Rumah Adat Dalam Loka

rumah tradisional di Indonesia

Rumah Adat Dalam Loka adalah kediaman raja-raja yang berasal dari Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Rumah dalam Loka atau istana Sumbawa ini merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan Sumbawa. Istana Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh Sultan Muhammad Jalalludin III (1983-1931).[1]

Rumah adat Dalam Loka merupakan desain asli rumah kediaman raja-raja Sumbawa. Kuatnya pengaruh budaya Islam yang masuk di wilayah ini pada masa itu telah membuat hampir seluruh aspek adat dan kesukuan masyarakat Sumbawa larut dalam nilai-nilai syariah Islam.

Rumah Adat Dalam Loka berbentuk rumah panggung dengan luas bangunan 904 M2. Istana Dalam Loka terlihat sangat megah. Istana yang dibangun dengan bahan kayu ini memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah”, yang berarti semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan tau Samawa (masyarakat Sumbawa) harus bersemangatkan pada syariat Islam.

Struktur dan Arsitektur Rumah sunting

Dalam Loka sendiri berasal dari 2 kata dalam bahasa Sumbawa, yakni “Dalam” yang berarti “Istana” dan “Loka” yang berarti “Dunia. Penamaan tersebut sesuai dan fungsi rumah adat ini yang memang digunakan untuk pusat pemerintahan dan kediaman raja-raja Sumbawa pada masa silam.

Sesuai dengan fungsi tersebut, rumah adat Sumbawa ini memiliki desain yang cukup besar. Bangunan yang luasnya mencapai ini berdiri dengan ditopang oleh 99 tiang yang melambangkan 99 sifat Allah (asmaul husna) dalam ajaran Agama Islam.[2][3]

Bangunan dalam loka menghadap ke selatan atu tepatnya ke arah Bukit Sampar dan alun-alun kota. Ketika memasuki rumah ini terdapat ukiran khas daerah pulau Sumbawa yang disebut Lutuengal.Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif daun-daunan.

Rumah adat dalam loka samawa hanya memiliki satu pintu akses yang besar untuk masuk dan keluar. Untuk masuk bisa melewati tangga depan yang dimiliki Dalam Loka tidak seperti tangga pada umumnya. Tangga tersebut berupa lantai kayu yang dimiringkan hingga menyentuh tanah dan lantai kayu tersebut ditempeli oleh potongan kayu sebagai penahan pijakan.

Umumnya bahan utama Dalam Loka semua kayu Jati. Tiang-tiang penyangga mampu menopang tegaknya rumah yang terbagi menjadi 2 ukuran sama besar (kembar) yang bernama Bala Rea atau Graha Besar. Dalam Graha Besar ini ada beberapa ruangan yang dipisahkan dinding penyekat sesuai dengan fungsi dan namanya masing-masing, yaitu:

  • Lunyuk Agung terletak di bagian depan bangunan berfungsi sebagai tempat musyawarah, resepsi, atau acara pertemuan adat dan keagamaan.
  • Lunyuk Mas terletak di sebelah Lunyuk Agung berfungsi sebagai ruangan khusus permaisuri, istri-istri menteri, dan staf penting kerajaan saat dilangsungkan upacara adat.
  • Ruang Dalam yang terletak di sebelah barat. Ada yang hanya disekat oleh kelambu dan berfungsi sebagai tempat shalat, dan di sebelah utaranya merupakan kamar tidur dayang-dayang dan permaisuri.
  • Ruang Dalam yang terletak di sebelah timur terdiri dari empat kamar. Kamar-kamar ini diperuntukan bagi putra/putri raja yang sudah menikah.
  • Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea. Selain digunakan untuk bersidang, pada malam hari ruangan ini juga dijadikan tempat tidur para dayang.
  • Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.
  • Bala Bulo terletak di samping Lunyuk Mas dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak raja yang masih kecil, dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana bagi permaisuri dan istri para bangsawan.[4][5]

Diluar bangunan Bala Rea yang kini dikenal sebagai Dalam Loka, sebagai kesatuan dari keseluruhan komplek Istana (Dalam). Pada zaman dahulu masih terdapat beberapa bagian penting istana, yakni Keban Alas (kebun istana), Bala Buko (gapura) tembok istana, Bale Jam (rumah jam), tempat khusus diletakannya lonceng kerajaan.

Sejak dibangunnya istana baru, pada tahun 1932 (istana kerjaan yang sejak tahun 1954 difungsikan sebagai rumah dinas “Wisma Praja” Bupati Sumbawa), keadaan Bala Rea sebagai bangunan utama dari komplek istana dalam loka, sudah tak layak ditempati dan mulai ditinggalkan keturunan kerjaan sebagai penghuninya sehingga terlantar begitu rupa. Maka tak heran bila ketika mulai dipugar kembali oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun 1979, melalui Proyek Sasana Budaya-Budaya sejak tahun anggaran 1979/1980 sampai dengan tahun anggaran 1984/1985,kondisinya sedemikian memprihatinkan—semak belukar menutupi keseluruhan areal Bala rea ini.[6]

Referensi sunting

  1. ^ Kompasiana.com. "Istana Dalam Loka (Sumbawa) "RUMAH PANGGUNG TERBESAR DI DUNIA"". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2019-03-07. 
  2. ^ Kaya, Indonesia. "Istana Tua Dalam Loka Peninggalan Kejayaan Kesultanan Sumbawa, NTB - Situs Budaya Indonesia". IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-03-07. 
  3. ^ Kristi dkk, Navita (2012). Fakta Menakjubkan Tentang Indonesia, Wisata Sejarah, Budaya dan Alam di 33 Provinsi. Jakarta: PT. Cikal Aksara (Imprint AgroMedia Pustaka). ISBN 978-602-8526-67-3 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). 
  4. ^ antaranews.com. "Istana Dalam Loka, bukti sejarah Kesultanan Sumbawa". Antara News. Diakses tanggal 2019-03-07. 
  5. ^ Anom, I. G. N.; Sugiyanti, Sri; Hasibuan, Hadniwati (1996-01-01). Hasil Pemugaran dan Temuan Benda Cagar Budaya PJP I. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 
  6. ^ Admin. "Istana Dalam Loka: Warisan Budaya dan Rumah adat Sumbawa dengan Arsitektur Anti Gempa". NgibarBalang.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-12. Diakses tanggal 2019-12-12.