Xue Ju (Hanzi: 薛举, ?-618) adalah seorang pemimpin pemberontak pada akhir Dinasti Sui yang mengangkat dirinya sebagai Kaisar Qin (秦帝). Ia memberontak terhadap pemerintah Sui tahun 617, wilayah kekuasaannya meliputi bagian timur Provinsi Gansu. Saingan terberatnya adalah Li Yuan, salah satu jenderal Sui yang memberontak dan mendirikan Dinasti Tang. Xue sempat beberapa kali mengalahkan Li dalam beberapa pertempuran, tetapi sebelum sempat menyerbu ibu kota Tang, Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi), ia meninggal karena sakit tahun 618. Putra sulungnya, Xue Rengao, menggantikannya dan secara anumerta menggelarinya Kaisar Wu (武皇帝). Xue Rengao hanya sebentar menikmati tahtanya karena tiga bulan setelah kematian ayahnya ia kalah dan dihukum mati oleh Li Shimin, putra kedua Li Yuan, dengan demikian berakhir pulalah dinasti yang didirikannya.

Kehidupan awal sunting

Keluarga Xue Ju berasal dari Hedong (sekarang Yuncheng, Shanxi), namun kemudian ayahnya, Xue Wang, bermigrasi ke Jincheng (sekarang Lanzhou, Gansu). Ia dikenal sebagai seorang pria yang berani dan bertubuh kuat. Dengan kekayaan keluarganya ia menjalin hubungan dengan orang-orang di kampungnya sehingga menjadikannya salah satu dari golongan kelas menengah yang berpengaruh disana.

Tahun 617, pemberontakan petani meletus di berbagai wilayah di Tiongkok termasuk di Gansu. Hao Yuan, kepala daerah Jincheng mengumpulkan rakyat setempat untuk wajib militer. Hao mempercayakan beberapa ribu orang kepada Xue untuk menjadi komandannya. Pada musim panas tahun itu, Hao telah mendistribusikan baju zirah dan senjata pada mereka lalu mengadakan jamuan untuk melepas kepergian mereka. Dalam kesempatan ini, Xue, putra sulungnya, Xue Rengao dan 13 pengikutnya menahan Hao lalu mengumumkan pemberontakan mereka terhadap pemerintah Sui. Xue menahan para pejabat lokal dan membuka lumbung untuk membagi-bagikan makanan pada orang miskin. Ia menggelari dirinya Pangeran Penakluk dari Qin Barat (西秦霸王), kemungkinan meniru gelar Xiang Yu (panglima pemberontak pada akhir Dinasti Qin) sebagai Pangeran Penakluk dari Chu Barat (西楚霸王). Sebagai tanda memisahkan diri dari Sui, ia juga mengubah nama tahun pemerintahan saat itu yaitu Daxing menjadi Qinxing. Ia mengangkat putranya, Xue Rengao, sebagai Adipati Qi dan Xue Renyue sebagai Adipati Jin. Ia lalu membujuk para pemimpin pemberontak di sekitar wilayahnya untuk tunduk padanya dan menjarah peternakan milik pemerintah. Salah satu dari mereka, Zong Luohou, menjadi jenderal kepercayaannya, padanya Xue memberinya gelar Adipati Yixing. Dalam waktu singkat, hampir seluruh wilayah timur Gansu telah berada di bawah kekuasaannya. Ia menaikkan gelar kedua putranya dan Zong sebagai pangeran.

Kaisar Qin sunting

Musim gugur 617, Xue Ju mengangkat dirinya sebagai Kaisar Qin, istrinya Nyonya Ju dijadikan permaisuri dan Xue Rengao diangkat sebagai putra mahkota. Xue Rengao kemudian menaklukan Tianshui, Gansu yang lalu dijadikan ibu kota oleh Xue Ju. Xue Rengao seorang jenderal yang gagah berani namun reputasinya dinodai oleh kekejamannya terhadap tawanan perang. Xue Ju sering menegurnya karena hal ini, “Kau mungkin mampu melakukan hal-hal besar, tetapi terlalu keras dan kejam, tidak kenal ampun pada orang lain. Bila kau terus begini, satu hari nanti negara dan keluarga ini bisa hancur di tanganmu.” Namun catatan sejarah juga menyebutkan Xue Ju sendiri juga seorang yang kejam, ia sering membunuh tawanan perang atau menyiksa mereka dengan memotong lidah dan hidungnya sehingga tidak banyak orang yang rela mengikutinya. Ketika Xue, mengirim putranya, Xue Renyue untuk menaklukan wilayah Sichuan, Xiao Yu, gubernur pos militer Hechi (sekarang Baoji, Shaanxi) menahannya sehingga pasukan itu tidak dapat maju lagi. Ia juga mengirim Jenderal Chang Zhongxing ke wilayah barat Sungai Kuning untuk memerangi Li Gui, pemimpin pemberontak lainnya. Namun Chang dikalahkan oleh Li Yun, salah seorang jenderal Li dan seluruh pasukannya tertawan. Namun belakangan Li Gui membebaskan dan memulangkan mereka pada Xue.

Sekitar awal tahun 618, Xue mengirim Xue Rengao menyerang pos militer Fufeng (juga di wilayah Baoji) namun ia dihambat oleh pemimpin pemberontak, Li Hongzhi, yang mengangkat dirinya Kaisar Chu dan bawahannya Tang Bi, Pangeran Tang. Xue mengirim pesan pada Tang dan membujuknya agar menyerah, Tang pun akhirnya membunuh Li dan menawarkan untuk menyerah. Namun Xue Rengao malah menyerangnya dan menawan seluruh pasukannya. Setelah Fufeng ditaklukan, Xue Ju memasuki kota itu dan merencanakan serangan berikutnya terhadap ibu kota Sui, Chang’an, yang telah jatuh ke tangan Jenderal Li Yuan, yang mengangkat cucu Kaisar Yang dari Sui, Yang You, sebagai kaisar boneka dengan gelar Kaisar Gong. Xue Rengao mengalami kekalahan besar dari Li Shimin, putra kedua Li Yuan. Xue Ju dengan ketakutan bertanya pada para pejabatnya, “Sejak zaman dahulu, apakah pernah ada kaisar yang menyerah ?”. Chu Liang menjawab pertanyaannya dengan memberi contoh tentang Zhao Tuo (Kaisar Nanyue/ Vietnam pada awal Dinasti Han), Liu Shan (kaisar terakhir Negara Shu Han pada Zaman Tiga Kerajaan), dan Xiao Cong (Kaisar Jing dari Liang Barat). Namun Hao Yuan, yang saat itu telah menjadi bawahan Xue, tiba-tiba menyela, “Yang mulia tidak sepantasnya bertanya seperti itu, jawaban Chu Liang itu tidak masuk akal dan berisi niat pemberontakan. Kaisar Han Gaozu juga sering menerima kekalahan, kaisar pertama Shu (Liu Bei) bahkan pernah tidak sanggup melindungi anak dan istrinya. Kalah dan menang dalam suatu peperangan adalah hal wajar. Bagaimana bisa anda berpikir untuk menyerah hanya karena satu kekalahan ?”

Xue pun menyadari kekeliruannya bertanya yang tidak sepantasnya itu dan ia memberi penghargaan pada Hao serta mengangkatnya sebagai ahli strategi tertingginya. Belakangan Li Yuan mengirim jenderal-jenderalnya Jiang Mo, Liu Shirang, dan Dou Gui menyerang Xue. Xue berhasil mengalahkan mereka, Liu tertawan, Jiang dan Dou kabur. Atas saran Hao, Xue menjalin persekutuan tiga pihak dengan suku Tujue Timur (suku Turki) dan Liang Shidu, pemimpin pemberontak yang mengangkat diri sebagai Kaisar Liang, untuk bersama-sama menyerang Chang’an. Namun seorang jenderal Tang, Zhang Changsun memperingati jenderal Tujue, Ashina Duobi bahwa pihaknya telah berjaga-jaga terhadap aliansi itu. Ashina pun memilih untuk mengingkari kesepakatan dan tidak memberi bantuan terhadap Xue maupun Liang. Tidak lama kemudian tersiar kabar bahwa Kaisar Yang telah terbunuh dalam sebuah kudeta militer pimpinan Jenderal Yuwen Huaji di Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu). Li Yuan mengambil alih tahta dari Yang You dan mendirikan Dinasti Tang dengan dirinya sebagai Kaisar Tang Gaozu.

Musim panas 618, Xue Ju menyerang Jingzhou (sekarang Pingliang, Gansu) yang merupakan wilayah Tang sehingga Kaisar Gaozu mengirim Li Shimin untuk menghalau serangan Xue. Li Shimin menjalankan strategi bertahan di balik benteng yang kokoh dan tidak menghadapi pasukan Xue secara frontal sambil menunggu pasukan Xue kehabisan makanan dan turun semangatnya. Tak lama kemudian Li terkena malaria dan terbaring sakit. Ia berpesan pada bawahannya Liu Wenjing dan Yin Kaishan yang menggantikannya sementara untuk tidak melakukan penyerangan terhadap Xue. Namun Yin dan Liu memandang enteng terhadap Xue dan melanggar perintah. Akibatnya Xue Ju berhasil menyergap mereka di Dataran Qianshui (sekarang Xianyang, Shaanxi), kerusakan di pihak pasukan Tang mencapai 50-60%. Li Shimin pun terpaksa harus mundur ke Chang’an, Liu dan Yin dipecat dari jabatannya. Hao menyarankan agar Xue secepatnya menyerang Chang’an. Xue menyetujui sarannya, tetapi sayang sebelum sempat menjalankan rencana itu ia jatuh sakit dan meninggal. Xue Rengao menggantikannya sebagai Kaisar Qin dan memberinya gelar anumerta Wu, tetapi dalam waktu tiga bulan setelah kematian ayahnya ia dikalahkan oleh Li Shimin, saat itu bahkan Xue Ju belum dimakamkan dengan layak.