Dalam mitologi Hindu, Pururawa (Dewanagari: पुरूरव; ,IASTPurūrava, पुरूरव) adalah nama seorang raja di Prayasha, putra Budha dan Ila. Ia merupakan leluhur Dinasti Candra, keturunan Soma. Ia menikah dengan Ausiniri dan Urwasi. Dari hubungannya dengan Ausiniri ia tidak memiliki keturunan, sedangkan dari hubungannya dengan Urwasi ia memiliki beberapa putra, yang terkenal ialah Ayu, yang di kemudian hari menjadi penerus tahta.

Pururawa
पुरूरव
Lukisan Pururawa karya Khitindra Nath Mazumdar.
Lukisan Pururawa karya Khitindra Nath Mazumdar.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaPururawa
Ejaan Dewanagariपुरूरव
Ejaan IASTPurūrava
Nama lainPururawa Aila
Kitab referensiMahabharata; Purana
Kastakesatria
DinastiCandra
AyahBudha
IbuIla
IstriAusiniri; Urwasi
AnakAyu

Leluhur Dinasti Candra sunting

Menurut legenda dan mitologi Hindu, Dinasti Candra didirikan oleh dewa bulan yang bernama Soma/Candra. Soma berputra Budha. Budha menikah dengan Ila, putri Manu dan berputra Pururawa. Pururawa memperistri Urwasi dan menurunkan raja-raja Dinasti Candra.

Menerima kutukan sunting

Dalam kitab Matsyapurana dikisahkan bahwa Pururawa memuja tiga di antara empat tujuan hidup yang utama (Caturpurusarta), yaitu Darma, Arta, dan Kama. Kemudian, munculah tiga orang yang merupakan personifikasi dari ketiga tujuan hidup tersebut. Mereka bertiga pergi menemui Pururawa karena pemujaan yang dilakukan olehnya. Pururawa menjamu mereka dengan baik, tetapi Dharma menerima pelayanan lebih baik daripada Artha dan Kama. Maka dari itu, Artha mengutuk Pururawa agar kehidupannya hancur, sedangkan Kama mengutuk Pururawa agar tergila-gila pada Urwasi. Namun Dharma mengimbangi kutukan tersebut, dengan memberi anugrah bahwa Pururawa tidak akan menyimpang dari jalan yang benar, begitu pula keturunannya. Setelah itu, mereka bertiga lenyap di hadapan Pururawa.

Pururawa dan Urwasi sunting

Dalam mitologi Hindu terdapat cerita klasik mengenai Pururawa dan Urwasi. Diceritakan bahwa ketika Pururawa dengan kereta kencananya sedang dalam perjalanan melintasi langit, ia melihat Urwasi sedang dihadang raksasa ganas. Pururawa datang menyelamatkan sehingga raksasa berhasil dikalahkan. Semenjak kejadian itu, Pururawa dan Urwasi saling jatuh cinta. Namun karena merasa berbeda dunia, mereka mencoba untuk saling menjauh. Pururawa telah menikah dengan Ausiniri, tetapi tidak memiliki keturunan. Ketika Pururawa tahu bahwa Urwasi turun ke dunia karena menjalani kutukan, ia sangat senang dan siap untuk berpisah dengan istri lamanya. Pururawa menemui Urwasi yang sudah menunggu di hutan Gandamadana. Mereka berencana untuk tinggal di sana.

Pada suatu hari, Urwasi marah dan cemburu karena Pururawa terpikat dengan kecantikan seorang gadis yang sedang mencuci pakaian di sungai. Dengan diliputi rasa cemburu, Urwasi berlari sampai ke wilayah hutan keramat milik Dewa Kartikeya yang pantang dimasuki oleh wanita. Karena tanpa sengaja Urwasi memasuki wilayah keramat tersebut, tubuhnya berubah menjadi batu. Pururawa mencari Urwasi selama berbulan-bulan. Pururawa meminta petunjuk para dewa yang sudah sering ia bantu dalam peperangan. Kartikeya menjadi iba dengan Pururawa. Ia memberi sebuah permata merah dan menyuruh Pururawa agar digosok pada sebuah batu yang ada di dalam kawasan hutannya. Ketika perintah itu dilaksanakan, Urwasi segera terbebas dari kutukan.

 
Lukisan Urwasi meninggalkan Pururawa, karya Raja Ravi Varma.

Pururawa dan Urwasi kembali ke istana setelah bertahun-tahun tinggal di hutan Gandamadana. Pada suatu hari, permata merah pemberian Kartikeya direbut oleh seekor gagak. Urwasi yang amat menyukai permata tersebut memohon kepada Pururawa untuk merebutnya kembali. Sebelum Pururawa berhasil menembakkan panahnya, ada orang lain yang terlebih dahulu memanah si gagak. Si gagak jatuh ke halaman istana. Ketika anak panah yang menancap di tubuh si gagak diamati, tertulis bahwa anak panah tersebut dimiliki oleh Ayu. Setelah ditelusuri ternyata Ayu adalah putra Pururawa dan Urwasi. Kelahiran putranya sendiri tidak diketahui oleh Pururawa. Ternyata Ayu tercipta dari pikiran Urwasi. Insiden di hutan Kartikeya telah memberi waktu bagi Urwasi untuk melahirkan putranya. Saat Pururawa menjumpai putranya sendiri, Urwasi teringat dengan kutukannya yang terdahulu. Sesuai dengan kutukan, pertemuan antara Pururawa dengan Ayu berarti perpisahan antara Urwasi dengan suami dan anaknya.

Setelah Urwasi kembali ke kahyangan, Ayu dinobatkan sebagai raja, sedangkan Pururawa memilih pergi meninggalkan kerajaannya untuk tinggal di Gandamadana. Pada suatu ketika, para raksasa menyerbu kahyangan. Saat mengetahui keadaan tersebut, Pururawa segera memberikan bantuan seperti yang sudah sering ia lakukan. Atas bantuan Pururawa, para raksasa berhasil dikalahkan. Sebagai rasa terima kasih, Indra mengizinkan Urwasi untuk melayani Pururawa di Gandamadana. Di sana Pururawa menghabiskan sisa hidupnya dengan ditemani Urwasi. Di sana pula Urwasi melahirkan lebih banyak putra.

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting

Didahului oleh:
Dinasti Candra
Raja pertama
Diteruskan oleh:
Ayu