Tikus leuser

sejenis tikus pegunungan endemik Sumatra
(Dialihkan dari Rattus hoogerwerfi)
Tikus Leuser
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
R. hoogerwerfi
Nama binomial
Rattus hoogerwerfi
Chasen, 1939[2]:207

Tikus leuser[3]:361 (Rattus hoogerwerfi) adalah sejenis hewan pengerat anggota suku Muridae. Tikus ini hanya ditemukan di wilayah pegunungan di Sumatra bagian utara, Indonesia; dan sejauh ini spesimen contoh baru diperoleh dari kawasan Gunung Leuser, Aceh.[4]

Pengenalan

sunting

Tikus yang berukuran sedang; panjang kepala dan tubuh (KT) 170-196 mm (dari 20 spesimen), dan ekor (E) yang relatif panjang antara 210-257 mm. Panjang kaki belakang (KB) 36-39 mm, sementara ukuran terpanjang dari tengkorak adalah 41,6-44,2 mm.[5]:6 (Table 1) Berat tubuhnya berkisar antara 4-5,4 oz (113-153 gr).[6]:149

Tubuh tertutupi oleh rambut-rambut yang panjang dan sangat halus. Bagian punggungnya berwarna cokelat oker gelap, dengan banyak rambut pengawal berwarna hitam dan rambut-rambut kelabu di sebelah bawahnya. Sisi samping berwarna lebih terang, yang perlahan membaur dengan sisi ventral yang berwarna cokelat karat kekuningan. Ekor setengahnya berwarna cokelat gelap di sebelah pangkal, sementara setengah lagi hingga ke ujungnya berwarna putih. Hewan betina memiliki empat pasang (8 buah) puting susu, yakni sepasang puting pos-aksilar; sepasang abdominal, dan dua pasang inguinal (di perut bawah).[4]

Holotipe merupakan spesimen betina dengan ukuran KT 189 mm, E 257 mm, KB 37, dan telinga 26 mm; dikoleksi dari Blang Kejeren pada ketinggian 800 m dpl, kini tersimpan di Museum Zoologi Bogor.[2]:207

Sebaran dan ekologi

sunting

Tikus ini terutama hidup di hutan-hutan pegunungan pada ketinggian antara 2.500-3.000 m dpl.[4] Spesimina diperoleh dari ketinggian antara 885-2.835 m dpl. di kaki hingga lereng atas G. Leuser di wilayah Aceh. Kemungkinan ekologinya serupa dengan tikus kerinci (R. korinchi).[5]:21 Analisis genetika mengindikasikan bahwa kedua taksa tersebut berkerabat erat, yang lalu berevolusi secara terpisah semenjak lk. 1,4 juta tahun yang lalu.[7]

Etimologi

sunting

Nama spesiesnya diberikan untuk menghormati Andries Hoogerwerf, seorang naturalis dan zoologiwan berkebangsaan Belanda, yang mengoleksi holotipe dan spesimen pertama tikus ini.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Clayton, E. (2016). "Rattus hoogerwerfi". The IUCN Red List of Threatened Species. IUCN. 2016: e.T19336A115147169. doi:10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T19336A22441662.en . Diakses tanggal 12 December 2017. 
  2. ^ a b c Chasen, F.N. (1939). "Two new mammals from Sumatra". Treubia, 17:207-208. DOI: https://dx.doi.org/10.14203/treubia.v17i3.2569
  3. ^ Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari (2000). Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. Bogor: Wildlife Conservation Society - IP, The Sabah Society, dan World Wildlife Fund Malaysia.
  4. ^ a b c Plazi Treatment Bank: Rattus hoogerwerfi Chasen, 1939; diakses pada 22 April 2024
  5. ^ a b Musser, G.G. (1986). "Sundaic Rattus: Definitions of Rattus baluensis and Rattus korinchi. American Museum Novitates 2862: 1-24.
  6. ^ Miller, G.S. (1942). "Zoological results of the George Vanderbilt Sumatran Expedition, 1936-1939. Part V: Mammals collected by Frederick A. Ulmer, Jr. on Sumatra and Nias". Proceedings of the Academy of Natural Sciences of Philadelphia, 94: 107-165
  7. ^ Camacho-Sanchez, M. & J. Leonard. (2020) "Mitogenomes reveal multiple colonization by Rattus in Sundaland". Journal of Heredity, (2020): 392–404. DOI: https://doi.org/10.1093/jhered/esaa014