Pembayaran bergerak

(Dialihkan dari Pulsa telepon genggam)

Pembayaran bergerak (Inggris: mobile payment) adalah sarana pembayaran nontunai dengan menggunakan perangkat ponsel cerdas yang memanfaatkan berbagai media teknologi nirkabel seperti kode QR, NFC, dan kode OTP.[butuh rujukan] Pembayaran bergerak merupakan metode pembayaran alternatif dari sistem pembayaran tradisional dengan uang tunai, cek, atau kartu kredit sebagai media pembayarannya. Pembayaran bergerak juga disebut sebagai niaga seluler, dompet seluler, uang seluler, dan perbankan bergerak, umumnya mengacu kepada layanan pembayaran yang dioperasikan berdasarkan peraturan keuangan masing-masing negara dan dilakukan melalui perangkat seluler.[1] Pembayaran bergerak juga disebut sebagai pembayaran seluler.[2]

Proses pembayaran menggunakan ponsel cerdas dan aplikasi pembayaran.

Untuk bisa menggunakan dan memanfaatkan fasilitas pembayaran bergerak, diperlukan uang digital. Di tingkat global, banyak aplikasi pembayaran bergerak, seperti PayPal, Google Wallet, Paypass Master Card, dan ZipPay. Sementara di tingkat lokal, terdapat beberapa nama yang populer, seperti Dompetku, TCASH, FlexiCash, Tunai milik XL, Mandiri e-Cash, Rekening Ponsel, GoPay, OVO, DANA, dan DokuPayAcces.[3]

Sejarah sunting

Contoh pertama pembayaran bergerak terjadi pada tahun 1997 ketika Coca-Cola memperkenalkan sejumlah mesin jual otomatis dengan pelanggan dapat melakukan pembelian seluler. Pelanggan akan mengirim SMS ke mesin jual otomatis untuk mengatur pembayaran dan mesin kemudian akan menjual produknya.[4]

Garis waktu perkembangan pembayaran bergerak di dunia sebagai berikut:[5]

  • 1997 – Coca-Cola memperkenalkan pembelian via SMS di mesin jual otomatis tertentu. ExxonMobil mulai menerima pembayaran melalui Speedpass, yang menggunakan teknologi RFID sehingga pelanggan dapat menggesek dan membayar langsung di pom bensin.
  • 1998 – PayPal didirikan.
  • 1999 – Tiket film dapat dibeli menggunakan ponsel tertentu.
  • 2001 – Perdagangan seluler mencapai $2,4 miliar di seluruh dunia. Domino's Pizza mulai menerima pesanan melalui ponsel.
  • 2003 – 95 juta pengguna di seluruh dunia melakukan pembelian dengan ponsel mereka.
  • 2004 – SMS digunakan untuk memberikan donasi kepada organisasi nirlaba.
  • 2005 – Nokia meluncurkan ponsel berkemampuan NFC pertama.
  • 2009 – Pasar pembayaran bergerak mencapai $69 miliar dalam penjualan. Square memulai layanan.
  • 2010 – Seorang pengguna eBay membeli Mercedes-Benz seharga $240.000 melalui ponsel cerdas.
  • 2014 – Apple memperkenalkan Apple Pay.
  • 2015 – Android Pay dan Samsung Pay diperkenalkan.

Perkembangan pembayaran bergerak di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2007 dengan diluncurkannya aplikasi Telkomsel Cash (TCASH) oleh PT Telkomsel Indonesia. Kemudian pada tahun 2008 diluncurkan sebuah aplikasi Dompetku dan dari tahun 2010 sampai sekarang sudah banyak diluncurkan aplikasi pembayaran bergerak.[6] TCASH kemudian berganti nama menjadi LinkAja terhitung sejak 22 Februari 2019.[7]

Dompet elektronik sunting

Dompet elektronik dapat digunakan untuk pembayaran nirkontak, biasanya memerlukan proses verifikasi seperti memasukkan PIN atau pemindaian sidik jari. Kedua instrumen pembayaran ini dapat digunakan untuk pembayaran daring, yang juga memerlukan verifikasi. Dompet elektronik sangat aman karena proses enkripsi dan tokenisasi kompleks yang terjadi selama pembayaran, tetapi jenis pembayaran ini sangat ramah pengguna dan nyaman. Apple Pay, Google Pay, dan Samsung Pay merupakan platform dompet elektronik yang populer.[8]

Sampai dengan tahun 2018, perusahaan penyedia dompet elektronik di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni:[9]

  1. Dari perusahaan telekomunikasi, seperti Dompetku, TCASH, FlexiCash, dan Tunai by XL.
  2. Dari perusahaan perbankan, seperti Mandiri e-Cash, Rekening Ponsel dari Bank CIMB Niaga, Mega Virtual, BBM Money, dan Sakuku dari BCA.
  3. Dari perusahaan rintisan, seperti GoPay, OVO, Dana, Doku, PayPro, dan PayAccess.

Dalam survei yang dirilis Juli 2021 oleh perusahaan penyedia jaringan pembayaran bergerak, Boku berjudul Boku: 2021 Mobile Wallets Report, Indonesia dilaporkan menjadi negara dengan pertumbuhan dompet elektronik tercepat ketiga di dunia, dengan volume transaksi dompet elektronik mencapai 1,7 miliar tahun 2020 dan diperkirakan meningkat menjadi 16 miliar transaksi tahun 2025. Nilai transaksinya pada tahun 2020 mencapai $28 miliar dan diperkirkan tumbuh signifikan menjadi $107 miliar atau Rp1,55 kuadriliun pada tahun 2025. Total pengguna dompet elektronik di Indonesia tercatat sebesar 63,6 juta atau 25,6% dari total populasi. Angka ini diperkirakan juga meningkat menjadi 202 juta pengguna atau 76,5% dari total populasi pada tahun 2025. Dalam laporan itu juga, lima besar penyedia dompet elektronik di Indonesia berdasarkan pertumbuhan nilai transaksi tertinggi tahun 2020 berturut-turut adalah OVO dengan $10,7 juta, ShopeePay dengan $4,3 juta, LinkAja dengan $3,9 juta, GoPay $3,7 juta, dan DANA dengan $3,4 juta. Sementara dari penguasaan pangsa pasar dompet elektronik di Indonesia, OVO berada di posisi teratas dengan 38,2%, diikuti oleh ShopeePay (15,6%), LinkAja (13,9%), Gopay (13,2%), DANA (12,2%), dan lainnya (6,9%).[10]

Sementara berdasarkan hasil survei Kadence International Indonesia dalam riset bertajuk "Penggunaan dan Perilaku Pengguna Pembayaran Digital dan Layanan Keuangan di Indonesia" yang dipublikasikan pada Agustus 2021, mengungkap bahwa lima dompet elektronik paling populer di Indonesia adalah OVO (31 persen), GoPay (25 persen), ShopeePay (20 persen), DANA (19 persen), dan LinkAja (4 persen).[11]

Pembayaran NFC sunting

 
Sistem pembayaran seluler dengan teknologi NFC di Norwegia

Teknologi NFC mendukung pembayaran nirkontak melalui dompet elektronik seperti Apple Pay, Android Pay, serta kartu nirkontak. NFC mirip dengan teknologi pengenal frekuensi radio (RFID), tetapi terbatas pada berbagi data dengan perangkat lain yang berjarak sekitar empat inci. Oleh karena itu, konsumen yang membayar dengan dompet elektronik mereka harus meletakkan perangkat mereka dekat dengan pembaca pembayaran nirkontak.[12]

Ketika nasabah mendaftar dengan salah satu penyedia pembayaran NFC, mereka mengetikkan informasi rekening bank, kartu kredit atau debit mereka ke dalam formulir yang aman. Informasi ini kemudian dienkripsi dan disimpan di server penyedia, bukan di telepon nasabah. Mereka kemudian akan mengunduh aplikasi (dari Apple Store untuk iPhone atau Google Play Store untuk perangkat Android) dan masuk sesuai kredensial mereka. Ketika siap untuk melakukan pembelian, mereka hanya membawa ponsel mereka di dekat pembaca dan pembayaran dimulai dalam hitungan detik.[13]

Jenis perangkat yang mendukung pembayaran bergerak NFC adalah:[14]

  • Ponsel cerdas: Ada aplikasi Android dan aplikasi iPhone yang memungkinkan pembayaran seluler.
  • Jam tangan pintar: Jam tangan dengan sistem operasi Wear OS biasanya mendukung NFC.
  • Tablet: Seperti halnya ponsel, tablet dapat mendukung NFC, meskipun agak canggung untuk ditangani saat melakukan pembayaran.
  • Laptop: Menggunakan laptop untuk memproses pembayaran akan kikuk, tetapi secara teknis memungkinkan.
  • Kartu kredit dan kartu debit dengan cip EMV: Sebagian besar kartu kredit utama yang diterbitkan saat ini memiliki cip EMV yang mendukung teknologi NFC. Ini merupakan bentuk pembayaran nirkontak yang paling lazim.

Dari segi keamanan, pembayaran seluler NFC sebenarnya lebih aman daripada pembayaran kartu debit cip dan PIN. Beberapa alasan pembayaran NFC merupakan salah satu metode pembayaran paling aman:[15]

  1. Perangkat seluler mengenkripsi informasi pribadi pengguna untuk melindunginya dari penipu. Yang lebih mengesankan adalah enkripsi ini diubah pada setiap transaksi NFC.
  2. Terdapat lapisan keamanan kedua: kode sandi atau kunci sidik jari. Bahkan ketika ponsel dicuri secara fisik, prosedur biometrik dan kode sandi berarti perangkat tidak dapat diakses pada tingkat otentikasi ini.
  3. Dengan tokenisasi, nomor kartu lengkap tidak pernah terungkap. Artinya, jika terjadi penyadapan, penipu tidak akan bisa mengakses detail kartu sama sekali.

Pembayaran Kode QR sunting

 
Kode QR ditempel oleh pedagang untuk pembayaran konsumen di Tiongkok

Kode QR adalah kode batang matriks dua dimensi yang berisi informasi optik yang dapat dibaca mesin. Pemindai aplikasi seluler kode QR dapat memindai dan membaca data dalam kode QR. Untuk menggunakan kode QR untuk pembayaran di dalam toko, pembeli memindai kode QR saat penyelesaian transaksi pembelian (checkout) melalui aplikasi seluler. Dompet elektronik pelanggan kemudian didebet sejumlah nominal pembelian. Kode QR menjadi alternatif pilihan sebagai pengganti memasukkan detail kartu kredit secara manual. Kode QR juga mencegah pencurian data kredit oleh penjual yang tidak bermoral yang bekerja sama dengan penjahat.[16]

Pembayaran bergerak dengan kode QR dapat diproses dengan salah satu cara berikut:[17]

  1. Ponsel cerdas memindai kode QR bisnis: Pembeli membuka aplikasi pembayaran kode QR yang relevan, kemudian pindai kode yang ditampilkan di kasir toko, pada masing-masing produk, situs web, atau kertas tagihan dan sebelum mengetuk untuk menyelesaikan pembayaran, konfirmasikan harganya, jika diperlukan.
  2. Pelaku bisnis memindai kode QR di layar ponsel pelanggan: Ketika jumlah total transaksi dikonfirmasi dalam sistem POS pengecer saat penyelesaian transaksi pembelian (checkout), pembeli membuka aplikasi perusahaan atau pembayaran terkait yang memungkinkan transaksi kode QR. Aplikasi ini menampilkan kode QR unik yang mengidentifikasi detail kartu pembeli. Toko memindai kode ini dengan pemindai kode QR, dan menyelesaikan transaksi.
  3. Pembayaran aplikasi ke aplikasi: Pembeli dan penjual membuka aplikasi yang relevan, lalu pembeli memindai kode QR unik penjual yang ditampilkan di aplikasi mereka melalui aplikasi pembeli sendiri. Pembeli mengonfirmasi jumlah yang harus dibayar dan ketuk untuk memproses pembayaran.

Dibandingkan dengan pembayaran nirkontak lainnya, transaksi kode QR memiliki biaya pengadaan yang rendah, sehingga menarik bagi pengecer di pasar negara berkembang, karena kurangnya infrastruktur kartu. Sebagai pasar pembayaran kode QR terbesar di dunia, Tiongkok akan mencapai nilai transaksi $2,37 triliun pada tahun 2025, atau 46 kali lebih banyak dari gabungan semua wilayah lainnya. Meskipun ada sejumlah skema kode QR di seluruh dunia, tidak ada yang lebih sukses daripada dua pemain utama Tiongkok, Alipay dan WeChat Pay. Pada Februari 2021, Alipay dari Alibaba Group merupakan aplikasi pembayaran terkemuka di Tiongkok, dengan lebih dari 658 juta pengguna aktif bulanan.[18]

 
Logo QRIS

Untuk memfasilitasi pembayaran kode QR di Indonesia, Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) meluncurkan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) pada 17 Agustus 2019.[19] Menurut Bank Indonesia, hingga kuartal II 2021, realisasi penggunaan metode pembayaran QRIS sebanyak 7,85 juta merchant, meningkat dibandingkan kuartal I 2021 sebanyak 6,69 juta merchant. Sementara saat pertama kali diperkenalkan pada kuartal I 2020, realisasi penggunaan metode pembayaran QRIS hanya 3,08 juta merchant.[20]

Kelebihan dan kekurangan sunting

Pembayaran seluler menawarkan banyak keuntungan bagi penggunanya, antara lain:[21]

  • Pembayaran seluler merupakan cara yang sangat nyaman untuk melakukan pembayaran, dan pelanggan tidak lagi harus membawa dompet penuh kartu dan uang tunai. Selain itu, mereka juga tidak perlu lagi menandatangani tanda terima atau memasukkan PIN.
  • Teknologi NFC dilengkapi dengan enkripsi data yang melindungi informasi sensitif selama transmisi, sehingga mengurangi kemungkinan peretas mendapatkan akses ke informasi pelanggan.
  • Pembayaran seluler aman, dan pelanggan tidak perlu khawatir mengenai penipuan. Dalam pembayaran nirkontak, perangkat bahkan tidak perlu bersentuhan dengan perangkat.
  • Pembayaran nirkontak cepat, akurat, dan aman, dan tidak perlu khawatir salah ketik saat memasukkan PIN.
  • Pembayaran seluler lebih hemat waktu dan biaya karena mengetuk layar ponsel jauh lebih cepat daripada metode pembayaran lainnya.
  • Pelanggan dapat melacak hadiah dan poin loyalitas selama pembelian mereka. Beberapa bank juga menawarkan opsi uang kembali (cashback) saat menggunakan pembayaran elektronik.

Pembayaran seluler juga memiliki kekurangan, di antaranya:[22]

  • Meskipun pembayaran seluler diterima di semakin banyak pengecer, banyak toko tidak menerimanya.
  • Sebuah toko mungkin menerima pembayaran digital, tetapi tidak mungkin menerima semuanya. Jadi pembeli bisa masuk ke pengecer yang ramah pembayaran digital tetapi masih harus menggunakan kartu kreditnya.
  • Setiap transaksi meninggalkan catatan digital, yang membuat beberapa orang khawatir tentang privasi.
  • Sebagian besar sistem pembayaran seluler menggunakan teknologi yang disebut NFC untuk mengirim data transaksi ke terminal pembayaran, tetapi tidak semua ponsel dapat melakukannya karena tidak semua ponsel dilengkapi dengan teknologi ini.
  • Pembayaran terikat pada ponsel, jika ponsel dicuri atau hilang, atau bahkan jika ponsel kehabisan baterai, pembayaran tidak akan dapat dilakukan.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "What is Mobile Payment". IGI Global. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  2. ^ Tanayastri Dini Isna (24 Januari 2019). "Mengenal Tren Penggunaan Layanan Pembayaran Seluler". Warta Ekonomi. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  3. ^ "Mobile Payment Kian Ngetren". Indonesia.go.id. 18 Juni 2019. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  4. ^ "History of Mobile & Contactless Payment Systems". NFC. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  5. ^ "The History of Mobile Pay". Electronic Merchant Services (EMS). 21 Juli 2017. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  6. ^ Ar Rasyid, Rayhan; Sunarya, Erry; M Ramdan, Asep (30 Juni 2020). "Analisis Minat Menggunakan Mobile Payment Dengan Pendekatan Technology Accpetance Model Pada Pengguna Link Aja Sukabumi". HIRARKI: Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis. 2 (2): 116―125. doi:10.30606/hirarki.v2i2.387. ISSN 2684-8503. Diakses tanggal 26 November 2021. 
  7. ^ "TCASH Efektif Berubah Menjadi LinkAja pada 22 Februari 2019". Telkomsel. 22 Februari 2019. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  8. ^ Aine Hendron (3 Agustus 2021). "10 Different Types Of Mobile Payments". Epos Now. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  9. ^ "4 Layanan Mobile Payment Terkemuka di Indonesia". MarketingCraft. 19 Mei 2020. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  10. ^ Corry Anestia (13 Juli 2021). "Laporan Boku: OVO Pimpin Pangsa Pasar "Mobile Wallet" di Indonesia". Dailysocial.id. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  11. ^ Aziz Rahardyan (30 Agustus 2021). ""Survei 5 Dompet Digital Terpopuler di Indonesia, Siapa Jawaranya?"". Bisnis.com. Diakses tanggal 27 November 2021. 
  12. ^ "7 things to know about accepting NFC mobile payments". FIS. 8 Juli 2019. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  13. ^ Jennifer Dublino (12 November 2021). "Everything You Need to Know About NFC Mobile Payments". Business.com. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  14. ^ Dock David Treece (20 November 2021). "What Are NFC Mobile Payments?". Business News Daily. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  15. ^ "What are NFC Mobile Payments and are They Safe?". Pomelo Pay. 7 April 2021. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  16. ^ William Goddard (2 Juni 2021). "What is Mobile Payments – Types, Benefits and Examples". IT Chronicles. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  17. ^ Emily Sorensen (4 Januari 2021). "QR code payments – what is it and how does it work?". Mobile Transaction. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  18. ^ "QR Code Payments to Hit $2.7T Value by 2025". Milan Fintech Summit. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  19. ^ "Quick Response Code Indonesian Standard atau biasa disingkat QRIS (dibaca KRIS)". QRIS. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  20. ^ Novita Intan (1 Oktober 2021). "Penggunaan QRIS di Daerah Melonjak". Republika Online. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  21. ^ "The growth of mobile payments". Inside Network. 13 Agustus 2020. Diakses tanggal 28 November 2021. 
  22. ^ Elizabeth Harper (7 Mei 2018). "The pros and cons of mobile payments". TechSpot. Diakses tanggal 28 November 2021.