Sosiologi feminis merupakan sebuah sudut pandang atau kejadian yang dialami oleh perempuan yang menanyakan eksistensi perempuan pada suatu lingkungan terkait ditengahnya sebuah esensi pemegang kekuasaan berada dipihak laki - laki, kemudian efeknya memberikan pengaruh terhadap perempuan di tengah kehidupan masyarakat.[1]

Sejarah sosilogi feminis sunting

Konotasi sosiologi feminis ada dikembangkan pada tahun 1970 di pertengah tahun karena pengaruh dari adanya gerakan multidisipliner terkait dengan ilmu sosial yang memperhatikan proses, sistem serta eksistensi dalam fokusnya terkait dengan bahasan perempuan. Dalam memaknai dari fakta keberadaan perempuan di lingkungan masyarakat tidak hanya dari ilmu sosial, namun melalui sebuah teori sosiologi dan sebuah cara pandang dari perempuan.[2]

Sosiologis feminis dijelaskan dalam sebuah tulisan dari Charlott Perkins Gilman di tahun 1860 an . Dalam karyanya berisi terkait dengan pertentangan adanya ketidaksetaraan gender antara perempuan dan laki - laki terutama dalam sektor ekonomi. Hal ini dilihat dari peran laki-laki yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui bekerja sedangkan perempuan memiliki tugasnya dituntut mengurus dalam tata pekerjaan di kehidupan rumah tangga dan tidak ditekankan untuk memiliki pendidikan tinggi atau untuk berada setara dengan peran laki - laki. Oleh karena paradigma tersebut, pada tulisan Charlott menentang pemikiran yang adanya ketidak setaraan dengan teori pendekatan multidimensi gender yang dituangkan dalam Women and Economics. Pandangan terkait perempuan tentang keberadaannya dalam sektor ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder bergantung terhadap peran laki - laki. Tidak hanya dalam pemenuhan kehidupan di sektor ekonomi. Namun, peran perempuan sering diindikasikan dengan makhluk yang lemah dan didominasi oleh perasaaan dibandingkan dengan laki - laki. Sehingga dengan argumen tersebut mempengaruhi dari eksistensi perempuan untuk berperan atau berkontribusi dalam kehidupan sosial terutama untuk berada posisi setara dengan laki-laki dalam memimpin sebuah organisasi akan diragukan.[2]

Pada tahun 1970 - 1990 an, diskriminasi terkait perempuan sudah disuarakan oleh beberapa pihak, karena diiringi dengan kasus pelecehan seksual perempuan didunia kerja mulai banyak pada tahun tersebut baik secara verbal maupun non verbal. Dengan bersuara tentang hak perempuan, di Amerika mulai adanya perubahan sudut pandangan mengenai perempuan terutama terkait dengan kepemilikian tubuh mereka untuk dihargai dan berhak atas kontrol dengan beberapa nilai dalam perempuan.[3]

Sosiologis feminis dilihat dari anakronistik sunting

Penjelasan terkait dengan sosilogis feminis melalui anakronistik dapat dilihat dijelaskan dengan berefleksi pada kerya sastra dengan kejadian-kejadian dimasa lalu terkait dengan beberapa permasalahan perempuan seperti terkait dengan esensi perempuan dalam mengejar pendidikan dengan merubah pandangan melalui aksi bahwa perempuan memiliki kesetaraan dengan laki - laki dalam memperjuangkan hak yang sama dalam berbagai sektor kehidupan di masyarakat. Hal ini, dapat dilihat melalui karya Siti Nurbaya.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Nugraha, Dipa (2020-11-20). "Pendekatan sosiologis feminis dalam kajian sastra". Diakses tanggal 2023-03- 18. 
  2. ^ a b "Charlotte Perkins Gilman | Life, Books, The Yellow Wallpaper, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-18. 
  3. ^ Sapiro, Virginia (2018-12). "Sexual Harassment: Performances of Gender, Sexuality, and Power". Perspectives on Politics (dalam bahasa Inggris). 16 (4): 1053–1066. doi:10.1017/S1537592718002815. ISSN 1537-5927. 
  4. ^ Nugraha, Dipa (2020-12-01). "Pendekatan Sosiologi Feminis dalam Kajian Sastra". UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. 16 (2): 341–354. doi:10.26499/und.v16i2.2807. ISSN 2685-6107.