Perbutulan, Sumber, Cirebon

kelurahan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat



Perbutulan adalah kelurahan di kecamatan Sumber, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

Perbutulan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenCirebon
KecamatanSumber
Kode Kemendagri32.09.15.1005
Kode BPS3209120016
Luas48,39 Km (persegi)
Jumlah penduduk3.838 jiwa
KepadatanNormal

Sebelum Sumber menjadi ibu kota Kabupaten Cirebon, Perbutulan berstatus desa, tetapi sejak Sumber menjadi ibu kota Kabupaten Cirebon, Perbutulan berstatus menjadi Kelurahan. Perbutulan mungkin merupakan kelurahan/desa terkecil di Kabupaten Cirebon. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaliwadas, lalu berbatasan dengan Desa Watubelah (utara), Kelurahan Sumber (selatan), dan Desa Gegunung (timur). Dengan Gegunung dipisahkan oleh Sungai Cipager, yang berhulu di Gunung Ciremai. Perbutulan dibelah oleh jalan raya yang menghubungkan Sumber dengan Plered, Kecamatan Weru. Sebelum ada jalan tol Palimanan-Kanci, Plered termasuk jalur Pantura Jawa. Nah, di jalan yang membentang dari selatan ke utara itu, jika kita berdiri di perbatasan Perbutulan-Sumber akan bisa dilihat dari perbatasan Perbutulan-Watubelah. Betapa kecilnya Perbutulan.

Menurut hikayat, kata Perbutulan berasal dari kata Butul yang artinya 'lolos'. Hal ini dikaitkan dengan cerita dimasa Sunan Gunung Jati merupakan kemenangan kerajaan Cirebon.konon sebelum peperangan Sunan Gunung Jati menanami pohon pohonan yang berfungsi sebagai pagar atau benteng pertahanan Kerajaan Cirebon.Menurut cerita, Pasukan Kerajaan Cirebon oleh Sunan Gunung Jati untuk pergi ke wilayah barat tepatnya di Kampung Dukuh (Sebelum berubah nama jadi Perbutulan),saat pasukan musuh melewati tanaman yang di ditanam oleh Sunan Gunung jati,aneh tiba-tiba pasukan musuh itu terperosok tanahnya terbelah dan keluar air deras dari dalam tanah nya membentuk aliran sungai menghanyutkan pasukan musuh.Dan itu awal mula sungai cipager.ci berasal dari kata cai yang berarti air dan pager yang pagar.Sementara pasukan Kerajaan Cirebon butul/lolos atau selamat dari kejaran musuh.Maka kampung Dukuh dinamai Perbutulan.Pada Intinya sejarah adanya sungai Cipager dan kelurahan Perbutulan saling berhubungan.

Pada awalnya, permukiman di Perbutulan terdiri atas beberapa gugus, dari selatan ke utara: Gondang, Kemuneng, Latar Tengah, Ledok, Keleben, Blok Singrat, dan Pesindangan. Namun kini, semua gugus itu telah menyatu menjadi satu permukiman. Tak lagi dipisahkan oleh kebun ataupun sawah. Di Latar Tengah itulah yang merupakan pusat aktivitas: balai desa, sekolah, dan masjid. Namun kini, balai desa yang berubah menjadi kantor kelurahan telah dipindah ke Blok Singrat.

Pada masa lalu, warga Perbutulan umumnya berpendapatan dari kegiatan pertanian. Namun sejak bendungan untuk irigasi di hulu Sungai Cipager tak dibangun lagi setelah diterjang banjir, maka mata pencaharian penduduk berpindah ke perdagangan. Kini, kegiatan ekonomi mereka berpusat pada industri rumah tangga pakaian jadi (konveksi). Namun kini pada umumnya berubah ke membuat pakaian wanita, terutama busana muslimah.

Warga Perbutulan memeluk agama Islam. Mereka dikenal sebagai masyarakat santri oleh warga dari desa-desa lain. Di sini terdapat dua pesantren, yang pertama diasuh oleh Kiai Haji Abdul Jalil, lulusan pesantren Babakan, Ciwaringin, yang bernama Yayasan Pondok Pesantren Al-Ikhlas yang kini telah mempunyai gedung megah.edua dikelola oleh Abah Noor Zein, lulusan Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Pesantrennya bernama Kampung Damai.

Di Perbutulan, setiap pemilu selalu dimenangkan partai Islam, termasuk pada masa represif Orde Baru. PPP selalu menang sekitar 90 persen. Pada masa Reformasi ini yang terbesar menjadi PKB, lalu PPP dan Demokrat. Pada masa Orde Lama, pada pemilu 1955, yang menang adalah Masyumi. Lalu pada pemilu pertama Orba, yang menang adalah Parmusi. Walaupun secara kultural mereka adalah nahdliyin (NU), tetapi Masyumi kuat karena faktor Aljam'iyatul Washliyah. Organisasi bermazhab Syafii ini, salah satu mazhab paling kuat di NU, berpusat di Medan, Sumatera Utara. Nah, Washliyah memang menginduk ke Masyumi, lalu Parmusi.

Al Washliyah memang sangat kuat di Perbutulan karena di wilayah ini awalnya cuma ada Madrasah Ibtidaiyah Al Washliyah (setingkat SD). Tak ada sekolah pemerintah. Sehingga hampir seluruh warga Perbutulan bersekolah di sekolah ini. Namun pada 1976, pemerintah kemudian mendirikan SD Inpres, di perbatasan Perbutulan-Watubelah. Mengapa diletakkan di perbatasan? Karena warga menolak yang berbau pemerintah. Ini wajar, karena mereka memilih PPP setiap pemilu, maka Perbutulan selalu dikucilkan oleh pemerintah. Namun secara perlahan, warga mulai sadar tentang kualitas sekolah. Maka walau terletak di perbatasan, banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di SD Inpres. Maka tahap selanjutnya dibangun SD Inpres di Ledok, yang berada relatif di tengah, sebelah barat Latar Tengah. Maka sejak saat itu, mayoritas anak bersekolah di SD Inpres. Namun MI Al Washliyah tetap hidup dan makin maju. Bahkan pada 1979 berdiri SMP Al Washliyah, yang tetap kokoh hingga kini telah berkembang ada Mts dan SMP yang mempunyai gedung tersendiri.Bahkan mendirikan TK Al Washliyah, yang merupakan TK terbaik di Sumber.

Perbutulan juga merupakan lokasi shooting film Harmonikaku serta Matahari-Matahari. Semuanya disutradarai Arifin C. Noer.

Pada tahun 2012 di perbutulan berdiri sebuah majlish ta'lim yang dinamakan majlish ta'lim baitul ma'arif. yang cakupan kegiatannya meliputi pengajian rutin kitab kitab diantaranya kitab riyadussholihin, simtu dhurror, alhikam, takrib laa tahzan dan lainnya hingga saat ini.

Disamping kegiatan tabligh baitul maarif juga melakukan peran sosial dan sukses menerapkan program kepedulian dan penggalangan dana secara rutin bertemakan celengan bunga bersama, alokasi dana ini digunakan guna meringankan beban sosial seperti anak yatim dan fakir miskin.

Rutinitas warga perbutulan ini sangat diapresiasi oleh masyarakat sekitar dan pemerintah, terkhusus tokoh tokoh yang merupakan pemateri dan pembimbing diantaranya KH. abdul jalil, KH. Noorzein, KH. Abdul Manan, Ustadz Arifullah, Ustadz Basuni,Habib Hasannain,KH. Syakur Yasin,Habib Muhammad Abdul qhodir alchaff dan lainnya.

Nama baitul ma'arif mengadopsi nama tokoh sepuh daerah ini yakni KH. Syamsul Ma'arif atau Pangeran Kartajumena,untuk mengenang jasa beliau pula maka warga menyematkan baitul ma'arif sebagai nama masjid jami'di daerah perbutulan sampai pada penamaan majlish tabligh dan sosial ini.