Saham biasa adalah surat berharga komersial dalam bentuk piagam atau sertifikat hak milik yang memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil kepemilikan dalam hal laba suatu perusahaan tanpa batas. Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari saham preferen dalam hal pengambilan suara, pembagian dividen dan hak-hak yang lain.[1] Saham biasa pada umumnya memiliki hak untuk memilih. Pemegang saham biasa dapat memengaruhi kebijakan perusahaan melalui proses pengambilan suara dalam pembuatan tujuan dan kebijakan, pemisahan saham dan memilih direktur perusahaan. Pemegang saham biasa mempunyai keuntungan dalam bentuk dividen dan keuntungan modal.

Jenis sunting

Saham biasa terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:[2]

  1. Saham unggulan, merupakan saham dari perusahaan yang secara nasional telah diakui. Selain itu, perusahaan pemilik saham memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen perusahaan yang berkualitas. Contoh saham unggulan ialah saham milik International Business Machines Corporation dan DuPont. Jenis saham unggulan umumnya dimiliki oleh lima peringkat teratas dalam Indeks LQ45. Dalam indeks ini, terdapat 45 perusahaan dengan likuiditas yang baik dan dapat dipercaya dalam pasar modal.
  2. Saham pertumbuhan, merupakan saham-saham yang memiliki peluang untuk memberikan pertumbuhan laba yang lebih besar dibandingkan dengan rerata saham-saham lain. Saham pertumbuhan mempunyai perbandingan harga saham yang tinggi.
  3. Saham defensif, merupakan saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu. Saham defensif berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. Perusahaan yang mempunyai saham defensif umumnya memiliki produk yang merupakan kebutuhan primer bagi publik. Jenis perusahaan ini umumnya memiliki produk makanan dan minuman.
  4. Saham siklis, merupakan sekuritas yang nilainya cenderung naik secara cepat ketika kegiatan ekonomi sedang ramai. Sedangkan ketika kegiatan ekonomi sedang sepi, nilai sekuritasnya juga menurun. Contoh saham siklis ialah pabrik mobil dan perumahan. Saham yang bukan jenis saham siklis meliputi saham-saham perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan primer yang tidak memperoleh dampak dari perubahan kondisi ekonomi. Contohnya ialah makanan dan obat-obatan.
  5. Saham musiman, merupakan saham perusahaan yang penjualannya beragam dan mengikuti keadaan tiap musim. Jenis saham ini umumnya dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan liburan. Jenis saham ini umumnya pada produk mainan anak-anak dan pada produk hari raya keagamaan.
  6. Saham spekulatif, merupakan saham yang nilainya bergantung kepada spekulasi yang sangat tinggi. Pada saham spekulatif, tingkat pengembalian sangat rendah dan bersifat negatif. Jenis saham ini umumnya digunakan pada produk pertambangan.

Biaya modal sunting

Model dividen bertumbuh umumnya digunakan untuk menentukan biaya modal saham biasa. Tingkat pengembalian biaya modal pada saham biasa lebih sulit untuk ditentukan. Kesulitan ini merupakan akibat dari adanya risiko yang berskala negara berupa tingkat inflasi dan tingkat suku bunga. Pengembalian biaya modal pada saham biasa dapat diperoleh melalui peningkatan saldo untung yang disimpan. Hal yang sama berlaku pada penjualan saham baru.[3]

Pembelian sunting

Waran sunting

Hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan disebut dengan waran. Penjualan saham biasa pada waran umumnya bersamaan dengan surat berharga lainnya. Saham biasa ini umumnya dijual bersama dengan obligasi. Persyaratan penerbitan waran adalah kewajiban kepemilikan saham yang berikutnya akan diubah oleh pemegang waran. Obligasi dan saham biasa dalam bentuk waran yang telah masuk ke pasar dapat diperdagangkan secara terpisah. Tujuan penerbitan waran adalah agar investor berminat dalam membeli saham ataupun obligasi yang diterbitkan emiten.[4]

Pranala luar sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Saham Biasa". Cerdasco. (dalam bahasa Inggris). 2019-09-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-05. Diakses tanggal 2020-10-26. 
  2. ^ Handini, S., dan Erwindyah Astawinetu (2020). Teori Porto Folio dan Pasar Modal Indonesia (PDF). Surabaya: Scopindo Media Pustaka. hlm. 77–78. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-31. Diakses tanggal 2021-07-25. 
  3. ^ Sitinjak, dkk. (2018). Manajemen Keuangan Terapan: Keputusan Investasi dan Personaliti Disc (PDF). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. hlm. 51. ISBN 978-602-6865-71-7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-01-10. Diakses tanggal 2021-07-25. 
  4. ^ Herlianto, Didit (2013). Manajemen Investasi Plus: Jurus Mendeteksi Investasi Bodong (PDF). Sleman: Gosyen Publishing. hlm. 15. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-01-21. Diakses tanggal 2021-07-25.