilopa yang tiada tandingannya. Juga menceritakan kehidupan lalunya sebagai pengikut Buddha yang dikenal sebagai Richen Choedak Chang. Pada saat Gyalwa Karmapa VIII (Mikyo Dorje) yang masih kecil dan berusia 8 tahun, mengunjungi Zurmang Gharwang Dia mengalami sendiri suatu rangkaian penglihatan yang mengungkapkan dengan jelas mengenai rincian dari inkarnasinya yang lalu.

Karena realisasinya yang sangat dalam, dia menjadi guru utama dari ajaran silsilah Mahamudra, terutama karena keahliannya dalam pengajaran 6 Yoga Naropa. Dan karena kemampuan spiritualnya yang sangat hebat, kaisar menganugerahkan kepadanya suatu gelar kehormatan Khentin, yang berarti “Guru besar yang tak dapat disangkal”. Zurmang Gharwang Tulku IV ini memasuki mahaparinirvana pada usia yang relatif masih sangat muda, yaitu 29 tahun. Menjelang saat wafatnya, murid-murid terdekatnya sempat menyaksikanbahwa guru mereka yang dikasihi melayang tinggi ke angkasa menuju ke Tanah Suci di Barat, dan secara ajaib pula menampakkan diri kembali dan memberikan ajaran sesuai dengan yang diperlukan. Banyak juga tanda-tanda lain yang luar biasa yang terjadi, yang menggambarkan meninggalnya seorang Mahasattva.

Zurmang Gharwang Rinpoche V sunting

Zurmang Gharwang Tulku V dikenal dengan nama Karma Tenkyong Lodro Nyima. Guru-guru utamanya adalah Gyalwa Karmapa dan yang mulia Sharmapa. Ia terkenal sebagai cendikiawan yang sangat pandai. Dan dalam kelahirannya kali ini, ia menyusun 6 kumpulan tulisan yang sangat berharga yang dikenal sebagai Trungon Kunga Namgyal, yang berisi penjelasan yang sangat dalam dan mendetail mengenai latihan-latihan Zurmang Nyengyud. Ia mengajar di banyak tempat dan juga menghimpun banyak sekali pengikut baru yang datang karena tertarik atas ajarannya yang dalam.

Zurmang Gharwang Rinpoche VI sunting

Rinchen Nyengpo adalah reinkarnasi dari Zurmang Gharwang Tulku VI. Kelahiran dari Zurmang Gharwang VI ini telah diramalkan sebelumnya oleh seorang Terton pada waktu itu, yang menyebutkan bahwa “Seseorang akan datang dengan nama Nyingpo, dan ia adalah makhluk suci yang akan membimbing umat manusia menuju jalan pembebasan ”. Sebelum kelahirannya, Tulku kecil ini dapat membacakan mantra dan doa-doa dari rahim ibunya. Kemampuan lainnya adalah mengecilkan sebatang sendok besi hanya dengan melipatnya sebanyak 3 kali. Ia pun sering menggantungkan pakaiannya di bawah sinar matahari tanpa terlihat ada seutas talipun yang merentang. Pada usia 65 tahun, Zurmang Gharwang VI hilang/lenyap ke dalam dharmakaya diiringi ratap tangis para pengikutnya. Akhir dari kehidupannya yang penuh keajaiban: jantung, lidah dan bola matanya melompat keluar dari api secara bersamaan pada saat perabuan jenasahnya. Banyak peninggalan yang ditemukan dari abu sisa pembakaran, bersama sejumlah relik mantra yang tampak terukir di tempurung kepalanya (bijak kata 'OM' ini terlihat jelas sekali). Selama berhari-hari, langit dan angkasa dipenuhi dengan pelangi, dan hujan bunga yang wangi turun dari surga.

Zurmang Gharwang Rinpoche VII sunting

Zurmang Gharwang VII diberi nama Cho Kyong Namgyal. Selama masa kehamilannya, ibu dari Gharwang VII ini sering kali mendengar bunyi gema yang terus menerus menyerupai suara tiupan dari sangkakala yang menyambut kedatangan suatu makhluk agung. Pada tradisi Tibet, tiupan sangkakala ini melambangkan perkembangan Dharma dan menifestasi dari kegiatan Buddha yang tak terhitung banyaknya. Banyak pertanda ajaib terjadi pada saat kelahiran dia. Yang membuat sang ibu heran adalah bayi ini dilahirkan dengan tangan membentuk Mudra, seakan-akan ia sedang melambangkan dewa-dewa kebijaksanaan. Tidak lama setelah ia keluar dari rahim ibunya, anak ini kemudian duduk bersila dalam posisi Vajra dan dapat berbicara dengan cakap seperti layaknya orang dewasa. Sementara itu langit dipenuhi dengan bunyi guntur yang menggelegar. Zurmang Gharwang VII ini hanya memperhatikan pelajaran, meditasi dan ajaran, serta menjunjung tinggi tradisi Ajaran Lisan dari para Karmapa. Ia mempelajari segala sesuatu dengan cepat. Ia tumbuh menjadi salah satu dari guru/pendidik utama dari Gyalwa Karmapa X. Zurmang Gharwang VII memasuki mahaparinibbana pada usia 53 tahun. Pada saat wafatnya, banyak sekali terjadi keajaiban, misalnya: banyak sekali pelangi terbentang diatas bangunan Zurmang, pada saat upacara kremasi, api pembakaran menyala dengan sendirinya, serta banyak sekali ditemukan relik-relik dari sisa pembakaran di tumpukan abunya.

Zurmang Gharwang Rinpoche VIII-X sunting

Inkarnasi dari Zurmang Gharwang VIII, IX dan X banyak yang hancur serta hilang. Nama panggilan dari inkarnasi Zurmang Gharwang VIII dikenal sebagai Karma Cho Kyong Gyurme. Catatan dari “Kisah kehidupan 16 kali penitisan Gyalwa Karmapa” mencantumkan bahwa ia merupakan salah dari tim pencari atas kelahiran Gyalwa Karmapa XII (Changchub Dorje), yang menyatakan bahwa ia juga menempati posisi tertentu sebagai pimpinan dari Tulku Kagyudpa. Catatan tentang inkarnasi Zurmang Gharwang Tulku IX (Cho Kyong Darje) tidak ditemukan. Tidak dapat ditemukan catatan tentang Zurmang Gharwang Tulku X (Yong Drup Nyingpo). Namun dalam catatan biografi dari para tulku, hanya ditemukan fakta bahwa Zurmang Gharwang Tulku X adalah salah satu pendidik utama Jamgon Kontrul Rinpoche II.

Zurmang Gharwang Rinpoche XI sunting

Pengenalan identitas dari Zurmang Gharwang XI ini dilakukan oleh Yang Mulia Gyalwa Karmapa XVI, pada waktu dia masih berumur 8 tahun. Zurmang Gharwang Tulku XI dilahirkan di kota Riwochi, pada keluarga Samdhong Chang yang cukup ternama. Ayahnya bernama Samdhong Trukpa, menteri di daerah itu. Sedangkan ibunya, Yeshe Tsuldron dikenal sebagai praktisi agama yang ahli.

Zurmang Gharwang Rinpoche XII sunting

Zurmang Gharwang Rinpoche XII dilahirkan di keluarga kerajaan di Gangtok, Sikkim – India, pada tanggal 30 Juni 1965. Sebelum kelahirannya, Gyalwa Karmapa XVI sering kali mengatakan kepada para pengikutnya bahwa tak lama lagi Zurmang Gharwang XII akan lahir. Pada saat kelahiran Zurmang Ghrawang XII, sang ibu dari Gharwang XI (inkarnasi Gharwang sebelumnya) secara tiba-tiba menjadi sangat bahagia dan memberi tahukan kepada para pelayannya bahwa “Rinpoche telah kembali. Ia terlahir di negara yang penuh kehangatan dimana buah-buahan dan bunga-bunga tumbuh dengan berlimpah, dan di tengah-tengah kicauan para burung”. Gambarannya mengenai daerah kelahiran inkarnasi baru ini sangat tepat dengan kondisi yang ada di Sikkim. Gharwang Rinpoche XII menerima banyak sekali inisiasi, transmisi ajaran, serta instruksi-instruksi lisan yang diberikan langsung dari guru utamanya: Gyalwa Karmapa XVI. Beberapa pendidik utama lainnya adalah: Kalu Rinpoche (alm.), Kagyud Regent (alm.), Jamgon Kontrul dan Tulku Urgyen (alm.). Ia juga menerima banyak ajaran-ajaran penting yang diajarkan secara turun temurun, yang diberikan oleh para guru besar Kagyud, yaitu Yang Mulia Sharmapa, Situpa dan Gyaltsapa. Selain itu, ia juga diberi pengajaran oleh para cendekiawan agama Buddha yang ternama, seperti Khenchen Trangu Rinpoche, Khenchen Tsultrim Gyamtso serta Khenchen Chodak Tenphel. Rinpoche telah memberikan inisiasi kepada lebih dari 30.000 pengikut Buddha, yang di antaranya terdapat banyak sekali inkarnasi Tulku, para biksu dan juga umat biasa. Ribuan umat datang untuk meminta perlindungan kepadanya, dan diapun melimpahkan berkatnya kepada semua orang yang menyambutnya. Banyak juga para pengikutnya yang sudah sangat tua dan pernah menyaksikan sendiri inkarnasi sebelumnya, menitikkan air mata bahagia, terkenang atas masa lampau dan bahagia demi menghadapi inkarnasi sekarang ini, yang sudah berusia hampir 43 tahun. Tiap tahun dia datang ke Jakarta, Surabaya, Medan, Pekanbaru, Palembang mengadakan puja, memberikan inisiasi dan berkat bagi umat yang hadir.

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting