Pilakuik adalah alat tradisional yang terdapat di Jorong Matua Katik, Nagari Matua Hilia, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Alat ini dibuat untuk mempermudah pekerjaan di lahan pertanian. Pilakuik dibuat dengan mempergunakan alat-alat seperti kayu atau bambu, tali nilon dan ranting kayu atau ranting bambu. Maksud pembuatan pilakuik adalah untuk menakut-nakuti tikus dan babi yang sering merusak tanaman warga seperti padi dan tanaman lain di ladang. Proses pembuatan dan penggunaan pilakuik sangat sederhana. Pertama, bambu yang sudah dibersihkan dibelah dua. Belahan bambu selanjutnya ditopang dengan kayu kecil dengan jarak sekira 15 cm. Satu meter bambu yang dibelah tersebut diletakkan umpan di atas ranting-ranting yang diikaat jadi satu lalu dihubungkan dengan tali ke bambu terbelah tersebut.[1]

Proses kerjanya adalah apabila ranting-ranting diinjak tikus, kera atau babi, maka tali yang terhubung ke belahan bambu tersebut akan menegang. akibatnya satu belahan akan terbanting ke atas hingga mengeluarkan suara berisik, sehingga hewan-hewan tersebut akan lari. Secara sosial, proses kerja pilakuik juga nilai strategis yang tersimpan di dalamnya diinternalisasi dalam usaha menyadarkan warga yang enggan terlibat dalam kerja sosial.

Teknologi tradisional ini merepresentasikan sistem pengetahuan tradisional warga yang sebagian besar adalah petani. Pemanfaatan alat ini juga mengajarkan petani cara menyesuaikan diri dengan alam. Di samping itu, teknologi modern di jorong ini baru dikenal orang Matua kira-kira tahun 1970-an, itu juga terbatas.

Penggunaan alat ini walau terbatas, masih tetap dilanjutkan. Selain karena harganya yang murah, alat ini juga sederhana dan mudah digunakan.

Referensi

sunting
  1. ^ Hasanadi, dkk.Warisan Budaya Tak Benda di Provinsi Sumatera Barat. Padang: Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang. 2013. hlm. 60. ISBN 978-602-8742-67-2.  Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)