Tempel 1

komet berkala

Tempel 1 (nama resmi: 9P/Tempel 1) adalah sebuah komet periodik yang ditemukan pada 3 April 1867 oleh Ernst Wilhelm Leberecht Tempel, seorang ahli astronomi di Marseille.

Nukleus komet 9P/Tempel 1 (hasil pencitraan wahana penabrak Deep Impact).

Pada saat ditemukan, Tempel 1 mencapai periphelion setiap 5,68 tahun. Komet ini kemudian diamati pada tahun 1873 dan 1879. Meskipun begitu, orbit Tempel 1 kadang membawanya hingga cukup dekat dengan Jupiter sehingga orbitnya berubah dan masa pengorbitannya pun turut berubah karenanya. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1881, memperpanjang masa pengorbitan hingga 6,5 tahun. Periphelionnya juga berubah, meningkat hingga 50 juta kilometer, dan mengakibatkannya terlihat kurang jelas dari Bumi. Akibatnya, ahli-ahli astronomi kehilangan jejaknya dan mengira bahwa ia telah hancur. Tempel 1 ditemukan kembali pada tahun 1960-an setelah ahli astronomi Amerika Brian G. Marsden melakukan perhitungan akurat terhadap orbit komet tersebut dengan turut menghitung akibat dari gangguan Jupiter. Masa pengorbitannya kini adalah 5,5 tahun.

Tempel 1 bukan merupakan komet yang terang; magnitudo maksimumnya hingga kini adalah 11, jauh di bawah kemampuan penglihatan mata telanjang. Ukurannya diyakini adalah 14 x 4 kilometer, berdasarkan pengukuran yang dilakukan Teleskop Hubble pada keadaan cahaya yang tampak dan Teleskop Spitzer dalam sinar inframerah. Menggabungkan pengamatan-pengamatan ini menghasilkan albedo yang rendah sebesar 4% dan memastikan tingkat rotasi sebanyak dua hari.

Misi luar angkasa Deep Impact sunting

 
Animasi penabrakan Tempel 1 oleh Deep Impact.
 

Pada 4 Juli 2005 pukul 05:52 UTC, Tempel 1 ditabrakkan wahana penabrak NASA bernama Deep Impact. Teleskop-teleskop Bumi dan luar angkasa mengamati penerangan sebesar beberapa magnitudo setelah tabrakan terjadi sementara bagian pengamat Deep Impact merekam semburan yang terang dari lokasi tabrakan.

Rincian tepat mengenai kawah yang dihasilkan tabrakan tersebut masih belum diketahui. Diyakini bahwa kawah tersebut bisa mempunyai diameter mencapai 200 meter dan kedalaman sebesar 30–50 m, tetapi kawah tersebut bisa juga lebih kecil tergantung komposisi dan struktur Tempel 1. Tujuan misi Deep Impact adalah untuk mempelajari komposisi interior nukleus sebuah komet.

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting