Argumen Ruangan Tionghoa adalah percobaan pikiran yang diajukan oleh John Searle untuk menentang gagasan bahwa komputer dapat memiliki "budi" dan "kesadaran" layaknya manusia. Searle mengajak pembaca untuk "membayangkan bahwa saya terkunci di sebuah ruangan dan ... saya tidak bisa bahasa Tionghoa, baik tertulis maupun lisan." Ia mengasumsikan bahwa ia punya serangkaian peraturan dalam bahasa Inggris yang "memampukan saya untuk mengaitkan serangkaian simbol resmi dengan rangkaian simbol resmi lain" (karakter Tionghoa). Peraturan tersebut memampukannya untuk menanggapi pertanyaan dalam bahasa Tionghoa sehingga orang yang mengajukan pertanyaan tersebut yakin bahwa Searle dapat memahami bahasa Tionghoa juga, meskipun ia sebenarnya tidak. Dari sini, Searle menekankan bahwa jika ada program komputer yang dapat melakukan perbincangan dalam bahasa Tionghoa, komputer tersebut juga sebenarnya tidak memahami perbincangan tersebut.

Argumen ini pertama kali muncul di artikel Searle yang berjudul "Minds, Brains, and Programs", yang diterbitkan di Behavioral and Brain Sciences pada tahun 1980.

Tanggapan sunting

Sistem kecerdasan buatan yang ada dalam percobaan ini harus sekompleks otak manusia agar dapat bekerja. Menurut filsuf Daniel Dennett, program yang telah melewati tes Turing adalah program yang "sangat luwes, canggih, dan berlapis-lapis, penuh dengan 'pengetahuan dunia' dan meta-pengetahuan dan meta-meta pengetahuan".[1]

Catatan kaki sunting

Bacaan lanjut sunting