Sosiologi pedesaan

Sosiologi pedesaan adalah cabang dari disiplin ilmiah sosiologi yang mempelajari tentang struktur sosial, kondisi, proses dan sistem sosial dari masyarakat pedesaan beserta segala hal yang terkait.[1] Sosiologi pedesaan merupakan bagian dari ilmu sosiologi terapan yang ditujukan bagi masyarakat pedesaan.[2] Pada masa klasik, sosiologi pedesaan diartikan sebagai keadaan sosial dari desa-desa di Eropa yang menggambarkan perbedaannya secara jelas bila dibandingkan dengan keadaan kota. Pada masa modern, sosiologi pedesaan diartikan sebagai cara masyarakat pedesaan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kapitalisme yang mempengaruhi pertanian.[3] Perkembangan ilmu sosiologi pedesaan berlangsung pesat di Amerika Serikat melalui karya tulis ilmiah T. Lynn Smith dan Paul E. Zopf pada tahun 1970 serta pada tahun 1972 melalui karya tulis ilmiah Galeski.[4] Sudut pandang tentang sosiologi pedesaan terbagi menjadi sudut pandan klasik dan sudut pandang modern.[5] Topik utama dalam kajian sosiologi pedesaan, yaitu struktur sosial, organisasi sosial, sistem dasar masyarakat dan proses perubahan sosial.[6]

Pengertian Menurut Para Ahli sunting

T. Lynn Smith dan Paul E. Zapt

Menguraikan bahwa sosiologi pedesaan adalah kumpulan pengetahuan yang telah disistematisasi yang dihasilkan lewat penerapan metode ilmiah ke dalam studi tentang masyarakat pedesaan, struktur organisasinya, proses-prosesnya, sistem sosialnya yang pokok dan perubahan-perubahannya.

Jhon M. Gillette

Sosiologi pedesaaan adalah cabang sosiologi yang secara sistematis mempelajari komunitas-komunitas pedesaan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi serta kecenderungan-kecenderungannya dan merumuskan prinsip-prinsip kemajuan.

Rogers

Sosiologi pedesaan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat dalam setting pedesaan.

Bertand

Sosiologi pedesaan adalah studi tentang hubungan manusia dalam lingkungan pedesaan.

F. Stuard Chapin

Sosiologi pedesaan adalah studi tentang penduduk pedesaan, organisasi sosial pedesaan dan proses-proses sosial komparatif dalam masyarakat pedesaan.

AR Desai

Sosiologi pedesaan adalah ilmu mengenai masyarakat pedesaan. Dikemukakan pula bahwa sosiologi pedesaan merupakan ilmu tentang hukum perkembangan masyarakat pedesaan.

D. Samderson

Sosiologi pedesaan adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari kehidupan di lingkungan pedesaan.

NL. Sims

mengemukakan bahwa sosiologi pedesaan adalah studi tentang asosiasi persekutuan antara orang-orang yang hidupnya kurang lebih tergantung pada pertanian.[5]

Sejarah sunting

Sebelum terjadi industrialisasi, masyarakat Amerika adalah agraris dengan kepemilikan lahan pertanian luas. Namun hal itu berubah ketika terjadi industrialisasi pada abad 19. Industrialisasi menyebabkan berkurangnya lahan pertanian, sehingga desa berubah menjadi kota, penduduk desa pergi ke kota, daerah pedesaan menjadi terbengkalai, bahkan beberapa daerah pedesaan di Amerika Serikat sempat mengalami depopulasi (tidak ada penduduknya). Hal ini berlangsung beberapa lama dan kemudian muncul keprihatinan yang meluas yang kemudian menyebabkan munculnya isu kemanusiaan dan pada akhirnya perlu perbaikan mengenai kehidupan di pedesaan. Dapat dikatakan dengan masalah tersebutlah yang melahirkan mata kuliah mengenai masalah sosial pedesaan di Amerika, terutama di Universitas Chicago, Michigan dan North Carolina. Karena akibat masalah tersebut, Presiden Amerika Serikat saat itu, Roosevelt membentuk Komisi Tentang Kehidupan Desa (Commision on Rural Life). Keputusan membentuk komisi ini juga dipengaruhi studi Sir Horace Plunkett di Irlandia mengenai rusaknya kehidupan desa di Irlandia. Jadi permasalahan desa saat itu memang dialami oleh benua Eropa dan Amerika, yang saat itu memang tengah dilanda revolusi industri dan revolusi sosial. Laporan Komisi Tentang Kehidupan Desa telah menarik perhatian para sosiolog Amerika Serikat. Dalam pertemuan para sosiolog yang tergabung dalam American Sociological Society tahun 1912, kehidupan desa menjadi topik utama. Pada tahun 1937 muncullah kelompok ahli sosiologi Amerika yang mengkhususkan diri pada kajian masyarakat pedesaan, dikenal sebagai Rural Sociology Society. Namun begitu, awalnya mereka mengalami kesulitan, pembangunan begitu pesat di Amerika Serikat menghilangkan desa-desa, menyebabkan para sosiolog Amerika sulit menemukan objek kajianya. Karena sebab itu akhirnya mereka melakukan penelitian di Amerika Selatan (Peru, Meksiko, Kuba, Brasil) yang masih memiliki masyarakat pedesaan. Pada tahun 1957 muncullah asosiasi sosiologi pedesaan di Eropa (European Society for Rural Sociology) dan Jepang yang mengkhususkan kajianya pada masyarakat pedesaan. Di Amerika Serikat sendiri semakin berkembang menjadi bidang akademik terpandang dan profesional, seperti pada tulisan Smith & Zopf (1970), Galeski (1972). Di Indonesia sendiri sejarah perkembangan sosiologi pedesaan tidak terlepas dari sentuhan Prof Dr Sajogyo. Ia mulai memperkenalkan sosiologi, mulanya sosiologi pertanian, sekitar tahun 1957 mulai di Universitas Indonesia kemudian berlanjut di IPB. Dalam usahanya memperkenalkan sosiologi pedesaan, Sajogyo mengajak dan merujuk pemikiran beberapa tokoh yang mempunyai latar belakang ilmu yang berbeda, seperti D.H. Penny yang banyak menulis tentang masalah pertanian di Sumatera Utara, serta AT. Mosher yang ahli di bidang ekonomi pertanian dan lama mengajar di India.

Struktur Sosial sunting

Di dalam konsep struktur sosial terkandung pengertian adanya hubungan-hubungan yang jelas dan teratur antara orang yang satu dengan yang lainnya. Untuk dapat membangun pola hubungan yang jelas dan teratur tersebut tentu ada semacam ‘aturan main’ yang diakui dan dianut oleh pihak-pihak yang terlibat. Aturan main tersebut adalah norma atau kaidah ini menjadi lebih konkret dan bersifat mengikat maka diperlukan lembaga (institusi). Pitirin Sorokin membedakan struktur sosial menjadi struktur sosial vertikal dan horizontal. Struktur sosial vertikal (pelapisan/stratifikasi sosial) menggambarkan kelompok-kelompok sosial dalam susunan yang bersifat hierarkis, sedangkan struktur sosial horizontal (diferensiasi sosial) menggambarkan variasi / beragamnya dalam pengelompokan-pengelompokan sosial. Berikut adalah pembagian struktur sosial tersebut,yaitu:

  1. Struktur biososial adalah struktur sosial (vertikal maupun horizontal) yang berkaitan dengan faktor-faktor biologis seperti jenis kelamin, usia, perkawinan, suku bangsa dan lainnya.
  2. Struktur sosial vertikal (stratifikasi/pelapisan sosial) merupakan gambaran dari kelompok-kelompok sosial dalam susunan hierarkis.
  3. Struktur sosial horizontal merupakan gambaran mengenai keberagaman pengelompokan sosial dalam masyarakat.

Sudut pandang sunting

Sudut pandang klasik sunting

Sudut pandang klasik tentang sosiologi pedesaan timbul selama karakteristik desa dan kota di Eropa masih memiliki perbedaan-perbedaan yang jelas. Penjelasan mengenai sosiologi pedesaan dalam sudut pandang klasik dikemukakan oleh John Gillete (1922), N.L. Sims (1942), Dwight Sanderson (1942), dan Lynn Smith dan Paul Zopf (1970). Gillete berpendapat bahwa sosiologi perdesaan merupakan cabang sosiologi yang mempelajari komunitas di pedesaan secara sistematik untuk mengungkapkan kondisi-kondisi serta kecenderungan yang terjadi dan merumuskan prinsip-prinsip pengembangan desa. Sims menjelaskan bahwa sosiologi pedesaan adalah kajian tentang asosiasi dalam masyarakat yang mata pencahariannya berkaitan dengan pertanian. Sanderson menjelaskan bahwa sosiologi pedesaan adalah kajian tentang kehidupan di lingkungan pedesaan. Sedangkan Smith dan Zopf menjelaskan bahwa sosiologi pedesaan merupakan sebuah sistem dari kumpulan pengetahuan yang dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah ke dalam kajian tentang masyarakat pedesaan.[7]

Sudut pandang modern sunting

Sosoiologi pedesaan dalam sudut pandang modern ditinjau dari kapitalisme. Sudut pandang modern muncul setelah era globalisasi yang mengurangi perbedaan karakteristik antara desa dan kota melalui perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi. Kapitalisme dipandang menjangkau dan mempengaruhi seluruh masyarakat yang ada termasuk masyarakat pedesaan. Sudut pandang sosiologi pedesaan modern dirintis oleh Howard Newby (1978) dengan mengacu pada pertanyaan agraria yang dikemukakan oleh Karl Kautsky. Penjelasan tentang sosiologi pedesaan harus melihat perubahan-perubahan dalam bidang pertanian yang dipengaruhi oleh teknologi produksi kapitalis. Sosiologi pedesaan dengan sudut pandang modern membahas tentang cara masyarakat desa menyesuaikan diri terhadap sistem kapitalisme modern.[8]

Lingkup kajian sunting

Profil desa sunting

Desa merupakan tempat atau daerah yang dihuni penduduk sebagai tempat asalnya. Lingkungan setempat menjadi tempat berkumpul dan hidup bersama untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan kehidupan. Ciri utama pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal dan tempat menetap dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Masyarakat di dalam desa memiliki keterikatan tempat tinggal dan kebutuhan hidup terhadap suatu wilayah tertentu.[9]

Struktur sosial pedesaan sunting

Struktur sosial di pedesaan memiliki sifat yang sederhana, karena adanya keseragaman mata pencaharian pada penduduk. Selain itu, aktivitas pedesaan hanya bertujuan untuk mempertahankan hidup dan mencapai kebutuhan sehari-hari. Masyarakat desa juga tidak memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan lain yang dapat mengancam pemenuhan kehidupan sehari-hari.[10]

Pemerintahan desa sunting

Pemerintahan desa merupakan penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah desa. Pemerintah negara memberikan wewenang kepada pemerintah desa untuk mengelola desa. Tugas pemerintah desa adalah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat pedesaan berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat yang berlaku. Pengelolaan desa oleh pemerintah desa juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa melalui pemerintahan. Pembentukan desa dan pemerintahannya memerlukan pertimbangan atas asal-usul dan dan kondisi sosial budaya dari masyarakatnya.[11]

Ekologi desa sunting

Ekologi desa membahas tentang penggunaan lahan di pedesaan, pola pemukiman pedesaan, dan penggunaan lahan pedesaan untuk kegiatan ekonomi.[12] Lahan di pedesaan digunakan untuk dua fungsi yaitu sebagai pemukiman dan sebagai lahan pertanian.[13] Pola pemukiman di pedesaan sangat beragam karena adanya keberagaman kondisi geografis pada setiap kawasan pedesaan.[14] Lahan di pedesaan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, ditujukan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, perdagangan, dan industri. Sebagian besar penggunaan lahan di perdesaan umumunya masih berupa kegiatan pertanian.[15]

Referensi sunting

  1. ^ Damsar dan Indrayani (2016). Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group. ISBN 978-602-42202-9-7. 
  2. ^ Murdiyanto 2008, hlm. 1.
  3. ^ Zid dan Alkhudri 2016, hlm. 2.
  4. ^ Zid dan Alkhudri 2016, hlm. 3.
  5. ^ a b Murdiyanto 2008, hlm. 31.
  6. ^ Rahardjo. (1999). Pengantar sosiologi pedesaan dan pertanian (edisi ke-Cet. 1). Bulaksumur, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 9789794204597. OCLC 46367869. 
  7. ^ Murdiyanto 2008, hlm. 31-32.
  8. ^ Murdiyanto 2008, hlm. 32-33.
  9. ^ Jamaludin 2015, hlm. 4.
  10. ^ Jamaludin 2015, hlm. 54.
  11. ^ Jamaludin 2015, hlm. 110.
  12. ^ Jamaludin 2015, hlm. 33.
  13. ^ Jamaludin 2015, hlm. 34.
  14. ^ Jamaludin 2015, hlm. 35.
  15. ^ Jamaludin 2015, hlm. 39.

Daftar pustaka sunting

  1. Murdiyanto, E. (2008). Sosiologi Perdesaan: Pengantar untuk Memahami Masyarakat Desa (PDF). Yogyakarta: Wimaya Press. ISBN 978-979-8918-88-9. 
  2. Zid, M., dan Alkhudri, A.T. (2016). Sosiologi Pedesaan: Teoritisasi dan Perkembangan Kajian Pedesaan di Indonesia (PDF). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 
  3. Jamaludin, A. N. (2015). Sosiologi Perdesaan (PDF). Bandung: CV. Pustaka Setia. ISBN 978-979-076-550-4.