Qiu Shaoyun

tentara China

Qiu Shaoyun (Hanzi: 邱少云) (1931-1952) lahir di kabupaten Tongliang, Sichuan. Bergabung dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) tahun 1949. Tahun 1951, dia bergabung dengan pasukan sukarelawan Tiongkok untuk Perang Korea.

Qiu Shaoyun
Qiu Shaoyun pada April 1951, setelah Pertempuran Luojiashan
Nama asli邱少云
Lahir(1926-06-01)1 Juni 1926
Qiujiagou, Kota Guanjian, Kabupaten Tongliang, Provinsi Sichuan, Tiongkok
Meninggal12 Oktober 1952(1952-10-12) (umur 26)
391 high land, Cheorwon, Korea Utara

Tanggal 11 Oktober 1952, dalam pertempuran gunung merebut bukit 391, dia bersama kesatuannya merayap mendekati posisi musuh dengan menggunakan rumput kering dan ranting sebagai kamuflase. Sementara itu pesawat Sekutu membom kedudukan mereka. Qiu terjebak dalam semak-semak yang terbakar di sekitarnya, tetapi dia tetap diam tidak membuat gerakan atau suara apapun demi melindungi 500 orang temannya agar tidak terlacak musuh, padahal menurut teman prajuritnya, sekitar 3 meter di sebelah kanan Qiu waktu itu ada sebuah selokan. Setelah menahan sakit dan panas selama kurang lebih lima jam, dia pun mati terbakar.

Malam itu juga pasukan Tiongkok dan Korea Utara berhasil menduduki bukit 391 dan menghalau pasukan Sekutu dari sana. Atas pengorbanannya, pemerintah RRT menganugerahinya gelar sebagai pahlawan kelas satu Perang Korea. Pemerintah Korea Utara juga memberinya dua medali kehormatan sebagai pahlawan Korea Utara. Di puncak bukit 391, namanya terpahat pada monumen yang dibangun untuk mengenangnya.

Kontroversi sunting

  • Kepala peleton di mana Qiu Shaoyun bertugas, Ceng Ji mengenang bahwa pada saat itu, mereka berada di sebuah tebing, ia juga berada sekitar 5 meter di sebelah kanan Qiu. Namun menurut Ceng, sama sekali tidak ada selokan air yang disebut-sebut dapat menyelamatkan Qiu dari luka bakar.
  • Ada pula yang berpendapat bahwa kepahlawanan Qiu Shaoyun ini hanya sebuah karangan yang dibesar-besarkan sebagai propaganda Partai Komunis Tiongkok. Karena sebagai seorang prajurit, tidak mungkin Qiu tidak membawa amunisi di tubuhnya. Namun mengapa amunisi tersebut tidak ikut meledak karena panas yang timbul dari kebakaran di tubuh Qiu merupakan sesuatu fenomena yang tidak masuk di akal. Lagipula, di siang hari seperti itu, tidak mungkin tubuh Qiu yang terjilat lidah api sama sekali tidak terlihat dari udara oleh tentara sekutu.

Sumber sunting

  • Shi Liwen, Chaoxian Zhanzheng, Beijing: Zhongguo renmin jiefangjun luxian chubanshe (B.Mandarin)