Batak? sunting

Artikel ini cukup bagus. Tetapi mengapa tidak membicarakan bahwa Suku Karo adalah salah satu suku Batak? Bahkan aksara Karo adalah salah satu varian Surat Batak. Meursault2004 10:36, 7 Januari 2006 (UTC)

Ada banyak versi yang memang mengatakan kalau Suku Karo itu berasal dari Suku Batak. Tapi banyak juga versi yang mengatakan bahwa tidaklah demikian, terutama bersumber dari penuturan orang tua-tua dulu. Seperti misalnya ada buku mengatakan bahwa Suku Karo itu berasal dari sekelompok orang (pasukan) yang dipimpin oleh seorang panglima dari Kerajaan India yang bertugas merebut daerah daerah baru, yang menimbang tanah di daerah asalnya dan hanya berhenti apabila tanah baru yang mereka taklukkan nanti memiliki kesamaan berat dan unsur seperti tanah asalnya. Atau juga ada tulisan yang menyatakan bahwa marga Sembiring merupakan orang pendatang asli dari India, berwarna gelap sehingga disebut Si Mbiring (Si Hitam) dan akhirnya bersatu dan menjadi satu marga dan masuk ke dalam klan suku karo. Itulah sebabnya mereka tetap memakai nama daerah asalnya sebagai marga, mis: Sembiring Brahmana, Depari, Colia, Meliala dsb. Thus, tanah Karo atau lebih tepatnya desa seberaya yang adalah kampung orang Sembiring dulu pernah menjadi pusat kebudayaan Hindu terbesar di Sumatera, tapi apakah benar benar demikian? Hendrasembiring
Terima kasih atas masukannya, namun ini merupakan legenda. Menurut literatur ilmiah tetap saja suku Karo merupakan bagian dari sukubangsa Batak. Meursault2004 09:25, 15 April 2006 (UTC).

+ menambah info" seputar suku BATAK ialah suku atau klan yg bermukim di sekitar wilayah danau TOBA.seperti simalungun,Pakpak,Tapanuli,Mandailing dan Toba. sedangkan Karo mendiami wilayah pegunungan2.dari segi bahasa Tapanuli,Toba,simalungun,Mandailing dan pakpak lebih mirip 1 dengan lainnya.bandingkan dengan bahasa Karo yg begitu banyak perbedaannya dengan klan2 yg disebut diatas.pengaruh Karo juga sampai ke ACEH bag selatan tanah gayo,terlihat dari nama kota dan tempat yg terdapat dan msh di pakai sampai hari ini seperti Blang kejeren,kuta cane,blang pidie.itu membuktikan pengaruh klan karo yg begitu luas hingga keluar asalnya.

begitu juga dengan kebudayaannya seperti alat musik,kain,warna yg begitu berbeda dengan klan yg disebut diatas.alat musik karo lebih kecil dibanding dengan alat2 musik tradisiona klan-klan diatas,seperti gendang karo yg kecil dan hanya 2 buah,sedangkan klan2 Toba memiliki gondang 9.lklan-klan diatas dominan dengan warna hitam baik itu di kain dan rumah adatnya yg dipengaruhi warna tanah humus daerah danau Toba.sedangkan Karo dominan dengan warna merah dan kuning emas seperti warna tanah leluhurnya.walau pun msh ada beberapa persamaan seperti kepala kerbau di atas rumah adat,gambar CICAK didinding rumah adatnya.ini karena dipengaruhi hewan2 yg ada didaerah sumatera utara. nah jika Karo sama dengan Batak seharusnya juga memiliki fisik yg nyaris sama,tetapi kenyataanya berbeda.dan nada kata2nya juga berbeda.jika klan2 seputar danau Toba memiliki fisik,dan tekanan nada suara yg sama wajar jika diklompokkan dalam klan BATAK.jika ada berbicara menggunakan litelatur atau bahan dr buku n karya orang lain itu bukan lah hal yg falit.tetapi hanya pandangan penulisnya.contoh| dahulu dikatakan bahwa nenek moyang bangsa indonesia berasal dr hindia belakang.dan pendapat itu masuk kepelajaran sekolah.kenyataannya nenek moyang kita sudah mengembara sejak 10000 tahun yg lalu. jd buku bukanlah hal yg falit.boleh jika sebagai bahan referensi,tetapi gunakan akal kita u mencernanya nya.tetapi jgnlah itu membuat kita jd terpecah,kita 1 nusa dan sebangsa.perbedaan pasti ada ditiap2 manusia..semoga perbedaan itu menjadikan kita indah dimata dunia.Queen Samura 2014

suku karo bukan bagian dari suku batak anda jangan mengada-ngada tidak mungkin anda lebih tau, daripada kami orang karo, nenek moyangkami yang berkata kepada kami, tentang sejarah asal usul orang karo. Bobi Ginting, 30 September 2012
Suku Karo memang benar bukan bagian dari Batak, dan secara ilmiah suku Batak tersebut tidak dapat dibuktikan Meruntuhkan Batak. Orang Karo lahir lebih dulu daripada si Raja Batak Fosil

Saya adalah pengguna yang berketurunan Suku Karo. Saya juga telah melakukan riset dengan orang Karo itu sendiri dengan langsung berinteraksi terhadap masyarakat Karo itu sendiri bahwa Karo bukan Batak dan mereka sangat mempertentangkan hal itu. Saya sangat memahami bahwa di Wikipedia sendiri mempunyai Kebijakan bahwa semua artikel haruslah ditulis dari sebuah sudut pandang yang netral. Dengan menambahkan referensi terpercaya bahwasannya Karo Bukan Batak maka hal itu tidak melanggar Kebijakan Wikipedia itu sendiri. Mohon kepada Pengguna:27christian11 untuk tidak melakukan pengembalian suntingan dengan melabeli Suku Karo dengan embel-embel Batak. Jika anda menghargai sesuatu pendapat, alangkah baiknya untuk langsung melakukan riset lebih jauh tentang Suku Karo dengan berinteraksi langsung kepada mereka, bukan dengan hanya ego dari pendapat sendiri. Salam. HaidirAndiNovianto (bicara) 28 Juli 2021 11.20 (UTC)Balas

Orang Karo sunting

Artikel diatas sangat berguna untuk mengetahui lebih dalam tentang suku Karo. Daerah orang Karo itu memang lebih luas dari batas batas kabupaten yang digariskan oleh pemerintah di jaman Belanda dan pemerintah Indonesia sekarang. Batas batas yang diciptakan oleh pemerintah pemerintah itu hanya berlatar-belakangkan pertimbangan administrasi, politik, keamananan serta ekonomi belaka. Fakta menunjukkan bahwa banyak orang Karo yang hidup dan tinggal didaerah daerah Kabupaten Dairi, Simalungun, Deli Serdang, Langkat, dan kabupaten kabupaten lainnya disekitar kota Medan sejak dahulu kala. Orang Karo yang tinggal di kabupaten kabupaten sekitar kota Medan oleh orang Karo dikenal sebagai orang Karojahe.

Istilah Karojahe mempunyai makna yang tersendiri. Orang orang Karojahe tinggal diluar daerah Kabupaten Karo sekarang. Pada umumnya mereka tinggal didaerah daerah kabupaten sekitar kota Medan. Tapi yang membuat mereka disebut Karojahe adalah karena seringkali mereka mereka ini telah dipengaruhi oleh kehidupan dan kebudayaan non-Karo. Mereka tidak bisa berbahasa Karo dengan baik. Mereka tidak menggunakan adat Karo yang semestinya dalam bertutur kata dan bergaul sesama orang Karo. Pada umumnya orang Karojahe tidak banyak menerapkan adat istiadat Karo. Mereka ini tidak dapat dipersalahkan. Keadaan ini terjadi karena mereka terdesak oleh pengaruh kebudayaan kebudayaan baru yang dibawa oleh para pendatang kedaerah mereka.

Penulis pernah bekerja menggali pasir di daerah Patumbak (1980), kira kira 15 km dari kota Medan yang termasuk Kabupaten Deli Serdang. Kami diantara pekerja sering bercakap cakap tentang banyak hal. Dari percakapan percakapan penulis dengan beberapa warga setempat penulis sempat tercengang mendengar keterangan mereka. Mengetahui penulis berasal dari orang Karo, mereka mengatakan bahwa sebenarnya mereka juga keturunan orang Karo. Ketika penulis menanyakan marga, seorang diantaranya berkata: " Kalau tidak salah, Barus " jawabnya. Alangkah ironisnya. Begitu dahsyatnya pengaruh kebudayaan luar itu sampai sampai marga sendiripun bisa lupa. Karena tinggal disekitar orang orang pendatang yang berbahasa lain, lambat laun mereka melupakan marga dan bahasa daerah asli mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka bukan pendatang didaerah tersebut. Mereka juga mengakui bahwa begitu banyak orang orang pendatang yang berdatangan kedaerah mereka untuk tingal dan menetap disitu.

Sewaktu penulis masih duduk dibangku sekolah di Sidikalang dan Kabanjahe, penulis mengetahui bahwa banyak anggota Kodim Sidikalang dan Kodim Tanah Karo mempunyai marga Karo tapi jarang malah tidak bisa berbahasa Karo samasekali. Banyak pula mereka itu berasal dari Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Binjai dan sekitarnya. Seorang bekas petinggi militer di Sidikalang yang bermarga Ginting hanya bisa berbahasa Karo sepenggal sepenggal. Anak seorang anggota CPM Kodim Sidikalang yang kebetulan teman sekolah penulis di Sidikalang tidak bisa berbahasa Karo samasekali. Kedua orang tua teman saya itu adalah orang Karo. Mereka berasal dari Kabupaten Deli Serdang. Karena masih kecil, penulis tidak bisa mengerti mengapa dia tidak bisa samasekali. Penulis juga berbahasa Melayu kalau diluar rumah, tapi saya banyak mendengar bahasa Karo dirumah dan mampu bekomunikasi seadanya dalam bahasa Karo. Tapi sekarang saya bisa mengerti bahwa banyak orang orang Karojahe itu yang tidak bisa berbahasa Karo sama sekali.

Menanggapi tulisan Sdr. Hendra Sembiring, penulis ingin menyampaikan sedikit pendapat bahwa orang Karo adalah penduduk asli daerah sepanjang Bukit Barisan Pulau Sumatera dan daerah daerah sekitar pegunungan Sumatera Utara dan Aceh. Keberadaan suku Karo terlepas dari adanya orang orang Karo yang bermarga Sembiring dengan submarga bernuansa India. Sebaliknya, keberadaan orang Karo bermarga Sembiring dengan latar belakang unsur unsur dari India (bila terbukti dan diterima secara umum), membuktikan bahwa adat istiadat Karo itu telah begitu tua dan berakar kuat dimasyarakat Karo sejak dahulu kala sehingga orang orang pendatang baru, dengan catatan berteknologi lebih tinggi karena mampu mengharungi lautan luas, harus dengan rela mengakui dan mengadaptasi adat dan tradisi itu demi suatu kehidupan yang harmonis dengan orang orang asli setempat.

Saya sependapat dengan tulisan tulisan yang dibaca oleh saudara Hendra Sembiring yang diantaranya bahwa banyak orang Karo bermarga Sembiring memiliki ciri tubuh yang sama dengan orang orang India. Ini mungkin terjadi karena memang mereka merupakan keturunan imigran dari India yang tinggal didaerah tersebut diatas. Oleh karena tuntutan adat-istiadat dan tradisi, mereka dinaturalisasi menjadi masyarakat Karo dengan marga Sembiring dan nama nama daerah asal mereka di India diambil sebagai submarga.

Bila dikemudian hari kelak kita dapat membuktikan bahwa ada orang Karo bermarga Sembiring yang leluhurnya berasal dari India, tidak berarti bahwa orang orang Karo lainnya juga berasal dari India. Orang Karo lainnya tetap merupakan orang Karo sebagai penduduk asli (indegenous)pegunungan pegunungan Sumatera Utara dan Aceh sekarang. Orang Karo asli akan masih mengakui marga Sembiring sebagai bagian dari orang Karo seperti yang telah mereka lakukan turun temurun. Marga Sembiring adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Karo. Karena sudah dapat dipastikan para imigran dari India itu banyak memiliki keturunan yang dilahirkan oleh wanita wanita Karo setempat. Keturunan mereka itu adalah orang Karo juga adanya.

Suatu bangsa tidak bisa menjadi besar bila masih terdapat perbedaan pendapat, kesalah-pahaman, dan perseteruan diantara penduduk bangsa tersebut. Orang Indian di Amerika tidak mampu bertahan dan hidup sebagai bangsa yang bersatu karena perang suku yang berkelanjutan. Contoh lainnya, sebelum menjadi bangsa yang paling berjaya di permukaan bumi ini, bangsa Amerika harus mengalami perang saudara (civil war) yang begitu memilukan dimana ratusan ribu orang Amerika tewas dalam peperangan ini. Orang orang Amerika dari Utara dan Selatan saling melenyapkan karena perbedaan pendapat tentang perbudakan orang orang hitam di bagian Selatan benua Amerika.

Penulis tidak hendak menyamakan kenyataan diatas dengan perbedaan marga Sembiring dan marga Karo lainnya dimana peperangan merupakan salah satu penyelesaiannya. Tidak samasekali. Tapi untuk menjadi besar dan bersatu perbedaan pendapat diantara orang Karo itu harus dihilangkan. Penulis berpendapat bahwa dalam kasus merga Sembiring ini, tugas dan tanggung jawab moral terbesar bertumpu pada orang orang marga Sembiring untuk menyelidiki kebenaran yang mengatakan bahwa marga Sembiring itu berasal dari India. Mereka harus mampu mengajukan suatu pernyataan dimana mereka dapat menjelaskan siapa mereka sebenarnya. Mereka harus bisa mengambil suatu keputusan: apakah mereka masih rela menjadi orang Karo bila ternyata memang leluhur mereka berasal dari India. Suatu tantangan yang berat bagi orang orang marga Sembiring. Penulis yakin bahwa banyak orang marga Sembiring yang mampu menjawab tantangan diatas secara jujur dan bertanggung jawab.

Sekedar masukan bagi marga Sembiring, saudara Hendra Sembiring memperoleh informasi bahwa kampung Seberaya, kecamatan Tigapanah dahulu kala pernah menjadi pusat kebudayaan Hindu. Kalau kita menilik lebih jauh pengaruh sebuah idiologi, agama, atau kebudayaan yang disebarkan diluar daerah dimana idiologi, agama dan kebudayaan itu dilahirkan maka kita bisa melihat suatu kecenderungan bagi daerah yang terkena pengaruh itu untuk memakai simbol simbol, atribut, istilah atau nama nama yang berlatar-belakangkan asal usul tradisi dan kebudayaan baru itu.

Ambil contoh nama seseorang di Philipina, Fernandez, sebuah nama yang populer di Spanyol. Dia bukan keturunan Spanyol samasekali. Tapi karena pengaruh kebudayaan Spanyol di Philipina sangat kuat, maka jadilah dia bernama Fernandez. Amir, yang berarti Pemimpin Masyarakat di Timur Tengah menjadi nama seorang tetangga saya di Medan karena pengaruh kebudayaan Timur Tengah begitu kuat di keluarga tetangga saya ini.

Mungkinkah penomena diatas melanda marga Sembiring di Seberaya dijaman kerajaan Hindu ketika itu ? Karena mereka bagitu mengagungkan kebudayaan Hindu maka sebagian dari mereka memakai nama nama daerah India dibelakang merga Sembiring mereka. Karena begitu besarnya pengaruh kebudayaan Hindu itu dikalangan orang orang marga Sembiring dijaman itu maka merekapun mengkultuskan nama nama daerah India sebagai submarga. Janganlah heran kalau hal itu dilakukan oleh marga Sembiring karena pada umumnya orang Karo mempunyai kebiasaan kebiasaan seperti itu dalam hal pemberian nama. Coba simak nama nama ini: Motor Tarigan, Senjata Karo Karo, Nasib Ginting, Mangsi Ginting, Buku Kaban dst..dst.

Sebuah kebudayaan baru harus diajarkan kepada penerimanya oleh guru guru yang ahli dibidangnya. Kebudayaan Hindu diajarkan di Seberaya oleh sebagian guru guru yang berasal dari India tentunya. Karena lama tinggal di Seberaya, mereka menikahi wanita wanita setempat. Oleh karena pengaruh guru guru ini, sebagian orang marga Sembiring menambahkan nama nama daerah India dibelakang nama marga mereka tapi mereka bukan keturunan India. Sebagian memang mungkin keturunan guru guru ahli kebudayaan Hindu itu.

Penulis berpendapat bahwa hypotesis diatas mengandung kebenaran dengan alasan alasan diantaranya bahwa tidak semua orang marga Sembiring berciri tubuh orang India. Seorang kawan sekolah penulis di Berastagi, Bantu Sembiring Pandia yang berasal dari Seberaya berpostur lebih mirip orang Vietnam ketimbang orang India. Lihatlah disekitar anda apakah semua marga Sembiring bertampang bintang film Bollywood, India ? Tidak bukan ?. Jadi tidak logislah adanya kalau kita memperkirakan bahwa semua marga Sembiring dengan submarga India mempunyai pertalian darah dengan orang orang India.

Adanya keturunan ahli ahli kebudayaan Hindu dari India di Indonesia pada umumnya dan di masyarakat Karo khususnya bukan merupakan suatu kejutan. Banyak orang Bali perpostur tubuh lebih mirip dengan orang India ketimbang orang Melayu yang cenderung berhidung pesek, klimis tak bercambang dan tak berkumis lebat seperti banyak orang Bali. Mereka memang keturunan ahli ahli kebudayaan Hindu yang bekerja di kerajaan kerajaan Jawa Hindu. Leluhur mereka melarikan diri kepulau Bali karena terdesak oleh kerajaan kerajaan Jawa lainnya. Di Bali mereka menetap dan mempunyai banyak keturunan dari wanita wanita setempat. Jumlah keturunan guru guru kebudayaan Hindu di daerah Karo tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan jumlah keturunan guru guru kebudayaan Hindu di Bali karena pulau Bali memang merupakan pusat agama Hindu di Indonesia. Sudah barang tentu jumlah mereka cukup besar disana. Jadi masuk akalah kiranya kalau sebagian orang marga Sembiring mempunyai leluhur yang berasal dari India.

Suatu hal lagi yang ingin penulis sampaikan kepada orang Karo, ahli ahli antrophology, para peneliti kebudayaan dan sejarahwan dimanapun anda berada: Berhentilah berpolemik, berdebat dan bersilang pendapat tentang asal usul orang Karo itu. Mencari asal usul orang Karo sama dengan mencari yang tidak ada; ndarami silalit kata orang Karo. Sampai kapanpun tidak akan ditemui. Mencari asal usul orang Karo sama saja dengan mencari asal usul orang Jawa, Afrika, Cina, Eropah, Arab dlsb yang telah tinggal didaerahnya masing masing sepanjang zaman seiring dengan perubahan dan pergolakan yang dialami oleh bumi ini. Paling tidak, mari kita sepakat mengatakan bahwa orang Karo adalah penduduk asli daerah daerah tersebut diatas sampai pembuktian yang dapat membuktikan sebaliknya dapat dipertunjukkan.

Terimakasih dan maaf bila ada hal hal yang tidak berkenan dihati anda tentang tulisan ini.

Oleh: Mangsi Gintings

Tanggapan: mgint0@uky.edu.com (– komentar tanpa tanda tangan oleh 128.163.103.49 (bk).)

Berbagai klaim tentang asal-usul suku2 Tapanuli ini sangat menarik sebagai bahan kajian antropologi molekular. Teknik-teknik biologi molekular dapat digunakan untuk membantu memperjelas situasi persebaran warga di wilayah Aceh dan Sumatera Utara serta asal-usulnya. Tinggal apakah kita serius untuk menjawab pertanyaan2 tadi karena berarti harus ada sponsor untuk pendanaan penelitian tersebut dan orang yang mampu menelitinya. Salam untuk semua kontributor. Saya sangat senang dengan informasi2 yg diberikan. Kembangraps 13:57, 23 Januari 2007 (UTC)

Batak Karo sunting

Saya pindahkan halaman ke Suku Batak Karo karena Suku Karo adalah salah satu sub-suku batak. tolong jangan diganti kembali.. 27christian11 (talk) 01:43, 30 March 2011 (UTC)

Dear Bung Christian,
Ada dualisme dalam pemakaian istilah Batak oleh bung Christian. Jika memang konsisten dengan kata Batak, maka semua hal yang berhubungan dengan Batak haruslah seragam ATAU terdapat penjelasan tentang masing-masing subsuku tersebut. Tetapi yang saya lihat, ada banyak halaman yang memakai kata Batak tetapi konteksnya campur baur dan CENDERUNG ke Toba/Humbang/Silindung/Samosir. Bagaimana dengan suku yang lain? Jika memang bung Christian konsisten, suntinglah semua halaman yang ada pembahasan tentang Bataknya dan buatlah isinya dari masing-masing sub Batak tersebut walaupun saya pribadi sebagai orang karo jelas lebih suka disebut dengan orang karo saja, tanpa embel-embel batak. Tetapi jika kecenderungan pada wikipedia tersebut akhirnya membuat kebingungan dan salah persepsi orang Indonesia tentang suku-suku di Sumatera Utara seperti mengatakan "horas" kepada "mejuah-juah" kami suku karo, mengatakan "ulos" kepada "uis" kami, mengatakan "lae" kepada "silih" kami, mengatakan "pariban" kepada "impal" kami, mengatakan "lapo" kepada "kedai" kami, mengatakan "tulang" kepada "mama" kami, dan masih banyak lagi, maka ada baiknya bung Christian mengedukasi publik dengan membuat pembahasan yang sejelas-jelasnya dalam sebuah halaman dan tidak cenderung mengacu ke Toba/Humbang/Silindung/Samosir. Demikian masukan dari saya bung Christian, mohon maaf jika ada kata yang salah. Bung Christian dapat menghubungi saya via email keanggotaan saya jika bung Christian butuh bantuan untuk penjelasan tentang suku karo di halaman-halaman yang rancu dan campur baur tersebut.
Terima Kasih
Andry Bangun 27 September 2011
orang karo itu bukan bagian/sub dari batak
memang banyak yang berkata seperti anda, tapi kalau dilihat dari bahasa, logat, adat istiadat, dan semuanya berbeda
hanya saja ada sedikit kesamaan, dan karena daerahnya juga berdekatan, maka kebanyakan orang menganaggap suku batak toba dengan suku karo itu, sama
nama saya Bobi merga saya Ginting, saya sangat tidak setuju kalau saya dikatakan orng batak,
kalau disama-samain, memang bisa sama orang batak toba dengan suku karo, karna kalau di sama2in binatang dan tumbuhan juga sama, sama2 makan, tapi kalau kita menyebut sebatang anjing, sungguh sangat janggal ngedengarnya, gitu juga dengan batak karo – komentar tanpa tanda tangan oleh Bobi ginting (bk). 2 September 2012

Judul artikel sunting

Untuk menghindari perang pengalihan, saya telah mengembalikan ke versi paling awal halaman ini, yaitu dengan judul "Suku Karo". Mohon jangan ada yang mengalihkan halaman ini hingga dibicarakan dan ditemukan kesepakan tentang penamaan judul artikel ini. Pihak yang berpikir judulnya seharusnya tetap "Suku Karo" silakan meninggalkan komentar, sementara yang berpikir judulnya seharusnya diganti menjadi "Suku Batak Karo" juga dipersilakan menyampaikan pendapatnya, dengan disertai referensi masing-masing. Halaman tidak akan dilindungi dari pengalihan, tetapi apabila ada yang mengalihkan tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu, maka halaman ini selanjutnya akan dilindungi supaya tidak bisa dialihkan. Bagi yang berdiskusi, silakan membahas subjek yang bersangkutan, to the point, dan harap jangan melenceng jauh dari pokok diskusi. Komentar yang panjang dan bertele-tele akan disunting oleh saya sebagai moderator. Karena saat ini judulnya sudah "Suku Karo", mohon yang pro dengan judul ini tidak perlu berkomentar dulu, sementara yang tidak setuju, silakan memulai diskusi di bawah ini. ‑Bennylin bicara 19.46, 18 April 2013 (WIB)

gondang 9 sunting

gondang 9 bukan termasuk budaya klan toba atau batak akan tetapi budaya dari tano mandailing godang. mandailing bukan bagian dari toba atau "batak" Amri nasution (bicara) 5 Februari 2016 11.53 (UTC)Balas

Perubahan artikel sunting

Saya menemukan bahwa telah terjadi beberapa kali pembatalan revisi (revert) dalam artikel ini dan mungkin perlu dilihat dan diperiksa oleh pengguna yang lebih memahami konteks artikel ini. @Syahh Ar meminta saya untuk menandai terperiksa, tetapi saya belum dapat melakukannya saat ini karena keterbatasan pengetahuan saya. Mohon maaf.

Saya pikir barangkali @27christian11 bisa membantu dan menjelaskan alasan suntingannya tidak diterima untuk dapat diperbaiki/disempurnakan. Trims, ··· 🌸 Rachmat04 · 8 Juli 2021 02.21 (UTC)Balas

Terima kasih Saudara Rachmat04 atas waktu dan kesempatannya.
Sebelumnya saya mohon maaf atas kesibukan di dunia nyata, sehingga saya baru bisa menyampaikan penjelasan saya perihal pembatalan revisi artikel ini.
Langsung saja saya terjun membahas Elephant in the room perihal polemik penggunaan kata "Batak" diantara suku-suku di Sumatera Utara, tidak terlepas Suku Karo. Pro dan Kontra atas penyematan kata "Batak" pada Suku Karo (dan juga suku-suku lainnya) dewasa ini kian alot, baik di dunia nyata maupun maya. Wikipedia tidak terluput menjadi platform perdebatan tersebut, terlihat jelas pada halaman pembicaraan artikel ini perbedaan pendapat tersebut juga nyata adanya.
Pada penjelasan ini, saya tidak akan mencoba menguraikan tentang persamaan maupun perbedaan antara "Karo" dan "Batak", Sebab hal tersebut hanya akan menciptakan panggung debat diantara ribuan lainnya yang telah ada. Persamaan yang dimiliki "Karo" dan "Batak" sungguh sangat banyak, oleh karenanya mereka disandingkan bersama. Perbedaan yang dimiliki "Karo" dan "Batak" juga tidak kalah banyaknya, sehingga tidak sedikit yang menolak.
Pesan yang ingin saya pertegas dan yang terutama pada penjelasan ini adalah: Wikipedia harus tetap menjunjung netralitas pada konten artikelnya. Maka bila diaplikasikan pada artikel ini, harus mewakili argumen dari pihak yang Pro-"Batak" dan juga yang Kontra-"Batak". Tidak boleh berisikan nilai-nilai yang bias terhadap sudut pandangan tertentu sehingga mengakibatkan mutu dari artikel yang berat sebelah.
Perihal polemik kata "Batak" yang disematkan diantara suku-suku di Sumatera Utara memang alot keberadaannya, Sehingga bila ada yang ingin memperdalam topik tersebut saya terbuka untuk kolaborasi. Saya telah lama berencana membuat artikel mengenai hal tersebut namun oleh karena keterbatasan waktu dan sumber yang kredibel maka hal tersebut belum dapat direalisasikan.
Seperti Saudara ketahui, Saya telah bertahun aktif mengunjungi berbagai daerah di Provinsi Sumut (bukti dan dokumentasi ada pada halaman Commons saya), daerah dimana orang dari suku-suku yang terlibat dalam polemik penyematan kata "Batak" ini tinggal. Saya telah berinteraksi langsung dan berdiskusi mengenai topik yang sangat "hangat" ini. Berangkat dari pengalaman saya tersebut dapat saya sampaikan Pro dan Kontra ini sungguh nyata adanya. Terakhir, telah lebih dari sepuluh tahun saya berkontribusi di WBI dan artikel-artikel seputar topik ini juga telah lama masuk dalam daftar pantauan saya. Dalam setiap suntingan saya selalu berusaha agar konten yang saya muat bersifat netral. Bila ada yang kurang berkenan, saya terbuka untuk berdiskusi.
Sekian penjelasan saya perihal asalan saya melakukan pembatalan revisi yang berulang, ada beberapa alasan lain yang juga ingin saya sampaikan, namun saya urungkan agar penjelasan ini tidak terlalu panjang dan bertele-tele. Bila argumentasi ini ingin diperdalam maka saya berkenan untuk menyampaikannya.
Terima kasih sekali lagi. Salam hangat..... 27christian11 (bicara) 19 Juli 2021 18.26 (UTC)Balas
Terima kasih, @27christian11, atas penjelasannya. Saya cukup mengerti tentang keadaan ini, tetapi saya–jika tidak keberatan–ingin juga mendengar penjelasan dari sisi @Syahh Ar. Barangkali ada pendapatnya yang menjelaskan perubahan yang dilakukan. Salam, ··· 🌸 Rachmat04 · 21 Juli 2021 03.54 (UTC)Balas
Saudara Rachmat04, mungkin sudah diketahui bahwa @Syahh Ar (dan 3 akun lain) telah diblokir atas Investigasi pengguna siluman/Hdryn. Beberapa jam yang lalu, @Erlangga Aditya menghubungi saya melalui laman pembicaraan saya guna menyelesaikan perselisihan perihal perang suntingan yang saat ini terjadi, namun kami tidak menemukan titik temu dikarenakan perbedaan pendapat.
Asumsi saya @Erlangga Aditya adalah orang yang sama dengan @Syahh Ar maupun 3 akun lain yang telah diblokir berdasarkan pola suntingan dan intensi yang sama yaitu ingin menghapus segala hubungan/sangkut-paut antara "Karo" dan "Batak", hal tersebut dapat dibuktikan dari suntingannya di artikel: ini, Suku Batak, Sumatera Utara, Kota Medan, Suku Batak Toba, Suku Angkola, dan lainnya.
Berikut saya lampirkan hasil dari percakapan antara saya dan @Erlangga Aditya yang barangkali bisa diterima sebagai penjelasan dari ybs:


Akhir2 ini banyak terjadi perang suntingan, dikarenakan pelabelan Batak pada suku Karo. Saya melihat banyak user anonim yang mengubahnya terus menerus. Maka ini tak bisa dibiarkan saja, jika seperti itu akan terus terjadi. Agar tak seperti itu, maka hentikan suntingan anda yang berat sebelah. Kita harus netral agar tidak ada kesalahpahaman. Artikel suku Karo pun awalnya tidak dilabeli label Batak. Sekian, salam Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 15.13 (UTC)

Saya telah menyunting di Wikipedia selama lebih dari sepuluh tahun dan sudah lama memantau artikel Suku Karo. Anda sebaiknya telusuri fakta sebelum mengatakan artikel Suku Karo tidak pernah dilabeli label Batak, sejak dahulu label "Batak" telah ada dan tiada pada halaman tersebut dikarenakan perbedaan pendapat yang pro dan kontra para penyunting. Untuk saat ini seluruh penyebutan bagi orang Karo pada artikel tersebut tidak memakai label "Batak" guna mengurangi perang suntingan.
Perang suntingan yang saat ini terjadi dikarenakan satu kata yang menyebut "Batak Karo", dan yang merupakan kata sandingan untuk judul artikel. Lantas bagaimana mungkin dari satu kata tersebut menyebabkan seluruh konten artikel menjadi berat sebelah?
Anda mungkin adalah seorang yang kontra terhadap pelabelan "Batak" pada Suku Karo sama seperti banyak orang lainnya, saya tidak memiliki masalah dengan itu, semua orang bebas berpendapat. Namun anda perlu ketahui bahwa banyak juga yang pro terhadap pelabelan "Batak" pada Suku Karo. Sangat banyak publikasi resmi dari pemerintah yang memberi label "Batak" pada Suku Karo, dari segi linguistik juga Bahasa Karo dikategorikan sebagai Rumpun Bahasa Batak. "Ke-Batak-an" tersebut juga dinyatakan masyarakat Karo sendiri, terbukti pada nama Gereja terbesar bagi Suku Karo, yaitu Gereja Batak Karo Protestan dimana kurang-lebih 1/3 dari penduduk Suku Karo merupakan umat gereja tersebut.
Sungguh sangat banyak sumber yang saya bisa sajikan kepada anda yang menyatakan korelasi yang dimiliki antara "Karo" dan "Batak" , salah satu nya adalah berita ini[a] dan begitu juga dengan anda mungkin dapat menyajikan hal-hal yang berhungungan dengan penolakan label "Batak" pada Suku Karo. Saya tidak mau terlibat dengan hal tersebut, sudah terlalu banyak debat dan argumen yang saya saksikan perihal polemik yang sukar ini, dan saya tidak ingin halaman pembicaraan ini menjadi platform bagi saya dan anda untuk berdebat.
Fakta yang tidak bisa disembunyikan bahwasanya label "Batak" telah lama diasosiasikan pada Suku Karo dan telah menyebabkan perbedaan pendapat dimana kedua sisi saling memiliki argumen yang kuat. WBI sebagai ensiklopedia yang menjunjung kebijakan sudut pandang netral harus mampu menghasilkan artikel perihal "Suku Karo" yang mengakomodir pandangan dari Pro-Batak dan Kontra-Batak. Maka melangkah dari kebijakan tersebut, dalam judul artikel kata "Karo" disandingkan dengan "Batak Karo". Jika anda baca artikel secara keseluruhan, kata "Batak Karo" nihil tertulis kecuali pada judul tersebut, oleh sebab itu saya sangat bingung terhadap statement anda yang menyatakan satu-satunya kata "Batak Karo" membuat artikel secara keseluruhan berat sebelah.
Saya harap anda memahami sepenuhnya apa yang saya sampaikan pada pesan ini agar perang suntingan pada artikel Suku Karo dan artikel-artikel lainnya dapat berakhir. Salam 27christian11 (bicara) 22 Juli 2021 16.37 (UTC)
  1. ^ Berita ini dipublikasikan oleh Diskominfo Provinsi Sumut tentang Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengapresiasi deklarasi Kerukunan Puak Batak (termasuk Suku Karo) pada tahun 2019
Artikel awal suku Karo tidak pernah dilabeli Batak, sebelum kata Batak disematkan pada etnis Karo tidak ada pertengkaran dan perang suntingan seperti ini, saya melihat riwayat suntingan suku Karo juga tidak ada yang pernah melabeli Batak, saudara suku Batak saja tidak ada yang melabeli Batak, hanya anda saja. Pada saat artikel itu dilengkapi oleh seseorang dan ditinjau oleh pengurus datanglah anda menyematkan label batak. Semenjak itulah perang suntingan terjadi, saya harap agar tidak terus terjadi maka berhentilah. Tindakan anda dapat membuat konflik ini tak berakhir, bahkan bisa lebih parah. Saya harap anda mengerti dengan apa yang saya sampaikan, terimakasih. Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 16.57 (UTC)
Bukankah "suku Karo" saja sudah termasuk sudut pandang netral? Saya rasa itu benar, karena orang pun sudah tau, bahwa artikel seperti tentang suku Melayu, suku Sunda atau suku yang lain pun terkadang suatu subsukunya tidak ditulis label suku pokoknya. Menurut saya tidak masalah akan hal itu, itulah sudut pandang yang netral sebenarnya Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 17.01 (UTC)
Saya tidak ingin berdebat kusir dengan anda. Menurut saya anda belum sepenuhnya memahami perihal netralitas dan sudut pandang netral. Ada baiknya sekali lagi saya tekankan netralitas dalam artikel tersebut adalah yang mengakomodir pandangan dari Pro-Batak dan Kontra-Batak.
Guna menghemat perselisihan pendapat, silakan merujuk pada Riwayat Revisi Artikel Suku Karo untuk tiap perubahan label "Batak" pada artikel tersebut.
Sedikit argumen tambahan, pada Mesin pencari web Google saya mencari kata kunci "Batak Karo" (dengan tanda kutip) dan menemukan sekitar 462.000 hasil, kemudan saya mencari kata kunci "Suku Karo" (dengan tanda kutip) dan menemukan 101.000 hasil. Ini juga merupakan salah satu alasan mengapa pada judul artikel kata "Suku Karo" disandingkan dengan "Batak Karo" guna memberikan penjelasan bahwa kedua subjek adalah sama.
Sekian, salam. 27christian11 (bicara) 22 Juli 2021 17.45 (UTC)

Saya sama sekali tidak mengajak berdebat dengan Anda, tetapi saya hanya menekankan itu saja. Kasus Karo ini sama seperti suku Kangean dan Madura, Kangean bagian dari suku Madura, mereka awalnya suku Madura tapi sudah berasimilasi dengan suku lain.. tetapi mereka tetap Madura dan di banyak artikel juga menjelaskan bahwa mereka Madura, tapi sayangnya tidak sedikit orang Kangean yang menolak secara tegas bahwa Kangean adalah Madura, Kangean ya Kangean (ujarnya). Saya kemarin sempat melihat pertengkaran dan perang suntingan di artikel Kangean karena melabeli semua suku Kangean dengan label Madura. Anda bisa melihat artikel tsb dan riwayatnya. Terlepas dari benar atau tidaknya mereka bahwa mereka adalah Madura, tetapi kita harus menghormati sebagian besar orang yang kontra. Kasus ini sama seperti suku Karo, Kangean dengan Madura sangat serupa tetapi Karo dengan Batak saya lihat tidak ada yang signifikan kemiripan mereka. Kita harus menghargai yang kontra juga, karena tidak sedikit yang kontra, sebagian besar orang khususnya dari suku Karo itu sendiri sekarang kontra akan hal ini, sekian. Terimakasih, salam Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 18.19 (UTC)


Pada titik ini saya mengasumsi perang suntingan masih akan terus belanjut hingga ada intervensi dari para pengurus yang memiliki wewenang untuk memediasi maupun mengambil suatu kebijakan perihal perkara ini. With all due respect, saya mematuhi segala kebijakan yang ada dalam Wikipedia, dan saya juga memahami perang suntingan ini dapat berimplikasi yang kurang baik kepada rekam jejak saya disini-yang tidak saya inginkan untuk terjadi. Maka dari itu, saya memohon agar menilik perkara ini. Justifikasi dari tindakan saya telah saya uraikan pada laman pembicaraan ini juga pada diskusi saya dengan @Erlangga Aditya yang saya lampirkan. Rekam jejak saya di WBI juga dapat ditelusuri bahwa salah satu concern saya adalah pengembangan artikel seputaran topik ini. Bilamana ada kesalahan saya mohon petunjuk agar saya bisa berbenah. Perkara ini sudah terjadi sekitar satu bulan lamanya dan kian runyam bila tidak segera diselesaikan. Terlebih bagi saya pribadi cukup merasa jenuh menghadapinya setiap hari.
Sekian dari saya, Terima kasih. Salam 27christian11 (bicara) 22 Juli 2021 21.04 (UTC)Balas

Etnis Karo sunting

Pelabelan Batak merupakan pengaburan identitas bagi etnis Karo, kita harus menghormati orang yang sebagian besar kontra akan hal ini. Menurut saya artikel ini cukup ditulis Karo saja, bukan Batak Karo. Salam Hegi sqd (bicara) 26 Juli 2021 06.53 (UTC)Balas

Saya menghormati pandangan anda sebagaimana setiap orang berhak untuk bebas berpendapat. Wikipedia adalah ensiklopedia yang menerapkan netralitas pada tiap artikelnya. Searah dengan argumen anda, kita juga harus menghormati "orang yang sebagian besar pro akan hal ini". Maka dari itu, kata "Batak" disandingkan hanya pada judul artikel, sedang pada isi artikel tidak disematkan guna meminimalisir pro-kontra akan polemik ini. Silakan juga merujuk pada pembicaraan diatas (sebelum topik ini) perihal pembahasan yang lebih lanjut. Terima kasih. 27christian11 (bicara) 26 Juli 2021 16.43 (UTC)Balas
Gini bang Christian. Benar sekali bila perujukan kata Batak telah berkembang di masyarakat cukup lama. Akantetapi pelabelan karo sebagai batak merupakan hal yang cukup usang dan harus didekontruksi karena sesungguh pelabelan batak juga merupakan bentuk kolonialisme terselubung yang dilakukan semasa pendudukan oleh Eropa. Berbagai bantahan telah disampaikan dengan rujukan jurnal -jurnal dan pendapat ahli cukup mumpuni. Tentu saja, wikipedia merupakan ensiklopedia yang netral, tetapi netralitas juga harus memperhatikan pendapat pemilik identitas itu sendiri. Saya akan cantumkan sebuah pranala berita tentang kenapa karo bukan batak yang cukup dipercaya dengan rujukannya. Bila ada bantahan, silakan berikan saya rujukan ilmiah dengan reliabilitas yang sama. Dalam segi linguistik juga, diketahui bahwa istilah ini diciptakan saat masa pendudukan. Benar sekali, bahwa ada pendapat istilah batak sudah lama, namun sampai sekarang saya tidak menemukan adanya literatur yang dapat ditampilkan berbentuk tulisan selain perkembangan di kalangan masyarakat batak itu sendiri. Berikut pranala sanggahan tentang karo bukan Batak https://www.rmolsumut.id/karo-menggugat-batak. Bila kita merujuk perubahan kata besar-besaran, maka kita bisa merujuk perubahan nama etnis china yang menjadi tionghoa dan negara cina menjadi Tiongkok. Bila kita melihat dalam bahasa sehari-sehari, jarang sekali menggunakan etnis tiongkok dan tionghoa, tapi untuk menghormati pemilik identitas maka perubahan ini dilakukan pertama kali oleh SBY. Terima kasih. Agus Damanik (bicara) 28 Juli 2021 12.00 (UTC)Balas
Saudara Agus Damanik, silakan merujuk pada topik baru dibawah untuk argumen saya.
Juga berita anda anca cantumkan merupakan sebuah "opini" sehingga tidak termasuk dalam kualifikasi Wikipedia:Sumber_tepercaya
27christian11 (bicara) 29 Juli 2021 03.57 (UTC)Balas

Karo vs Batak Karo sunting

Saya membuka sub-topik baru pada halaman pembicaraan ini guna menjawab @HaidirAndiNovianto yang memberikan argumen pada sub-topik Batak? diatas.

Baik, saya menghormati pandangan anda perihal perkara yang pelik ini, dan saya juga tidak menyangkal bilamana dewasa ini penolakan terhadap label "Batak" dalam Suku Karo kian menggebu. Intensi saya tidak ego dari pendapat sendiri, melaikan fakta yang sungguh nyata adanya; dan sebagai editor di Wikipedia adalah kewajiban saya untuk menyampaikannya. Tidak berbeda dengan anda, saya juga telah berinteraksi langsung dengan masyarakat Karo dan masyarakat suku-suku lainnya yang diberi label "Batak". Saya telah bertahun aktif mengunjungi berbagai daerah di Provinsi Sumut (bukti dan dokumentasi ada pada halaman Commons saya), saya telah banyak berinteraksi dengan masyarakat Karo dari berbagai elemen dan berdiskusi dengan mereka perihal polemik ini, saya akui memang banyak yang mempertentangkan label "Batak" tersebut, namun tidak sedikit juga diantara mereka mengakui bahwa mereka adalah seorang Batak. Sehingga, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, ini adalah hal yang pelik untuk diselesaikan, sehingga pertentangan akan label Batak yang anda sampaikan tidak mutlak adanya pada orang Karo itu.

Saya telah mengecek perubahan terbaru yang anda tambahkan, berikut sanggahan yang sampaikan sebagai argumen untuk menolak suntingan anda:

  • Menghilangkan/menghapus semua hubungan antara "Batak" dan "Karo"
Anda menghapus kata "Batak Karo" pada kalimat pembuka, dimana kata tersebut adalah kata sandingan untuk membandingkan "Suku Karo" dan "Batak Karo". Dengan itu juga pada artikel ini, "Batak" seakan sama sekali tidak memiliki korelasi dengan suku Karo, dimana sebelumnya kata "Batak" telah diminimalisir guna menghindari perang suntingan.
Tidak berbeda dengan penjelasan saya pada sub-topik sebelumnya, Label "Batak" telah lama diasosiasikan pada Suku Karo dan telah menyebabkan perbedaan pendapat dimana kedua sisi saling memiliki argumen yang kuat. Sejak zaman kolonial, Belanda telah memberi label "Batak" pada Suku Karo dalam penelitian dan publikasinya (salah satu bukti ada dalam Wikimedia Commons, dimana hampir semua media oleh Tropenmuseum yang bertemakan Suku Karo disematkan kata Batak, silakan lihat beberapa media disini).
Kemudian sejak kemerdekaan Indonesia hingga saat ini, Pemerintah kerap menyatakan Karo adalah bagian dari Batak, baik dari publikasi, profil suku dan bangsa, hingga sensus (Pada semua sensus yang diadakan di Indonesia, Suku Karo selalu dikategorikan sebagai salah satu Suku Batak. catatan: Pada Sensus tahun 2020 Batak Karo kemudian direvisi menjadi Karo saja akibat polemik pro-kontra).
Publikasi maupun khazanah mengenai Batak Karo sangat banyak ditemui, beberapa diantaranya:
  1. Manusia Batak Karo oleh Tridah Bangun (1986) (penulis seorang dari Suku Karo)
  2. Adat dan upacara perkawinan masyarakat Batak Karo Adat dan upacara perkawinan masyarakat Batak Karo oleh Tridah Bangun (1986) (penulis seorang dari Suku Karo)
  3. Tinjauan tentang tatabahasa Batak Karo dan sekedar perbandingan dengan tatabahasa Batak Toba oleh Suruhen Purba (1998) - Publikasi Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara (penulis seorang dari Suku Karo)
  4. Ragam hias (ornamen) rumah adat Batak Karo oleh Samaria Ginting, Andrianus G. Sitepu, Suruhen Purba (1994) - Publikasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan (semua penulis berasal dari Suku Karo)
  5. Sedjarah Batak-Karo oleh Johann Heinrich Neumann (1972) (Penulis adalah salah satu misionaris yang menyebarkan Injil di Tanah Karo dan kelak menjadi cikal bakal Gereja Batak Karo Protestan)
  6. Arsitektur tradisional Batak Karo oleh Hilderia Sitanggang (1991) - Publikasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
    dan publikasi-publikasi lainnya.
Sedang dari perspektif ilmiah, sastra dan budaya Karo juga terus-menerus dipelajari dan diperdalam oleh Program Studi Sastra Batak Universitas Sumatera Utara, Berikut kurikulum dan para dosen pengampu program studi tersebut. Dimana Ilmu mengenai sastra dan budaya Karo dipelajari, serta orang Karo sendiri juga terlibat menjadi para pengampu.
Tidak dapat disangkal, sungguh sangat banyak publikasi mengenai Suku Karo yang disertakan dengan kata "Batak", hingga tidak jarang banyak orang awam yang hanya familier dengan kata "Batak Karo". Hal tersebut nyata pada Mesin pencari web Google dimana kata kunci "Batak Karo" (dengan tanda kutip) memiliki sekitar 462.000 hasil, sedang kata kunci "Suku Karo" (dengan tanda kutip) dan hanya memiliki 101.000 hasil.
Umunya pada masyarakat Karo sendiri, perbedaan pendapat pro-kontra "Batak" itu nyata adanya. Gerakan Karo Bukan Batak (KBB) pada yang muncul kurang lebih satu dekade lalu telah memiliki pengaruh besar terhadap gerakan kontra-Batak dan telah memiliki banyak pengikut. Namun berlawanan dengan gerakan tersebut, pada Gereja terbesar di masyarakat Karo masih tersemat kata Batak Karo, yaitu Gereja Batak Karo Protestan dimana kurang-lebih 1/3 dari populasi Suku Karo merupakan umat/jemaat dari gereja tersebut.
Masyakarat Karo dalam perantauan juga kerap mengasosiasikan diri sebagai seorang Batak, bahkan hingga terlibat dalam perkumpulan maupun organisasi masyarakat yang Suku Batak-sentris. Berikut saya lampirkan beberapa temuan media online perihal dimana orang Karo aktif dalam ormas Suku Batak yaitu Pemuda Batak Bersatu (PBB):
  1. Ketua PBB Provinsi Riau: Endawira Tarigan
  2. Ketua PBB Kecamatan Berastagi: Mburak Ginting
  3. Ketua PBB Kabupaten Subang: Christian Immanuel Tarigan
  4. Ketua PBB Kecamatan Kosambi: Fransiskus Sembiring
    dan lain-lain
Hemat kata, "Batak" dan "Karo", yang menghasilkan "Batak Karo" telah berasimilasi dengan sangat erat bagi kedua sisi. Maka bila ada pun gerakan untuk mencoba memisahkannya, Wikipedia tidak akan ikut andil dalam hal itu. Saya lihat dalam suntingan anda (dan rekan-rekan anda sebelumnya) mencoba untuk menghilangkan/menghapus segala hubungan sangkut-paut antara Karo dan Batak (Bahkan hanya satu kata "Batak Karo" dalam artikel pun anda hapus), hal tersebut tentu adalah pelanggaran kebijakan sudut pandang netral Wikipedia. Kata "Batak Karo" harus ada dalam artikel untuk memberikan penjelasan atas semua alasan yang telah saya sebutkan diatas. Bilamana ada penolakan atas label tersebut, dapat diungkapkan di dalam artikel, bukan serta-merta menghapusnya.
  • Suntingan anda bias pada bagian Suku_Karo#Kontroversi.
    Saya mengamati anda telah mencoba memberikan penjelasan tentang dasar dari penolakan label Batak pada Suku Karo, namun sumbangsih anda sangat bias pada pihak kontra-Batak. Argumen yang anda tuangkan pada bagian ini secara umum mendiskreditkan "Batak" dari "Karo", seakan merupakan propaganda untuk menyakinkan Karo tidak ada keterkaitan dengan Batak, tentu hal tersebut telah berbenturan dengan kebijakan konflik kepentingan.
    Netralitas yang dimaksud dalam kebijakan Wikipedia adalah tidak berpihak pada Pro-Batak maupun Kontra-Batak. Bila anda ingin menjelaskan perihal dasar dari penolakan label Batak pada Suku Karo, maka sertakan juga apa dasar mengapa label tersebut melekat pada Suku Karo dan cukup populer hingga saat ini. Sertakan juga berbagai publikasi dan penelitian yang mendasari dan menyatakan Batak memiliki hubungan dengan Suku Karo agar muatan dalam artikel berbanding sejajar dan cenderung tidak berat sebelah (bias). Sebelum anda menyertakan argumen pro dan kontra tersebut maka lebih baik untuk tunda penerbitannya, sebab sangat sarat pro-dan-kontra.
Dalam bagian ini juga saya melihat beberapa referensi anda tidak disertakan dengan format yang benar. Saya juga telah lama mengikuti diskusi mengenai pro-dan-kontra Batak, sehingga mengetahui beberapa sumber yang anda gunakan ada yang belum sepenuhnya akurat penelitiannya bahkan masih hanya sebatas hipotesis. Silakan merujuk pada Wikipedia:Sumber tepercaya dan Wikipedia:Kelayakan artikel untuk memastikan sumber mana yang layak dan tidak layak digunakan sebagai referensi di Wikipedia.
  • Suntingan ganda
Saya juga memperhatikan anda kerap menambahkan konten pada artikel ini yang berasal dari artikel lain sehingga menyebabkan konten tersebut ada dalam 2 halaman yang berbeda. Jika intensi anda adalah untuk membuat artikel Suku Karo seakan memiliki isi yang banyak, maka Wikipedia bukan tempat yang tepat untuk melakukan hal tersebut. Artikel sudah baik jika memikili konten yang ringkas, tepat, dan padat. Terlebih jika artikel tersebut merujuk pada artikel lain untuk penjelasan yang lebih detail. Seperti:
  1. Konten pada sub-kategori Suku_Karo#Aksara_&_sistem_penulisan hampir seluruhnya berasal dari artikel Surat Batak. ini adalah artikel tentang Suku Karo, untuk sub-kategori Aksara & Sistem penulisan pada halaman ini cukup diberi ringkasan dan rujukan pada artikel utama untuk konten tersebut.
  2. Begitu juga pada konten sub-kategori Suku_Karo#Marga, telah memiliki artikel utama Merga Karo sehingga tidak perlu lagi dijabarkan secara detail pada artikel ini.

Akhir kata, saya akan mengembalikan suntingan anda pada versi sebelumnya dengan berdasarkan kebijakan Wikipedia:Sudut pandang netral dengan alasan tertera diatas.
Ya, polemik label "Batak" sungguh perkara yang pelik bagi suku-suku yang ada di Sumatera Utara dewasa ini. Saya sebagai kontributor aktif di Wikipedia Bahasa Indonesia selama sekitar 1 dekade juga telah melihat banyak pro-kontra yang dituangkan pada artikel-arikel Wikipedia, tak terkecuali Artikel Suku Karo. Seperti yang telah pernah saya ungkapkan pada diskusi sebelumnya, Saya telah lama berencana membuat artikel yang berfokus pada perkara ini (dan sudah salayaknya ada), mungkin bisa berjudul: Kontroversi label Batak pada suku-suku di Sumatera Utara atau semacamnya. Namun oleh karena keterbatasan waktu dan sumber maka hal tersebut belum dapat direalisasikan, bila ada yang ingin memperdalam topik tersebut saya terbuka untuk kolaborasi.
Untuk perubahan yang fundamental pada halaman ini ada baiknya didiskusikan dulu pada halaman pembicaraan, terlebih yang mengarah pada netralitas isi artikel. Terima kasih. 27christian11 (bicara) 29 Juli 2021 03.37 (UTC)Balas

Karo? Batak? sunting

Hentikan pelabelan Batak pada suku Karo! jika tidak dihentikan maka akan terus terjadi keributan, perang suntingan, vandalisme berturut2, dsb karena banyak yang kontra akan hal ini. Sampai kapan mau begini terus? Biar saja artikel ini ditulis dengan nama identitas sukunya sendiri, yaitu Karo saja tanpa adanya embel embel Batak

Cukup di artikel suku Batak saja dicantumkan suku Karo disana, karena suku Karo secara resmi masih menjadi bagian dari suku Batak alias (belum resmi terpisah). Jika sudah resmi nanti barulah dirubah, sensus 2020 kan belum dirilis dan belum pasti Krn pandemi. Itulah sebenarnya sudut pandang netral yang benar. Artikel ini pun awalnya tidak ditulis Batak Karo melainkan hanya Karo saja, mohon kerjasamanya agar tak ada lagi keributan, orang yg lain pun tidak keberatan akan hal ini. Sekian terimakasih, salam Hegi sqd (bicara) 29 Juli 2021 06.45 (UTC)Balas

Sila merujuk pada penjelasan saya diatas untuk penjelasan mengapa pelabelan Batak disematkan pada artikel Suku Karo.
Perang suntingan dan vandlisme akan berakhir bila anda (dan yang lain) menghormati perbedaan pendapat, terlebih yang bertentangan dengan apa yang diyakininya.
Label Batak pada artikel Suku Karo telah silih berganti ada dan tiada disebabkan oleh pro-kontra dimana kedua belah pihak memiliki argumen yang kuat. Maka dari itu, label Batak dalam artikel ini diminimalisir penggunaannya (hanya ada satu kali digunakan kata "Batak Karo" yaitu pada awal kalimat) guna mencegah vandalisme. Dengan kata lain, dapat diterima Pro-Batak dan kontra-Batak.
27christian11 (bicara) 29 Juli 2021 10.32 (UTC)Balas

@Hegi sqd: Sensus Penduduk Indonesia 2010, Batak merujuk pada suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola, Mandailing, Pakpak dan Tapanuli. Keberadaan Gereja Batak Karo Protestan adalah salah bukti kuat bahwa ada dan banyak orang Karo yang mengindentitaskan diri mereka sebagai bagian dari Batak. Bahkan tidak sedikit publik figur dari suku Karo mengatakan bahwa mereka adalah Batak Karo. Sah-sah saja jika Karo dimasukkan ke dalam suku Batak, karena contoh dan buktinya ada, dan banyak.

Sementara yang menolak disebut Batak, kebanyakan hanya sanggahan dan argumen, tanpa disertai catatan dan referensi yang akurat. Jika hasil Sensus resmi 2010 menyebutkan bahwa Karo bagian dari Batak, maka semua artikel Karo seharusnya masuk dalam konteks Batak, karena referensinya demikian. Itu baru sebuah artikel yang netral. Jika saudara hanya merujuk pada wawancara pribadi, itu bukan sumber yang sah dan terpercaya. Mohon tidak terlalu ''ngotot'' untuk menjadi representasi orang Karo. Herryz (bicara) 21 September 2021 11.52 (UTC)Balas

Karo adalah suku sendiri sunting

Karo bukan BATAK! Karo adalah suku sendiri yang mandiri, mempunyai jati diri dan identitas sendiri! Karo secara entitas berbeda dengan Batak!

Jadi tolong bijaklah dalam menyunting, jangan seenaknya menyematkan kata Batak pada etnis Karo! Sensus 2020 saja suku Karo sudah tidak dikategorikan sbg Batak karena banyak sekali yang kontra termasuk dari hampir semua masyarakat Karo itu sendiri! Mohon biarkan kami mengenalkan budaya dan adat istiadat kami tanpa embel2 Batak dan mohon jangan paksa kami untuk menjadi orang Batak!

Sekarang Karo sudah resmi bukan menjadi bagian dari Batak! Anda lihat saja BPS sensus... Suku Karo memang merupakan bagian dari rumpun Batak bagian Utara secara bahasa, tetapi hanya rumpun/serumpun dikarenakan mempunyai beberapa kemiripan dan kesamaan! Secara budaya, adat juga Karo itu serumpun dengan Batak, mempunyai hubungan kedekatan sejarah yang erat, mempunyai kemiripan serta beberapa kesamaan secara kultural dan mempunyai kaitan satu sama lain tapi tak menjadikan Karo adalah Batak! Saya setuju bila mana dikatakan Karo adalah suku kerabat Batak/suku yang serumpun dengan Batak! Tapi kami punya identitas sendiri...suku Gayo, alas, Kluet, dan Singkil saja di Aceh bisa dikatakan suku2 yg berkerabat dengan Batak/suku yg mempunyai keterkaitan dengan Batak tetapi mereka tetap suku sendiri kan? Konsep etnis/suku dan rumpun itu berbeda maknanya. Serumpun bukan berarti sama! Serumpun iya, tapi tak sama! Ibarat Indonesia dan Malaysia. Suku yang serumpun juga banyak contoh saja seperti Minangkabau dan Melayu, Jawa dengan Bali, Madura dengan Bawean, Bugis dengan Makassar atau Bugis dengan mandar, itu semua suku2 yg serumpun tetapi tetap berbeda dan mempunyai identitas tersendiri! Yang satu bukan merupakan bagian dari yang satunya begitupun sebaliknya!

Mohon hargai pendapat orang yg sebagian besar kontra akan hal ini. Ini demi jati diri orang Karo agar jelas dan tidak kabur identitasnya!

Suku Karo bukan bagian dari Batak atau subsuku Batak! Tetapi kalau rumpun Batak baru benar! Ibarat rumpun Melayu, sukunya kebanyakan dari Sumatra kek rejang, Lampung, Aceh, Minang, dll lalu ada Betawi di Jakarta tapi apakah mereka bagian dari Melayu? Atau merupakan subsuku Melayu? Jelas tidak! Mereka sampai kapanpun tidak akan mau dipanggil Melayu dan dikatakan Melayu! Kalau rumpun mereka masih menerima dengan hormat! Tentu mereka akan meradang jika dikatakan Melayu! Mereka punya jati diri sendiri janganlah mengaburkan identitas suku orang

Sekian dari saya, salam. Mjddd (bicara) 14 November 2021 11.45 (UTC)Balas

Wajar admin nya orang Batak toba, nanti batak toba gak eksis 🤣 2405:8180:C01:6F98:8193:6143:8365:2E82 12 Januari 2024 07.59 (UTC)Balas

Permintaan penyuntingan halaman dilindungi sebagian pada 9 Juni 2023 sunting

"ubah batak karo menjadi karo"Gunawanbudi432 (bicara) 9 Juni 2023 09.21 (UTC)Balas

Permintaan ini tidak dikabulkan. Silakan didiskusikan dulu dan mencapai konsensus. ꦱꦭꦩ꧀Bennylin mufakat 22 Juni 2023 22.02 (WIB)

Ubah batak karo menjadi karo sunting

Sejatinya karo bukanlah batak karena dalam catatan sejarah yg di akui badan arkeologi(balar) bahwa karo merupakan bagian dari wilayah sumatera timur (suku simalungun karo melayu) sdgkan batak adalah julukan orang orang tapanuli,jika tidak percaya ayo kita adu data Rafli peranginangin (bicara) 9 Juni 2023 16.36 (UTC)Balas

Karo Bukan Batak. Bagi jering-jering yang suka mengubahnya sadar dirilah kau, sukumu ajalah dulu urusi! sunting

Karo Bukan Batak bung! Ronaldo Sembiring Kembaren (bicara) 10 Juni 2023 00.28 (UTC)Balas

Saya akan tanggapi singkat sebagai pengantar karena diundang oleh @Badak Jawa.
Karo bukan Batak, atas alasan apa, pal?
  1. Tulisan? Surat Sampuluh Siyah / Surat Sampuluh Siah itu berasal dari selatan Barus, jelas wilayah Tanah Batak, dibawa sampai ke utara (hanya ke atmosfir Batak, tepat sebelum Aceh tidak dipakai) dan termodifikasi seperlunya. Buktinya ini sangat banyak dng adanya ina/indung dan anakni surat yg semakin sedikit/hemat bentuknya. Surat itu lebih dahulu menjadi Surat Sampuluh Sia, dripada Surat Haru, dan dikenal di semua wilayah Batak. Bahkan, pembacaan Aro / Haro itu adalah pembacaan atas "Haru" jika variasi bentuk utara itu dibaca wajar sebagai inani surat dan anakni surat ala Batak selatan, atau sebaliknya. Jadi di sini, secara surat Anda harus bertanggungjawab pertama-tama, mengapa wilayah Anda disebut Karo dan bukan Haru?
  2. Wilayah administrasi? Langkat, Medan, Deli Serdang, adalah wilayah Sumatera Timur setelah Keresidenan Sumatera Timur ada. Sekarang, Sumatera Timur tidak ada, apakah lantas orang Batak Karo yang sempat dilabeli sebagai org Sumatera Timur menjadi tidak ada juga? Aceh Tenggara juga sekarang menjadi wilayah provinsi Aceh. Ini semua problematika administrasi daerah, ingat bahwa Sumatera Utara pernah terdiri dari Keresidenan Tapanuli, Keresidenan Sumatera Timur, dan Aceh sebelum dilebur dan dipisah spt sekarang. Banyak konteks etnografis yang tidak bisa dipotong-potong hanya berdasar nama administratif. Ibaratnya, Kabupaten Deli Serdang dan ambil misal satu bagiannya Sibolangit. Apakah Sibolangit adalah wilayah Melayu Deli, hanya karena masuk dlm administrasi Kabupaten Deli Serdang? Jelas tidak mungkin kita lebih memilih memisahkan Sibolangit di Deli Serdang dng Sibolangit di Kabupaten Karo hanya karena nama Kabupaten. Padahal nama yang sama itu menunjukkan warisan kebudayaan yang sama yang mengawali kedua wilayah yg sekarang berbeda Kabupaten itu.
  3. Bahasa? Penamaan bahasa itu selalu berdasarkan rumpun. Penamaan bahasa Batak Karo itu adalah ilmiah karena memang bahasa itu adalah rumpun bahasa Batak. Akan sangat naif jika Anda mengatakan arti "pasu" dlm bhs Batak Karo dng "pasu" dlm bhs Batak Toba berbeda, "pusuh" dng "pusu" berbeda, "beru" dengan "boru" berbeda, "ingan" dengan "inganan" berbeda, "permin" dng "parumaen" berbeda, "tendi" dan "tondi" berbeda, "penalun" dan "panaluan" berbeda, dan masih banyak lagi. Perhatikan bahwa setiap kata tersebut memiliki bentuk arkaik yang nyata dengan bbrp perbedaan pada penghilangan/penambahan bunyi sesuai konteks masyarakat. Ada bbrp kata purba yg baik bentuk dasarnya maupun makna katanya tidak berubah di kedua kebudayaan Batak Utara dan Batak Selatan (antara wilayah Karo, Toba, Simalungun), contoh "sinalsal", "sindar mataniari".
  4. Daftar ini akan semakin panjang, terutama jika berkaitan dengan marga. Merga Silima itu adalah pengelompokan marga, bukan tentang satu marga yang menurunkan marga lain. Ini sdh jelas. Menafikan ini sama dengan menafikan bahwa marga-marga tersebut, Gersang dengan Girsang misalnya, bersaudara hanya karena berbeda tempat tinggal dan variasi bahasa. Tentu saja, ada beberapa marga Batak Karo yang terbentuk karena asimilasi melalui pernikahan dng orang-orang India atau cara lain. Jika hanya karena orang India, maka marga-marga Batak Karo lainnya bukan lagi bagian dari Batak, maka Anda pun sedang membangun konsep bahwa Karo bukanlah suku tersendiri, bisa-bisa ada ratusan suku. Masak Anda bisa yakin dan mengamini orang India satu suku dng orang Austronesia, sementara tdk bisa menerima orang Austronesia Paleo Melayu ini (misal, Garamata dengan Simarmata, atau Gersang dengan Girsang) adalah satu "suku"? Ini pula sekaligus membatalkan penggunaan kata "suku" di semua kebudayaan di Indonesia.
  5. Intinya, penggunaan "Batak" bertujuan untuk menunjukkan bahwa sekelompok masyarakat di wilayah yg kemudian bernama Tanah Karo itu adalah salah satu bentuk kebudayaan Batak, tak menjadi soal apakah sebagian masyarakatnya berasimilasi dng kelompok masyarakat lain, karena yang berusaha dijelaskan adalah ciri kebudayaan itu.
  6. Terakhir, bukan kewajiban kami sebenarnya untuk menentukan mana Batak mana yang tidak. Sebab, di antara publikasi ilmiah (di Universitas Sumatera Utara sekalipun) maupun dalam cagar kebudayaan di wilayah Karo, banyak yang menjelaskan tentang masyarakat Batak Karo. Sehingga, keberatan Anda itu harusnya diperdengarkan pertama-tama kepada lembaga-lembaga keilmuan di Sumatera Utara.
  7. Saya sendiri akan abstain akan masalah ini sampai Anda berani membuktikan yang sebaliknya dengan utuh.
Kris Simbolon (bicara) 10 Juni 2023 02.12 (UTC)Balas
@Frendy Aldo Tobing bagaimana tanggapan anda mengenai Batak Karo? Apakah termasuk Batak atau bukan? Badak Jawa (bicara) 10 Juni 2023 02.23 (UTC)Balas
@Ronaldo Sembiring Kembaren, seharusnya termasuk Batak, dan sudah di kelompokkan seperti itu, karena kata "Batak" itu bukan cuma untuk etnis Batak Toba (cuma karena Batak Toba lebih populer dan lazim ditulis sebagai Batak, maka banyak yang berpandangan seperti itu dan mengikutinya). Padahal, orang Batak dahulu banyak menyebar ke wilayah utara Sumatera Utara (termasuk Taneh Karo; keturunan Si Raja Batak dan sebelum Si Raja Batak), cuma karena terlalu menyebar ke daerah lain, etnisnya jadi campur aduk, dan gara-gara perbedaan logat, bahasa, gaya yang gak pala beda, itu dijadikan alasan Karo bukan Batak.
Jangan menghilang-hilangkan data (fakta) demi sebuah ego dan membuat pandangan masyarakat berubah (malah ini lah yang lebih parah), dan kata "sukumu ajalah dulu urusi!", ini lagi kuurus. Frendy Aldo Tobing (bicara) 10 Juni 2023 16.49 (UTC)Balas

Karo Bukan Batak sunting

Karo bukan Batak. Karo adalah Karo. 125.165.109.245 3 Agustus 2023 08.46 (UTC)Balas

Admin batak toba tuh 🤣🤣🤣🤣 2405:8180:C01:6F98:8193:6143:8365:2E82 12 Januari 2024 07.53 (UTC)Balas

Marga sunting

Hai @27christian11 di artikel ini kenapa tidak anda hapus konten mengenai marga, kan sudah ada artikelnya sendiri Jhon Marudut Samosir Gultom (bicara) 25 September 2023 14.29 (UTC)Balas

Karo bukan Batak mohon diganti artikelnya admin , sunting

H Farel288 (bicara) 8 Oktober 2023 16.38 (UTC)Balas

Permintaan penyuntingan halaman dilindungi sebagian pada 9 Oktober 2023 sunting

suku karo


suku karo atau kalak karo adalah suku yaang mandiri, bukan bagian dari batakSembiring brahmana (bicara) 9 Oktober 2023 03.05 (UTC)Balas

External links found that need fixing (Oktober 2023) sunting

Hello fellow editors,

I have found one or more external links on Suku Karo that are in need of attention. Please take a moment to review the links I found and correct them on the article if necessary. I found the following problems:

When you have finished making the appropriate changes, please visit this simple FaQ for additional information to fix any issues with the URLs mentioned above.

This notice will only be made once for these URLs.

Cheers.—InternetArchiveBot (Melaporkan kesalahan) 17 Oktober 2023 18.49 (UTC)Balas

Permintaan penyuntingan halaman dilindungi sebagian pada 12 Januari 2024 sunting

2405:8180:C01:6F98:8193:6143:8365:2E82 12 Januari 2024 07.51 (UTC)Balas

Suku Karo Bukan suku cadang batak sunting

Oke 2405:8180:C01:6F98:8193:6143:8365:2E82 12 Januari 2024 07.55 (UTC)Balas

Permintaan penyuntingan halaman dilindungi sebagian pada 16 Maret 2024 sunting

140.213.34.23 16 Maret 2024 11.43 (UTC)Balas

Kembali ke halaman "Suku Karo".