Pelanduk kancil

jenis hewan menyusui

Pelanduk kancil[3] (Tragulus kanchil), juga dikenal sebagai kancil atau pelanduk, adalah sejenis ungulata berteracak genap bertubuh kecil anggota suku Tragulidae. Hewan yang menyebar di Asia Tenggara hingga ke Sumatra dan Kalimantan, ini merupakan salah satu jenis pelanduk terkecil di dunia. Di beberapa daerah Sumatra hewan ini dikenal sebagai pelanduk (atau kadang-kadang kancil), dan di Kalimantan disebut pelanduk kancil, pelanduk renggas, pelanduk kecil, dan lain-lain. Sementara dalam bahasa Inggris disebut sebagai Lesser mouse-deer atau Lesser Malay chevrotain.

Pelanduk kancil
Tragulus kanchil

Pelanduk kancil di Kebun Binatang Hellabrunn, Jerman.
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN136297
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasMammalia
OrdoArtiodactyla
FamiliTragulidae
GenusTragulus
SpesiesTragulus kanchil
(Raffles, 1821)
Tata nama
Sinonim takson
  • Moschus kanchil Raffles, 1821[1]
  • Tragulus kanchil Kloss, 1916
ProtonimMoschus kanchil

Pelanduk ini dikenal dengan nama yun (Burma), kancil, dan pelandok (Melayu).[4]

Pengenalan sunting

Pelanduk bertubuh kecil, tinggi bahu sekitar 200 mm; panjang kepala dan tubuh 400–480 mm; ekor 65–80 mm; dan beratnya 0,7-2 kg.[5] Data dari Kalimantan sedikit berbeda; dengan panjang kepala dan tubuh 425–485 mm, ekor 60–93 mm, dan berat 2,0-2,5 kg.[3]

Tubuh bagian atas berwarna tengguli polos, dengan tengkuk lebih gelap dari bagian tubuh lainnya. Sisi bawah tubuh berwarna putih berulas kecokelatan pucat dengan dada yang bebercak cokelat tua khas.[3] Perbedaannya dengan pelanduk napu (T. napu) yang memiliki lima garis putih, sedangkan pelanduk ini memiliki tiga garis putih di sekitar dada dan tenggorokan.[6]

Kebiasaan sunting

Pelanduk aktif baik pada malam maupun siang hari. Hewan ini memakan aneka buah-buahan yang jatuh di tanah, pucuk dedaunan, dan juga jamur.[3] Pelanduk kancil bersifat soliter, biasanya terlihat berjalan sendirian; atau berpasangan bila musim kawin tiba. Bersarang di celah batu-batuan atau di lubang kayu, namun jika tempat semacam itu tak ada, ia bersembunyi di bawah vegetasi yang lebat dan teduh. Setelah hamil selama 140-177 hari, pelanduk biasanya melahirkan satu anak, jarang-jarang dua.[4][5]

Pelanduk hidup di hutan-hutan tinggi dan hutan sekunder, kadang-kadang juga memasuki kebun.[3] Binatang ini diketahui menghuni tepi hutan lebat di dataran rendah, sampai pada ketinggian 600 m. Ia juga mendiami belukar lebat. Ia juga bisa didapati di hutan mangrove sepanjang pesisir Tenasserim hingga Semenanjung Malaya.[4] Tersebar di hutan-hutan Asia Tenggara, di Indonesia hewan ini didapati di Sumatra, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.[7] Bahkan, W.T. Blanford mengabarkan pula ia dapat ditemui di Tenasserim dan Kamboja.[4]

Persebaran dan subspesies sunting

Pelanduk kancil menyebar luas di Asia Tenggara, mulai dari Tiongkok selatan (Yunnan bagian selatan), Indocina, Burma, Thailand, Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatra, dan Kalimantan. Beberapa subspesies Tragulus kanchil, di antaranya:[8]

 
Pelanduk di Kebun Binatang Singapura.

Referensi sunting

  1. ^ Raffles, T.S. 1821. Descriptive Catalogue of a Zoological Collection, made on ..., in the Island of Sumatra and it's vicinity, ... Transactions of the Linnean Society of London, 13: 262.
  2. ^ Timmins, R.J., Duckworth, J.W. & Semiadi, G. (2008). "Tragulus kanchil". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 6 November 2009.  Database entry includes a brief justification of why this species is of least concern.
  3. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 335
  4. ^ a b c d Blanford, W.T. (1888). Fauna of British India, Including Ceylon and Burma:Mammalia hal.556 – 557. London: Taylor and Francis. OCLC 1113420
  5. ^ a b Lekagul, B. & J. McNeely. 1988. Mammals of Thailand: 669-71. Association for the Conservation of Wildlife, Bangkok.
  6. ^ Chua, M., N. Sivasothi & R. Teo. 2009. Rediscovery of Greater Mouse Deer, Tragulus napu (Mammalia: Artiodactyla: Tragulidae) in Pulau Ubin, Singapore. Nature in Singapore, 2009 2: 373–378 Diarsipkan 2014-04-26 di Wayback Machine..
  7. ^ Sastrapradja, S., S. Adisoemarto, W. Anggraitoningsih, B. Mussadarini, Y. Rahayuningsih, & A. Suyanto. 1980. Sumber Protein Hewani. 2: 48 – 49. Jakarta: Balai Pustaka.
  8. ^ Meijaard, E., and C.P. Groves. 2004. A taxonomic revision of the Tragulus mouse-deer. Zoological Journal of the Linnean Society 140: 63-102.

Pranala luar sunting