Widagdo Setiawan (lahir 16 April 1984) adalah peraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Internasional 2002, Olimpiade Fisika Internasional 2003, dan Olimpiade Fisika Asia 2003. Ia sampai saat ini tercatat sebagai satu-satunya siswa Indonesia yang dua kali meraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Internasional.

Sejak kecil prestasi Widagdo selalu menonjol, Ia selalu menempati peringkat atas di sekolahnya. Nilai pelajaran eksakta, seperti; fisika, kimia, dan matematika, selalu menonjol. Ia hampir selalu memperoleh angka sembilan untuk mata pelajaran tersebut. "Sejak dulu saya memang lebih suka pelajaran berhitung ketimbang menghafal," katanya. Widagdo yang pada awalnya tidak terlalu tertarik mengikuti seleksi anggota tim olimpiade akhirnya mengubah pendiriannya karena mendengar informasi bahwa peraih medali olimpiade fisika memperoleh kesempatan belajar ke Institut Teknologi Massachusetts. Ia pun kemudian mengikuti seleksi dari tingkat sekolah sampai tingkat nasional, dan Ia pun lolos terpilih menjadi salah seorang siswa yang dipersiapkan masuk Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).

Anak sulung dari pasangan Dharma Setiawan dan Lisa Anggraeni ini, berhasil meraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Internasional (nama resmi: International Phisics Olympiad atau IPhO) ke-33 di Denpasar, Bali pada 22-29 Juli 2002. Tim Olimpiade Fisika Indonesia berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan menyabet 3 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu. Medali emas diraih oleh Agustinus Peter Sahanggamu (SMUN 78 Jakarta), Widagdo Setiawan (SMUN 1 Denpasar), dan Fadjar Ardian (SMU Insan Cendekia Serpong). Sedangkan medali perak diraih Christopher Hendriks (SMU Pelita Harapan Karawaci) dan medali perunggu diraih Evelyn Mintarno (SMU BPK Penabur 1 Jakarta).

Pada tahun berikutnya, Widagdo juga berhasil meraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Internasional ke-34 di Taipei, Taiwan pada 2-11 Agustus 2003. Dalam ajang kompetisi yang diikuti 270 peserta dari 54 negara ini, Ia memperlihatkan kemampuannya dengan memperoleh total nilai 40 sehingga menempatkan dirinya pada posisi ketiga dalam perolehan nilai tertinggi. Tim Indonesia kembali menyabet 1 medali emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Medali emas diraih Widagdo Setiawan (SMUN 1 Denpasar), medali perak diraih oleh Bernard Ricardo (SMU Regina Pacis Bogor) dan Rangga Perdana Budoyo (SMU Taruna Nusantara Magelang), serta medali perunggu diraih oleh Tri Wiyono Darsono (SMUN 3 Yogyakarta) dan Yudistira Virgus (SMU Xaverius 1 Palembang).

Sebelumnya, Widagdo pun meraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Asia (nama resmi: Asian Phisics Olympiad atau APhO) ke-4 di Bangkok, Thailand pada 20-29 April 2003. Tim Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan menyabet 6 medali emas dan 2 honorable mention. Medali emas diraih oleh Rangga Perdana Budaya (SMU Taruna Nusantara Magelang), Hani Nurbiantoro S (SMU Sedes Sapiantiae Semarang), Bernard Ricardo (SMU Regina Pacis Bogor), Yudistira Virgus (SMU Xaverius 1 Palembang), Widagdo Setiawan (SMUN 1 Denpasar), dan Tri Wiyono Darsowiyono (SMUN 3 Yogyakarta).

Atas prestasinya, Widagdo Setiawan memperoleh beasiswa di Institut Teknologi Massachusetts (Massachusetts Institute of Technology), Amerika Serikat. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya dalam bidang Fisika dengan memperoleh gelar Ph.D. dari Universitas Harvard, Amerika Serikat pada tahun 2012.[1] Ia melakukan riset di bawah profesor Markus Greiner, menyelidiki mikroskop gas Fermi.

Prestasi sunting

== Referensi ==,ksvln

  1. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-12-28. Diakses tanggal 2015-03-31. 

Pranala luar sunting