Perang Simpanse Gombe


Perang Simpanse Gombe, juga dikenal dengan nama "Perang Empat Tahun" Gombe, adalah perang yang melibatkan dua kelompok simpanse di Taman Nasional Sungai Gombe, Tanzania, pada tahun 1974 sampai 1978. Dua kubu yang berseteru adalah Kasakela dan Kahama. Masing-masing mereka menghuni taman bagian utara dan selatan.[1] Dua kelompok ini sebelumnya merupakan kelompok tunggal, lalu Jane Goodall mengamati bahwa kelompok simpanse ini kemudian terpecah menjadi subkelompok utara dan selatan.[2] Data di buku harian Goodall dianalisis oleh komputer dan mengungkapkan bahwa perpecahan sosial antara dua kelompok ini sudah muncul sejak tahun 1971.[3]

Perang Simpanse Gombe
Tanggal22 Januari 1974 – 5 Juni 1978
(4 tahun, 4 bulan dan 2 minggu)
LokasiGombe, Tanzania
4°40′S 29°38′E / 4.667°S 29.633°E / -4.667; 29.633Koordinat: 4°40′S 29°38′E / 4.667°S 29.633°E / -4.667; 29.633
Hasil Kasakela menang telak
Pihak yang terlibat
Simpanse Kahama Simpanse Kasakela
Korban
10 simpanse 1 simpanse
Perang Simpanse Gombe di Tanzania
Perang Simpanse Gombe
Lokasi di Tanzania

Kelompok Kahama di selatan terdiri atas enam pejantan dewasa (tiga di antaranya diberi nama "Hugh", "Charlie", dan "Goliath" oleh Goodall), tiga betina dewasa dan anak mereka, dan satu jantan remaja ("Sniff").[2] Kelompok Kasakela yang lebih besar terdiri atas 12 betina dewasa dan anak mereka, dan delapan jantan dewasa.[2]

Perang sunting

Aksi kekerasan pertama terjadi pada tanggal 7 Januari 1974.[4] Enam jantan dewasa Kasakela menyerang dan membunuh "Gobi", jantan muda Kahama yang sedang makan di atas pohon.[1] Ini pertama kalinya simpanse di kelompok ini diketahui membunuh sesama simpanse.[4]

Selama empat tahun berikutnya, keenam jantan dewasa Kahama dibunuh oleh jantan Kasakela.[5] Satu betina Kahama tewas, dua betina hilang, dan tiga betina dipukuli dan diculik oleh jantan Kasakela.[5] Kelompok Kasakela lalu berhasil merebut bekas wilayah Kahama.[5]

Perolehan wilayah ini tidak bertahan lama. Karena kelompok Kahama tidak ada lagi, wilayah Kasakela kini berbatasan langsung dengan wilayah kelompok simpanse lain, Kalande.[6] Karena Kalande lebih kuat dan banyak dan sempat terjadi beberapa serangan di perbatasan, kelompok Kasakela segera meninggalkan hampir seluruh wilayah baru mereka.[6]

Dampak terhadap Goodall sunting

Perang ini sangat mengejutkan Goodall. Selama ini ia mengira simpanse "agak 'lebih ramah'" perilakunya, meski mirip dengan manusia.[7] Ia sempat mengamati kanibalisme bayi oleh satu betina berpengaruh di kelompok ini pada tahun 1975. Goodall untuk pertama kalinya menyadari "sisi gelap" simpanse setelah memahami Perang Gombe.[7] Dalam memoarnya, Through a Window: My Thirty Years with the Chimpanzees of Gombe, ia menulis:

Selama bertahun-tahun aku mencoba menerima pengetahuan baru ini. Saat aku terbangun di tengah malam, kepalaku langsung mengingat kembali hal-hal yang mengerikan—Satan [salah satu simpanse] menadahkan tangan di bawah dagunya Sniff untuk meminum darah yang bercucuran dari wajahnya yang terluka; Rodolf yang sudah tua, biasanya jinak, berdiri tegak dan melontarkan batu seberat dua kilo ke Godi yang meringkuk; Jomeo menyobek kulit betis Dé; Figan, berlari dan terus-menerus memukuli Goliath, pahlawan masa kecilnya [Figan], yang sedang gemetaran. ...[8]

Buntut sunting

 
Rumah yang digunakan Goodall untuk memberi makan simpanse Gombe

Ketika Goodall menceritakan Perang Gombe, tidak semuanya percaya ada perang simpanse yang terjadi secara alamiah. Pada saat itu, model ilmiah perilaku manusia dan hewan hampir tidak pernah bertindihan.[9] Sejumlah peneliti menuduh Goodall terlalu meyakini antropomorfisme;[9] peneliti lainnya menduga kehadiran Goodall sebagai pemberi makan simpanse memicu konflik mematikan di kalangan hewan yang sebelumnya damai.[10] Namun demikian, penelitian modern yang tidak terlalu intrusif membenarkan bahwa populasi simpanse sejatinya memahami konsep peperangan.[10][11] Penelitian tahun 2018 yang terbit di American Journal of Physical Anthropology mengungkapkan bahwa Perang Gombe kemungkinan besar disebabkan oleh perebutan kekuasaan antara tiga simpanse jantan paling berpengaruh, kemudian diperparah oleh langkanya simpanse betina yang subur.[12]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b Goodall 2010, p. 121
  2. ^ a b c Goodall 2010, p. 120
  3. ^ Barras, Colin (7 May 2014). "Only known chimp war reveals how societies splinter". New Scientist. Diakses tanggal 11 June 2014. 
  4. ^ a b Morris, p. 288
  5. ^ a b c Morris, p. 289
  6. ^ a b Goodall 2010, pp. 129–130
  7. ^ a b Goodall 2010, p. 128
  8. ^ Goodall 2010, pp. 128–129
  9. ^ a b Bradshaw, G. A. (2009). Elephants on the Edge: What Animals Teach Us about Humanity. Yale University Press. hlm. 40. ISBN 9780300154917. 
  10. ^ a b Morris, p. 290
  11. ^ "Nature of war: Chimps inherently violent; Study disproves theory that 'chimpanzee wars' are sparked by human influence". ScienceDaily. 17 September 2014. 
  12. ^ "How infighting turns toxic for chimpanzees". ScienceDaily. March 26, 2018. 

Daftar pustaka sunting

Bacaan lanjutan sunting