Theresia Saelmaekers

Moeder Theresia Saelmaekers (17971886) adalah pendiri Kongregasi Suster Santo Fransiskus “Charitas” atau Suster Charitas yang awal mula berpusat di Oosterhout dan sekarang berpusat di Palembang. Sumatera Selatan, Indonesia.

Moeder Theresia Saelmaekers
In Omnibus Charitas (Kasih di dalam segala)

Tempat lahir sunting

Berasal dari keluarga katolik yang saleh dan sederhana, lahir di Leuven, Belgia pada tanggal 5 September 1797, dari pasangan Johanes Yoseph Saelmaekers, seorang pembuat kunci, yang berasal dari Tienen dan Maria Elisabet Barthels dari Leuven. Ketika lahir orang tuanya memberinya nama Barbara Saelmaekers. Kehidupan keluarga yang sederhana menyebabkan orang tuanya harus bekerja keras untuk mendapatkan nafkah bagi keluarganya. Situasi keluarga yang dialami Barbara Saelmaekers sangat memengaruhi perkembangan hidupnya. Kesalehan dalam hidup beriman dan kesederhanaaan keluarganya membuat ia bertumbuh menjadi seorang gadis yang beriman kuat, teguh dalam harapan, tekun berdoa, berani, penuh tanggung jawab, berwatak keras dan tidak gentar menghadapi kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Keutamaan-keutamaan yang terbentuk dari lingkungan keluarganya ini memberikan kekuatan kepadanya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan besar yang muncul ketika mendirikan kongregasi religius. Ia memiliki daya tahan yang luar biasa dan kuat dalam menghadapi kesulitan dan berbagai tantangan yang menimpanya.

Masa awal menjadi Suster sunting

Setelah melewati perjalanan yang panjang Tuhan menyentuh hati Barbara untuk mempersembahkan hidupnya dalam kehidupan religius. Meski situasi saat itu sangat sulit dan menantang akibat Revolusi Prancis, yakni banyaknya anak telantar, orang sakit dan lanjut usia, kehidupan beriman merosot dan menghadapi pihak-pihak yang menyulitkan perjuangannya, namun Barbara tetap melangkah dan mengandalkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Maka pada tanggal 8 Juli 1830, Barbara memasuki kehidupan membiara dan memilih nama biara Suster Theresia dari Santo Yoseph. Dan saat itu ia dipilih oleh teman-temannya sebagai pemimpin mereka. Anggaran Dasar yang dipakai adalah Anggaran Dasar Ordo III Fransiskan. Pada waktu ia memasuki masa novisiat, Barbara memilih nama biara Suster Theresia dari St. Yoseph. Bersama rekan-rekan seperjalanan ia bertekun mengabdikan diri dalam pelayanan kesehatan untuk orang sakit, lanjut usia, pendidikan anak-anak telantar dan pastoral untuk membina hidup rohani dan hidup beriman, sesuai dengan tujuan Kongregasi yang didirikannya yakni “Dalam kegembiraan, kesederhanaan dan terutama dalam cintakasih menolong orang lain seraya berdoa dan berkurban memberi kesaksian akan suka cita hidup sendiri di tengah-tengah orang sakit dan kaum miskin”. Semangat yang telah dirintisnya, diperjuangkannya dan dinyatakan dalam hidup, selanjutnya menjadi semangat seluruh anggota kongregasinya sampai saat ini. Maka dalam berbagai kegiatan dan karya yang dilakukan oleh generasinya, arah pelayanan selalu ditujukan kepada orang sakit, telantar, miskin, dan berkekurangan guna menyembuhkan, membebaskan dan memberdayakan sesama melalui pelayanan insani dengan warna rohani dalam semangat kegembiraan dan cinta kasih. Ia memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria, yang tumbuh dari imannya yang mendalam. Dan ia sungguh menyakini bahwa iman itu juga yang mendorong Maria Yang Terkandung Tanpa Noda untuk menjawab kehendak Allah dengan “Fiat”. Maka Kongregasinya ditaruhnya di bawah perlindungan Bunda Maria Yang Terkandung Tanpa Noda. Dengan berdoa dan berkurban juga ia yakini dapat membuatnya mampu memberikan diri kepada orang-orang sakit dan kaum miskin. Doa yang ia sukai adalah doa St. Stanislaus kepada Bunda Maria, yang juga menjadi doa penyerahan harian kepada Maria bagi generasinya sampai saat ini: “Oh Bunda yang manis, segala pekerjaan, penderitaan, roh dan hatiku kupersembahkan kepadamu. Terimalah pujian, hormat, dan cinta dari hambamu yang lemah ini. Persembahkanlah ini kepada Yesus, Puteramu dan penyelamatku. Hati Maria yang manis jadilah keselamatanku”.

Pranala luar sunting