Tinilo adalah salah satu jenis pantun Gorontalo yang bersajak, berjumlah empat baris dalam setiap bait. Tinilo berisi sanjungan, hiburan, doa, sejarah, ajakan, dan lain-lain.[1] Syair Tinilo dilantunkan bersama-sama dalam upacara adat, yaitu upacara gunting rambut (aqikah), yang dalam bahasa Gorontalo disebut huntingo, upacara perkawinan atau nikah, upacara peringatan kematian yang keempat puluh hari yang dalam bahasa Gorontalo disebut tinilo pa’ita (syair yang digunakan untuk mengganti batu nisan).[2]

Jenis-jenis tinilo sunting

Tinilo dapat dibagi menjadi 4 jenis sesuai pelaksanaanya dalam upacara atau prosesi adat yaitu:[3]

  1. Tinilo kola-kola, yaitu tinilo yang dipakai untuk mengiringi harta antaran dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan, berisi sanjungan kepada mempelai laki-laki.
  2. Tinilo talanggeda, yaitu tinilo yang dipakai untuk mengiringi arak-arakan penjemputan raja yang baru.
  3. Tinilo mopopi'ito, yaitu tinilo untuk menidurkan raja, berisi hiburan bagi raja.
  4. Tinilo pa’ita, yaitu tinilo untuk orang berduka, berisi hiburan dan doa bagi keluarga yang berduka.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Hinta, Ellyana G (2005). Tinilio Pai'ta,Naskah Puisi Gorontalo:Sebuah Kajian Filologis. Jakarta: Djambatan. ISBN 979-428-596-X. 
  2. ^ Yudono, Jodhi, ed. (2011-08-10). "Gorontalo Punya Tradisi Literasi". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-09-30. 
  3. ^ Tuloli, Nani (1991). Tanggomo, salah satu ragam sastra lisan Gorontalo (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Intermasa. hlm. 59–60. ISBN 978-979-8114-80-9.