Prasasti Watu Lawang

Prasasti Watu Lawang[1] ditemukan di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ditulis pada periode akhir kerajaan Hindu-Buddha. Penemuan tersebut terjadi secara tidak sengaja oleh penduduk lokal.

Usai ditemukan, para ahli sejarah dan arkeolog mulai menganalisis makna dari simbol peletakan batu tersebut. Namun saat ini, diketahui bahwa Prasasti Watu Lawang kemungkinan besar ditulis pada masa-masa terakhir berdirinya Kerajaan Hindu Buddha.

Prasasti Watu Lawang ditemukan pertama kali di Dusun Pulihan, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada 2019. Penemunya adalah seorang pria asal Kota Salatiga bernama Warin Darsono yang saat itu berkunjung ke rumah neneknya.

Ketika prasasti tersebut ditemukan, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Semarang langsung meninjau lokasi. Tak sendirian, mereka ditemani oleh sekretaris desa setempat.

Awalnya, prasasti berada di balik semak belukar di sebuah hutan di sebelah aliran sungai kecil. Namun usai dibersihkan, Prasasti Watu Lawang terlihat dengan jelas.

Prasasti ini dinamakan Watu Lawang karena bentuknya menyerupai dua gerbang pintu besar yang terbuat dari batu. Di tengah-tengah dua batu besar tersebut, terdapat sebuah batu yang berukuran lebih kecil.

Prasasti Watu Lawang yang terdiri dari tiga batu ini memiliki ukuran yang berbeda-beda. Batu pertama berdimensi 176 cm, lebar 97 cm, dan tebal 31 cm.

Sedangkan batu yang kedua memiliki panjang 140 cm, lebar 73 cm, dan tebal 34 cm. Adapun batu ketiga mempunyai panjang 70 cm dan lebar 36 cm dan diapit oleh dua batu besar.

Pada batu pertama, tertulis angka tahun saka 1343 menggunakan tulisan Jawa Kuno yang diduga kuat merupakan tahun pembuatan prasasti. Sementara itu, terdapat guratan tangan manusia pada batu kedua.

Prasasti Watu Lawang diyakini berhubungan erat dengan beberapa artefak dan naskah kuno yang sudah ditemukan di Kecamatan Getasan.

Sebagaimana yang telah diketahui, Desa Tajuk yang berada di lereng Gunung Merbabu dikenal sebagai tempat memproduksi naskah kuno keagamaan.

Referensi

sunting
  1. ^ https://jateng.inews.id/amp/berita/prasasti-watu-lawang-ditemukan-di-semarang-ditulis-pada-periode-akhir-kerajaan-hindu-buddha/2