Otak monyet adalah makanan kontroversial yang sering dikaitkan dengan masakan Tionghoa, namun juga dapat ditemukan di negara lain. Praktik memakan otak monyet ini mengakibatkan perburuan berlebihan di Indonesia, terutama karena kepercayaan bahwa memakan otak monyet dapat menyembuhkan impotensi.[1]

Otak monyet dipamerkan di Tao Heung Museum of Food Culture

Dalam budaya Barat, konsumsi otak monyet sering ditonjolkan dalam film-film dan dijadikan bahan perdebatan, biasanya dalam konteks memperlihatkan budaya eksotis sebagai sesuatu yang kejam dan aneh.[2] Praktik ini sering ditampilkan seperti ini:

  • otak yang sudah masak dimakan.
  • otak mentah dimakan (biasanya langsung dari tengkorak monyet mati).
  • otak yang masih segar dimakan (dikorek dari tengkorak saat monyetnya masih hidup).

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Monkey brains on the menu (Indonesia)". United Nations Development Programme Viet Nam Country Office. 2003-03-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-03-13. Diakses tanggal 2007-07-03. 
  2. ^ "Taboo Table Offerings - The Intricacies of Intercultural Menu Planning". 

Bacaan lanjutan sunting

  • Gayley, Holly (20 November 2011). "Eating Monkey Brains: Exoticizing the Han Chinese Banquet in a Tibetan Buddhist Argument for Vegetarianism". The Culinary in Buddhism: Miracles, Medicine and Monstrosity. Paper presented at the American Academy of Religion Conference held in San Francisco, CA., 19–22 November 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 April 2018. 
  • Kabzung, Gaerrang (November 2015). "Development as Entangled Knot: The Case of the Slaughter Renunciation Movement in Tibet, China". The Journal of Asian Studies. 74 (4): 927–951. doi:10.1017/S0021911815001175. ISSN 0021-9118.