Tari Zapin

salah satu tarian di Indonesia

Tari Zapin (Jawi: زافين) merupakan tarian yang berasal dari negeri Yaman yang populer dalam kalangan masyarakat Melayu di Indonesia, terutama di wilayah yang bermayoritas Melayu seperti di Sumatra (Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Selatan), Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur), dan di negara-negara yang memiliki populasi Melayu lainnya seperti di Malaysia (terutama di wilayah Pahang, Johor, Selangor, Perlis, Pulau Pinang,Kedah, Kelantan, Terengganu, Perak, Sarawak, Negeri Sembilan,Melaka, Labuan, Sabah), Brunei dan Singapura.

Tari Zapin
Para penari zapin di Pontianak, Kalimantan Barat
Nama asliZapin,[1][2][3] Japin,[4][5] Jepin,[6] Jepen[7]
EtimologiAl-Zafn
InstrumenGambus, Gendang, Marawis, Rebana
PenciptaOrang Yaman
AsalYaman

Zapin diyakini masuk ke wilayah Nusantara dipengaruhi oleh orang-orang Persia dan Arab yang berakulturasi dengan kebudayaan Melayu lokal dalam menyebarkan ajaran Islam dari Timur Tengah pada sekitar abad keempat belas. Kala itu hanya laki-laki yang diperbolehkan untuk melakukan tarian Zapin; Sekarang ini, penari wanita juga dapat disertakan. Dahulu, tarian ini hanya dilakukan untuk upacara keagamaan tetapi selama bertahun-tahun tarian itu telah berkembang menjadi suatu bentuk hiburan tradisional bagi masyarakat Melayu, sehingga penari wanita diperbolehkan berpartisipasi.

Sejarah sunting

Pada awalnya seni tari dan musik Zapin dijadikan sebagai hiburan bagi murid-murid setelah mengaji agama di lingkungan kerajaan. Namun setelah Tengku Embung Badariah binti Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766 – 1780 M) menikah dengan Syarif Utsman bin Syarif Abdul Rahman Syahabuddin, keberadaan Tari Zapin semakin berkembang di wilayah Great Tradition (Lingkungan Istana) dan berakulturasi dengan budaya lokal. Akhirnya, tari Zapin menjadi seni hiburan di kalangan istana bahkan dalam acara seremonial kerajaan sehingga dikenal dengan sebutan Zapin Istana (Siak Sri Inderapura). Dengan demikian dapat diketahui, seiring dengan usaha pedagang Arab dalam mengembangkan agama Islam di daerah-daerah yang dipengaruhi Melayu, mereka juga telah meninggalkan kesenian Zapin di daerah-daerah yang dikunjungi, dan selanjutnya, Zapin mengalami proses akulturasi dengan budaya setempat, seperti yang terdapat di wilayah Indonesia dan Malaysia. Tari Zapin saat ini tampak hidup dan berkembang hampir di sebagian besar daerah Riau, terutama daerah pantai (Kepulauan Riau), dan di bekas pusat-pusat pemerintahan kerajaan Melayu seperti di Siak Sri Inderapura, Pulau Penyengat, Tambelan dan pulau-pulau di sekitar Laut Tiongkok Selatan. Tari Zapin dalam zaman keemasan Kesultanan Siak Sri Inderapura sengaja dilakukan pembinaan dan dipelihara sebagai suatu bentuk kesenian yang memiliki kaidah-kaidah yang luhur dan santun. Tari Zapin berkembang tidak hanya di kalangan istana tetapi juga di kalangan masyarakat Melayu dengan bemacam ragam tarian dan gerak yang cukup khas. Dalam konteks seni tari, Islam memberikan kontribusi ke dalam berbagai jenis tari, seperti pada tari Zapin. Dengan berbagai normanya, seperti adanya gerak sembah atau salam, gerak ragam-ragam (langkah belakang siku keluang), anak ayam, anak ikan, buang anak, lompat kecil, lompat tiung, pisau belanak, pecah, tahto, tahtim dan lain-lain. Kemudian juga mengandung berbagai unsur tari sufisme juga muncul dalam kebudayaan Melayu. Gerak-gerak simbolik seperti alif, mim, ba, merupakan bagian dari tradisi sufi di kawasan ini. Dengan demikian, kontinuitas dan perubahan tari Melayu khususnya tari Zapin menuruti perubahan internal dalam kebudayaan Melayu sendiri atau perubahan eksternal dari luar.[8]

Instrumen sunting

Musik pengiringnya terdiri atas dua alat yang utama yaitu alat musik petik Gambus dan tiga buah alat musik tabuh Marwas/Marawis, Gendang, dan Rebana. Biola dan Akordion juga digunakan pada beberapa jenis Zapin.

Ragam jenis sunting

Indonesia merupakan rumah bagi ragam jenis tari Zapin terbesar di dunia. Tari Zapin memiliki jenis yang sangat beraneka ragam, dan setiap tipe jenis Zapin memiliki pebedaan pada gerakan maupun gaya tarian, berikut merupakan berbagai macam ragam daftar tari Zapin di Nusantara, yaitu:

Etimologi sunting

Tarian Zapin berasal dari perkataan Arab yaitu "Zaffan" yang artinya penari dan "Al-Zafin" yang artinya gerak kaki.

Bacaan lanjut sunting

Pranala luar sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Zapin". jakarta.go.id. The Official Communications, Informatics and Statistics Province's Exclusive Capital Government of Jakarta (eng). 12 December 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-02. Diakses tanggal 29 December 2020. 
  2. ^ "Japin / Zapin Dance (eng)". jakarta-tourism.go.id. Jakarta Tourism Service. Diakses tanggal 29 December 2020. 
  3. ^ "Zapin". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Directorate of Cultural and Heritage Diplomacy, Directorate General of Culture of The Republic of Indonesia. 2010–2020. Diakses tanggal 29 December 2020. 
  4. ^ "Japin / Zapin Dance (eng)". jakarta-tourism.go.id. Jakarta Tourism Service. Diakses tanggal 29 December 2020. 
  5. ^ "Japin". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Directorate of Cultural and Heritage Diplomacy, Directorate General of Culture of The Republic of Indonesia. 2015–2020. Diakses tanggal 29 December 2020. 
  6. ^ "Jepin". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Directorate of Cultural and Heritage Diplomacy, Directorate General of Culture of The Republic of Indonesia. 2010–2020. Diakses tanggal 29 December 2020. 
  7. ^ "Jepen". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Directorate of Cultural and Heritage Diplomacy, Directorate General of Culture of The Republic of Indonesia. 2015–2020. Diakses tanggal 29 December 2020. 
  8. ^ Yuni Pangestu, Indah. "ESTETIKA TARI ZAPIN SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN KARYA KAKI-KAKI" (PDF). Neliti - Repositori Ilmiah Indonesia. 1: 2–3.