Tengadak

Sejenis karper sungai
Tengadak
Tengadak, Barbonymus schwanenfeldii
dari Sungai Pesaguan, Tumbang Titi, Ketapang
Tidak dievaluasi (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
B. schwanenfeldii
Nama binomial
Barbonymus schwanenfeldii
(Bleeker, 1853)
Sinonim
  • Barbus Schwanenfeldii Bleeker, 1853[1]
  • Systomus (Barbodes) Schwanefeldi Bleeker, 1860
  • Puntius (Barbodes) Schwanefeldi Bleeker, 1863
  • Cyclocheilichthys (Siaja) macropus Vinciguerra, 1879

Tengadak, kapiat, atau lempam (Barbonymus schwanenfeldii) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae (kerabat ikan mas). Ikan ini menyebar luas di Asia Tenggara daratan dan Indonesia bagian barat. Nama-nama lokalnya di pelbagai daerah, di antaranya, tengadak, tengadak merah (Klm.); kepiat, kapiat, kapiek, kepiyek (Jambi); lempam, lampam, lampam jawa (Mly.); lampan (Lamp.).[2][3] Dalam bahasa Inggris ikan ini dikenal sebagai Tinfoil Barb.

Pengenalan sunting

 
Pelat identifikasi menurut Bleeker, 1860

Ikan karper berukuran sedang, panjang standar (SL, standard length) mencapai 340 mm. Profil badannya bundar telur memanjang apabila dilihat dari samping, dan memipih tegak dilihat dari depan; dengan garis tengkuk yang melengkung hingga awal sirip dorsal. Sisik-sisik relatif berukuran besar. Tinggi tubuh 2,3-2,4 kalinya sebanding dengan panjang standar; sementara panjang kepalanya 3,5-4 kalinya sebanding dengan panjng standar. Moncongnya menumpul; dua pasang sungut terdapat di atas dan di sudut mulutnya, di rahang atas.[3]

 
Sekelompok tengadak di akuarium

Sirip dorsal (punggung) dengan III jari-jari keras (duri) dan 8 jari-jari lunak; sirip anal (dubur) III, 5; sirip pektoral (dada) I, 14-15; dan sirip ventral (perut) II, 8. Sisik-sisik dengan gurat sisi berjumlah 35-36. Diantarai oleh 8 deret sisik vertikal, awal sirip dorsal kira-kira sejajar dengan gurat sisi ke-11. Awal sirip dorsal ini dipisahkan oleh 13 sisik dari kepala belakang. Duri ke-III sirip dorsal besar dan kuat, dengan gerigi kuat di sisi belakangnya. Batang ekor dikelilingi oleh 16 sisik. Sirip kaudal (ekor) berbelah dalam, ujung-ujungnya meruncing, lebih panjang dibandingkan kepala.[3]

Punggungnya kehijauan; sisi sampingnya keperakan hingga putih di bagian perut; sisik-sisik di arah punggung dengan pangkal berwarna gelap keunguan. Sirip-sirip dorsal dan kaudal berwarna merah indah; bagian muka sirip dorsal dan tepi atas serta tepi bawah sirip kaudal dengan pita ungu kehitaman. Sirip-sirip yang lain kemerah-jambuan.[2]

Agihan dan kebiasaan sunting

Tengadak menyebar mulai dari Thailand di utara, Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan. Catatan dan spesimina diperoleh dari Padang, Solok Danau Singkarak, Padang Panjang, Payakumbuh, Danau Maninjau, Sijunjung, Sungai Kuantan atau Sungai Indragiri, Taluk, Rengat, Sungai Kampar, Langkat, Serdang (Sungai Ular), Jambi, Palembang, Sungai Musi, Muara Kumpeh, Benakat, Sungai Pengabuan (Lampung); Sungai Kapuas, Pontianak, Sungai Baram, Danau Seriang, Sungai Mahakam, Samarinda, Kota Bangun, dll.[3]

Habitat ikan ini adalah sungai-sungai besar dan kecil, kanal-kanal dan parit. Tengadak lebih banyak memakan tumbuhan, yakni makrofita akuatik dan tumbuhan darat yang terendam air. Kadang-kadang tengadak memangsa ikan-ikan kecil.[4] Pengamatan di Sungai Musi mendapatkan bahwa makanan ikan lampam terutama terdiri dari detritus; ditambah lagi ganggang chlorophyceae, cacing, tumbuhan air, serangga, diatom, cyanophyceae, krustasea, protozoa, rotifera, desmidiaceae dan lain-lain.[5] Tengadak biasanya hidup di sungai dengan suhu antara 22 °C - 25 °C dan dengan kisaran pH antara 6.5 hingga 7.[6]

Masa reproduksi ikan kapiek (di Sungai Rangau, Riau) diperkirakan terjadi pada musim hujan (September-Februari). Ikan ini biasanya memijah pada aliran sungai yang tenang dan banyak tanaman air, pada saat permukaan air mulai naik.[7] Fekunditasnya berkisar antara 1.393-7.826 butir, dengan rata-rata 5.096 butir, telur per ekor induk ikan.[5]

Manfaat sunting

Ditangkap dengan jala, jaring, bubu, atau pancing, tengadak merupakan ikan konsumsi yang cukup penting di daerah sebarannya. Umumnya tengadak dijual segar di pasar-pasar lokal; kadang-kadang diasinkan.

Ikan ini juga digemari sebagai ikan pancingan (sport).

Jenis yang serupa sunting

 
Tengadak (atas) dan hampal (bawah)

Belingka (Barbonymus belinka) memiliki ciri-ciri meristik yang mirip. Perbedaannya, pada belingka terdapat 9 deret (tengadak: 8 deret) sisik yang memisahkan pangkal sirip dorsal dengan gurat sisi; dan sejumlah (36-)37-38 sisik gurat sisi (tengadak: 35-36 sisik). Warna tubuh belingka cenderung kebiruan, sementara tengadak cenderung hijau zaitun.[8] Pangkal sirip dorsal dipisahkan oleh 16 sisik (tengadak: 13 sisik) dari kepala bagian belakang; dan pangkal sirip ini kira-kira setentang sisik ke-13 (tengadak: sisik ke-11) pada gurat sisi.[9]

Dari segi pewarnaan, hampal dan brek juga memiliki pola warna sirip yang serupa dengan tengadak. Hanya, ketiga jenis ikan ini memiliki bentuk tubuh yang berlainan. Lagipula, pada masing-masing sisi sirip kaudal tengadak sebelah luar terdapat pita warna putih yang agak lebar, yang tidak dipunyai hampal dan brek.

Catatan taksonomis sunting

Ketika menerbitkan deskripsi ikan tengadak untuk pertama kalinya, Pieter Bleeker menuliskan namanya sebagai Barbus Schwanenfeldi.[1] Belakangan Bleeker menyadari bahwa ia salah ketik, dan kemudian merevisinya menjadi Barbus Schwanefeldi; karena nama ini didasarkan pada nama seorang kolektor ikan, H.W. Schwanefeld.[10] Selama hampir satu setengah abad kemudian, epitet spesifik schwanefeldii inilah yang dipakai, hingga kemudian Maurice Kottelat merevisi pandangan ini dan mengembalikannya kepada ejaan schwanenfeldii, yang walaupun ‘salah ketik’ namun lebih berhak dipakai menurut International Code of Zoological Nomenclature (ICZN, Kode Internasional Tatanama Zoologi) edisi 1985.[11]

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b Bleeker, P. 1853. Nieuwe tientallen diagnostische beschrijvingen van nieuwe of weinig bekende vischsoorten van Sumatra. Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch Indië / uitgegeven door de Natuurkundige Vereeniging in Nederlandsch Indië. Deel V: 517-8. Batavia:Lange &co, 1853.
  2. ^ a b Bleeker, P. 1860. Ichthyologiae Archipelagi Indici Prodromus vol II Cyprini: 323. Bataviae: Typis Langei &soc. (terj. Ingg.)
  3. ^ a b c d Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago III: 178-9. E.J. Brill. Leiden.
  4. ^ Rainboth, W.J. 1996. Fishes of the Cambodian Mekong. FAO Species Identification Field Guide for Fishery Purposes. p. 95. FAO, Rome. ISBN 92-5-103743-4
  5. ^ a b Setiawan, B. 2007. Biologi reproduksi dan kebiasaan makan ikan lampam (Barbonymus schwanenfeldii) di Sungai Musi, Sumatera Selatan. Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. (tidak diterbitkan)
  6. ^ Imani, A. 2014. Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. (tidak diterbitkan)
  7. ^ Yustina & Arnentis. 2002. Aspek Reproduksi Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Bleeker) di Sungai Rangau – Riau, Sumatra. Jurnal Matematika dan Sains 7(1): 5 – 14 Diarsipkan 2014-04-27 di Wayback Machine., April 2002
  8. ^ Bleeker, P. 1860. op. cit.: 321, 323
  9. ^ Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1916. op. cit.: 171
  10. ^ Bleeker, P. 1854. Overzigt de ichthyologische fauna van Sumatra, met beschrijving van eenige nieuwe soorten. Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch Indië / uitgegeven door de Natuurkundige Vereeniging in Nederlandsch Indië. Deel VII: 66 & 51. Batavia:Lange &co, 1854.
  11. ^ Kottelat, M. 1999. Nomenclature of the genera Barbodes, Cyclocheilichthys, Rasbora and Chonerhinos (Teleostei: Cyprinidae and Tetraodontidae), with comments on the definition of the first reviser. Raff. Bull. Zool. 47(2): 591-600 Diarsipkan 2007-08-11 di Wayback Machine..

Pranala luar sunting