Orang-orangan sawah

Orang-orangan sawah adalah replika manusia yang ditempatkan di atas tanah yang tengah dibudidayakan (sawah, kebun, ladang, dll) yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti burung atau binatang lainnya (hama sawah) agar tidak mematuk atau merusak biji, tunas, serta buah-buahan yang tengah tumbuh di areal itu.[1] Selain berwujud manusia (sesosok petani), varian lain dari orang-orangan sawah adalah patung hewan predator hama sawah seperti burung hantu atau tikus. Orang-orangan sawah merupakan produk universal petani-petani di seluruh dunia karena hampir seluruh peradaban di dunia yang bercocok tanam menggunakan orang-orangan sawah meskipun dengan spesifikasi yang berbeda-beda sesuai dengan lokal wilayah masing-masing.

Orang-orangan Sawah
orang-orangan sawah di Bogor, Indonesia

Fungsi Orang-orangan Sawah sunting

Secara umum, fungsi utama dari orang-orangan sawah adalah sebagai medium bagi petani untuk menjaga tanaman budidayanya dari serangan hama pertanian khususnya burung-burung seperti pipit, gagak, dan sebagainya. Dapat dikatakan juga bahwa orang-orangan sawah merupakan media komunikasi nonverbal antara petani dengan hama pertanian untuk membahasakan atau mengatakan pada hama-hama tersebut agar mereka menjauhi tanaman miliknya. Dengan adanya orang-orangan sawah ini, petani tidak harus berjaga-jaga 24 jam di areal pertanian miliknya meskipun efektivitas orang-orangan sawah hanya untuk mengusir hama yang terbang dan kurang baik untuk menjaga sawah dari serangan tikus atau babi hutan.

Perspektif Sosiologis sunting

Teori sosiologi yang relevan untuk mengkaji orang-orangan sawah adalah “interaksionisme simbolik” [2] buah pikiran George H. Mead. Teori ini menyatakan bahwa manusia kerapkali menggunakan simbol-simbol di dalam interaksi sosialnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang-orangan sawah merupakan suatu simbol yang digunakan petani untuk berinteraksi dengan burung serta hama pertanian lainnya. Simbol ini (orang-orangan sawah) mengandung makna atau pesan yang ingin disampaikan petani yaitu agar mereka menjauhi tanaman budidayanya miliknya.

Perspektif Studi Komunikasi sunting

Di dalam studi ilmu komunikasi, orang-orangan sawah dapat dikaji dengan konsep “komunikasi nonverbal”.[3] Konsep ini merujuk pada proses komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan channel (saluran) lisan dan tulisan. Meminjam kategorisasi bentuk-bentuk komunikasi nonverbal Jurgen Ruesch, maka orang-orangan sawah dapat dikategorikan sebagai ”bahasa objek”; objek-objek yang digunakan untuk membahasakan sesuatu atau menyampaikan pesan secara simbolis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang-orangan sawah merupakan “bahasa objek” yang dijadikan saluran/medium bagi petani untuk menyampaikan pesan kepada satwa-satwa pemangsa tanamannya. Meski dalam hal ini orang-orangan sawah pada hakikatnya tidak menunjukkan makna “pengusiran”, akan tetapi satwa-satwa memaknainya sebagai pengusiran karena menganggapnya sebagai sosok petani yang mereka takuti.

Orang-orangan Sawah di seluruh Dunia sunting

Orang-orangan sawah terdapat hampir di seluruh peradaban agraris di dunia. Akan tetapi bentuk dan spesifikasinya berbeda-beda sesuai dengan kultur kebudayaan masing-masing. Nama-nama sebutan bagi orang-orangan sawah diseluruh dunia antara lain; memedi manuk (Jawa), beubeugig (Sunda), kakashi (Jepang), nuffara (Malta), epouvantail (Prancis), spaventapasseri (Italia), espantalho (Portugal), espantapájaros (Spanyol), scarecrow (Inggris), dll.

 
AP:"Kakashi"-nya Jepang yang diserupakan serdadu militer

Festival Orang-orangan Sawah sunting

Di berbagai belahan dunia ini, terdapat bermacam-macam festival orang-orangan sawah yang diadakan sebagai sebuah even tahunan yang ramai. Di desa Kebon Agung, DIY, terdapat sebuah festival yang disebut “Festival Memedi Manuk” [4] yang diikuti oleh berbagai kalangan selain petani baik itu pelajar/mahasiswa maupun masyarakat umum. Berbagai macam memedi-memedi manuk di dalam festival ini tidak hanya berupa sosok petani, akan tetapi ada juga yang tikus berdasi dengan toga sarjana atau naga merah pengusir burung. Di Amerika Serikat, juga terdapat “Scarecrow Festival” [5] yang diadakan setiap tahun di St. Charles, Illinois. Masyarakat desa Kettlewell (Yorkshire Dales, Inggris) menyelenggarakan even tahunan“Kettlewell's Scarecrow Festival” [6] sejak 1994. “Kurrajong Scarecrow Festival” [7] diadakan juga setiap tahun di desa Kurrajong, New South Wales, Australia sejak tahun 1997. Di Jepang, festival orang-orangan swah ini disebut “Kakashi Matsuri” [8] yang diselenggarakan setiap tahun di Kaminoyama, Yamagata.

Referensi sunting

  1. ^ [1], Scarecrow in Britannica Encyclopedia Online.
  2. ^ Sunarto, Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Depok: Lembaga Penerbit FEUI.
  3. ^ Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya..
  4. ^ [2] Diarsipkan 2011-05-03 di Wayback Machine., Kebon Agung Villa Resort.
  5. ^ [3], St. Charles Scarecrow Festival.
  6. ^ [4] Diarsipkan 2010-09-09 di Wayback Machine.,Kettlewell's Scarecrow Festival.
  7. ^ [5], Kurrajong Scarecrow Festival.
  8. ^ [6][pranala nonaktif permanen], Kakashi Matsuri.