Surat Tawagalawa

surat perjanjian diplomatik oleh seorang raja Het kepada seorang raja Ahhiyawa pada sekitar tahun 1250 SM

Surat Tawagalawa (CTH 181) adalah suatu surat perjanjian diplomatik yang ditulis pada abad ke-13 SM.[1] Surat ini merupakan bukti penting untuk memberikan petunjuk ke dalam hubungan antara bangsa Het dan Yunani selama Zaman Perunggu Akhir dan untuk menyebutkan ketidaksepakatan sebelumnya mengenai sebuah kota kuno bernama Wilusa, umumnya dikenal sangat mirip dengan bukti-bukti yang ditemukan di situs kepurbakalaan kota Troya.

Surat Tawagalawa ditulis oleh seorang raja Het kepada seorang raja Ahhiyawa pada sekitar tahun 1250 SM. Penulis umumnya dikenal sebagai Hattusili III, meskipun beberapa ahli berpendapat bahwa surat ini ditulis oleh Muwatalli II. Karena surat yang bertahan bersifat terpisah-pisah, identitas penulis dan penerima tidak diketahui secara pasti, dan tidak ada yang dapat disimpulkan tentang identitas penerimanya.[2]

Dalam surat itu, raja Het meminta kerja sama dari seorang raja Ahhiyawan dalam menekan gerakan anti-Het di Anatolia bagian barat. Perhatian khususnya adalah aktivitas seorang panglima perang bernama Piyamaradu yang baru saja melarikan diri ke wilayah yang dikuasai Ahhiyawa setelah memimpin pemberontakan yang gagal di Lukka. Mengingat kecenderungan nyata Piyamaradu untuk gerakan anti-Het, penulis surat ini khawatir tentang langkah selanjutnya dan menawarkan tiga usulan kepada seorang raja Ahhiyawa: pertama mengekstradisi dia ke Kerajaan Het; kedua, mengusirnya dari Ahhiyawa; atau ketiga, menawarkan suaka dengan syarat bahwa dia tidak mencoba apapun yang berkaitan dengan pemberontakan lebih lanjut. Tidak ada catatan yang bertahan yang membuktikan keputusan raja Ahhiyawa, meskipun dasawarsa berikutnya melihat peningkatan kendali Ahhiyawa atas Anatolia Barat, menunjukkan bahwa usulan tersebut ternyata ditolak.[3]

Surat itu terkenal sebagian karena penekanan nada yang digunakan oleh sang raja Het. Meskipun dia memarahi rekan Ahhiyawannya karena sebelumnya mendukung Piyamaradu, surat itu penuh hormat dan damai, dan menggunakan istilah panggilan seperti "saudaraku" yang biasanya ditujukan untuk penguasa kekaisaran besar seperti Mesir dan Babilonia. Dengan demikian, surat tersebut dianggap sebagai bukti bahwa Ahhiyawa dipandang sebagai kekuatan yang tumbuh di wilayah tersebut.[4]

Penelitian

sunting

Surat ini dinamai dari penyebutan singkat saudara laki-laki dari seorang raja Ahhiyawa bernama "Tawagalawa", sebuah bentuk yang disarankan untuk menyesuaikan dengan nama-nama Yunani, seperti Eteokles (Etewoklewes).[5][6] Penelitian-penelian awal secara keliru berasumsi bahwa awal surat berkaitan dengan gerakan oleh Tawagalawa. Setelah dipertimbangkan kembali oleh Itamar Singer dan Suzanne Heinhold-Krahmer pada tahun 1983, bagian surat tersebut ditafsirkan ulang sebagai mengacu pada Piyamaradu dan sebagian besar cendekiawan menurunkan Tawagalawa ke peran kecil dalam surat tersebut. Namun, ada kesulitan dengan menerima Piyamaradu sebagai orang yang meminta untuk menjadi bawahan untuk rajaHet.[7]

Piyamaradu juga disebutkan dalam surat Manapa-Tarhunta (k. 1295 SM) dan, dalam bentuk lampau, dalam surat Milawata (k. 1240 SM). Surat Tawagalawa lebih lanjut menyebutkan Miletos (sebagai "Millawanda") dan kota bawahannya, yaitu Atriya, seperti halnya surat Milawata; dan gubernurnya Atpa, seperti halnya surat Manapa-Tarhunta (walaupun surat itu tidak menyebutkan wilayah kekuasaan Atpa).

Hubungan dengan Troya

sunting

Dalam surat ini, raja Het mengacu pada permusuhan sebelumnya antara bangsa Het dan Ahhiyawa atas Wilusa, yang telah diselesaikan secara damai:

"Oh, saudaraku, tulislah kepadanya satu hal ini, jika tak ada yang lain: '...raja Hatti telah meyakinkanku tentang masalah tanah Wilusa sehingga dia dan aku bermusuhan satu sama lain, dan kami telah membuat perdamaian'"[8]

Karena kebanyakan cendekiawan menyamakan Wilusa dengan Troy berdasarkan banyak bukti kemiripan, rujukan-rujukan itu dikatakan memberikan "latar belakang yang mencolok bagi para cendekiawan yang meneliti wiracarita oleh Homeros tentang alasan serangan oleh Akhaia di Ilios."[9] Namun, kata kerja yang digunakan (ku-ru-ri-iḫ-ḫu-e-en) dapat menunjukkan pertukaran karakter aksara paku yang keras, yang menjelaskan perang penuh atau apa pun sejenisnya.[10]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ [Ferdinand, Die Ahhijava-Urkunden: Mit 9 Tafeln, Hildesheim, 1975, 2ff] "Salinan arsip". Archived from the original on 2013-10-21. Diakses tanggal 2022-06-21. 
  2. ^ Beckman, Gary; Bryce, Trevor; Cline, Eric (2012). The Ahhiyawa Texts. Brill. hlm. 119–120. ISBN 978-1589832688. 
  3. ^ Beckman, Gary; Bryce, Trevor; Cline, Eric (2012). The Ahhiyawa Texts. Brill. hlm. 119–122. ISBN 978-1589832688. 
  4. ^ Beckman, Gary; Bryce, Trevor; Cline, Eric (2012). The Ahhiyawa Texts. Brill. hlm. 122. ISBN 978-1589832688. 
  5. ^ Hoffner, Beckman. Letters from the Hittite Kingdom, 2009. p. 297.
  6. ^ Cline, Eric H. (30 May 2013). The Trojan War : a very short introduction. New York: Oxford University Press. hlm. 64. ISBN 9780199760275. 
  7. ^ F. Schachermeyer, Mykene und das Hethiterreich, Vienna, 1986. p. 227.
  8. ^ Beckman, Gary; Bryce, Trevor; Cline, Eric (2012). The Ahhiyawa Texts. Brill. hlm. 115. ISBN 978-1589832688. 
  9. ^ Hawkins, J.D. (May 2004). "Evidence from Hittite Records". archaeology.org. Archaeological Institute of America. Diakses tanggal July 10, 2015. 
  10. ^ Beckman, Gary; Bryce, Trevor; Cline, Eric (2012). The Ahhiyawa Texts. Brill. hlm. 121. ISBN 978-1589832688. 

Pustaka

sunting
  • S. Heinhold-Krahmer, StBoT 45, 2001, 192.
  • F. Starke, StBoT 31, 1990, 127, 377.
  • I. Singer, Anatolian Studies 33, 1983, 211
  • H.G. Guterbock, Orientalia, Nova Series, 59, 1990, 157–165