Kapal atau perahu dikatakan tertambat apabila telah terikat ke objek tetap seperti dermaga atau objek terapung seperti dermaga apung. Untuk menambatkan kapal ke dermaga digunakan tali-temali yang dapat menahan kapal dari arus, angin ataupun gelombang yang terjadi perairan.

Buruh pelabuhan yang sedang menambatkan kapal di dermaga.
Pelaksanaan penambatan yang normal 1,2 dan 3 di haluan dan 4, 5 dan 6 di buritan kapal.

Tambat pada dermaga tetap sunting

Semakin besar kapal yang ditambatkan diperlukan tali tambat yang lebih banyak, kapal tangker membutuhkan sampai 12 tali tambat, kapal layar membutuhkan 4 sampai 6 tali tambat. Untuk menambatkan kapal ke dermaga awak kapal harus berkoordinasi dengan buruh pelabuhan dalam menambatkan tali kapal ke dermaga.

Bahan tali/tambang untuk tambat sunting

Material tali yang dipakai untuk tali tambat kapal sendiri selain berjenis wire rope, juga terbuat dari serat sintetis dan bahan alami, hingga campuran. Ada beberapa jenis tali tambat kapal berbahan alami, diantaranya ialah tali kapal dari pohon pisang liar yang dinamai Abaca. Jenis tali kapal ini memiliki sifat yang tahan basah, tahan air, dan mudah melengkung, karenanya masih bisa dipakai dalam ukuran yang kecil.[butuh rujukan]

Selain tali Abaca, ada lagi tali tambat kapal manila. Kalau jenis tali tambat ini, dibuat dari tanaman Agava dengan sifat tak tahan lembab dan basah. Tali manila adalah salah satu jenis tali manila yang paling sering dipakai untuk menambat kapal. Sementara itu, tali tambat kapal hennep atau rami, bersifat gampang lapuk karena menyerap air. Berbeda lagi dengan tali sabut kelapa dan tali jute sebagai bahan pembuat karung. Berikut bahan tali yang umum dipakai:

Tali yang mempunyai unjuk kerja yang tinggi

  • HMPE (ngapung)
  • Aramid (tahan panas) (termasuk Kevlar)

Lihat pula sunting

Referensi sunting