Reformasi Taika (大化の改新, Taika no Kaishin) atau Pembaruan Taika adalah perintah kekaisaran untuk pembaruan pemerintahan yang dikeluarkan Kaisar Kōtoku pada tahun 646 (zaman Asuka) di Jepang berdasarkan model Tiongkok. Dalam Peristiwa Isshi, Pangeran Naka no Ōe dan Nakatomi no Kamatari membunuh Soga no Iruka. Setelah tewasnya Soga no Emishi, maka berakhir pula keluarga utama klan Soga. Kendali pemerintahan tidak lagi dipegang klan Soga dan klan bangsawan di Asuka, melainkan terpusat di tangan kaisar. Semua tanah yang dulunya milik kalangan bangsawan disita untuk negara. Ibu kota dipindahkan dari Asuka ke Naniwanomiya.

Reformasi ini dinamakan Reformasi Taika karena berlangsung pada zaman Taika. Nama zaman dimulai dari zaman Taika yang merupakan zaman pertama dalam penyebutan tahun di Jepang.

Latar belakang sunting

Peristiwa Isshi sunting

 
Peristiwa Isshi dalam lukisan asal zaman Edo (kiri atas: Kaisar Kōgyoku). Lukisan milik Kuil Tanzan (Sakurai, Prefektur Nara)

Klan Soga selama empat generasi, dimulai dari Soga no Iname, Soga no Umako, Soga no Emishi, dan Soga no Iruka memegang kekuasaan pemerintahan di Jepang. Kemarahan Nakatomi no Kamatari (nantinya disebut Fujiwara no Kamatari) memuncak akibat pemerintahan sewenang-wenang oleh klan Soga. Ia menginginkan pengembalian kekuasaan ke tangan kaisar. Namun niatnya batal setelah mendekati Pangeran Karu karena merasakan dia bukanlah tokoh yang tepat.

Nakatomi no Kamatari kemudian mendekati Pangeran Naka no Ōe. Kisah pertemuan keduanya dalam pertandingan kemari telah menjadi kisah terkenal. Keduanya sama-sama belajar dari biksu Minabuchi no Shōan, dan akhirnya berdua menyusun rencana menggulingkan klan Soga. Pangeran Naka no Ōe menikahi putri dari Soga no Ishikawanomaro yang merupakan musuh Soga no Emishi dan Soga no Iruka. Sebagai hasilnya, Naka no Ōe dapat bersekutu dengan Soga no Ishikawanomaro, dan memperoleh dukungan dari Saeki no Komaro dan Katsuragi no Wakainukai no Amita.

Selanjutnya, pada tahun ke-4 berkuasanya Kaisar Kōgyoku (tahun 645) di istana bernama Itabukinomiya, Naka no Ōe dan Nakatomi no Kamatari berhasil membunuh Soga no Iruka. Hari berikutnya, Soga no Emishi tewas bunuh diri setelah membakar sendiri rumah kediamannya, dan berakhirlah pemerintahan klan Soga.

Awal pemerintahan baru sunting

Setelah terjadinya Peristiwa Isshi, Kaisar Kōgyoku turun tahta dan penerusnya adalah Putra Mahkota Naka no Ōe. Namun setelah Naka no Ōe berunding dengan Kamatari diputuskan agar Pangeran Karu yang naik tahta sebagai Kaisar Kōtoku, dibantu Pangeran Naka no Ōe menjadi putra mahkota. Peristiwa tersebut diperkirakan mengulangi keadaan yang terjadi ketika Kaisar Suiko bertahta sementara Pangeran Shōtoku sebagai putra mahkota memegang kendali pemerintahan. Kaisar Kōtoku dan Putra Mahkota Naka no Ōe didampingi Menteri Kiri Abe no Uchimaro, Menteri Kanan Soga no Kura no Yamada no Ishikawanomaro, dan Nakatomi no Kamatari sebagai Menteri Dalam (naijin). Mereka dibantu dua cendekiawan kekaisaran, Takamuko no Kuromaro dan biksu Min.

Garis besar Reformasi Taika sunting

Pada tahun 2 Taika, Kaisar Kōtoku mengeluarkan perintah kaisar tentang reformasi pemerintahan yang mengawali Reformasi Taika. Walaupun demikian, peristiwa terbunuhnya Soga no Iruka dan Soga no Emishi juga sering dianggap sebagai awal Reformasi Taika.

Ada empat pasal yang menjadi inti perintah kaisar:

  1. Tanah pribadi berikut penduduknya yang selama ini milik bangsawan disita, semua tanah dan penduduknya menjadi milik kaisar.
  2. Penataan pemerintah daerah, mulai dari ibu kota hingga provinsi (kuni) hingga distrik (agata) dan prefektur (kōri), serta pembuatan batas-batas wilayah.
  3. Pembuatan surat daftar keluarga (koseki) dan buku laporan kepala keluarga (keichō) untuk keperluan jatah tanah pertanian.
  4. Rakyat dikenakan pajak dan laki-laki dalam keluarga wajib menyumbang tenaga bagi pekerjaan negara.

Referensi sunting

Pranala luar sunting