Musik Jepang merupakan gaya musik khas Jepang dari beragam artis, baik tradisional maupun modern. Kata musik dalam bahasa Jepang berarti ongaku (音楽), menggabungkan on (, sound, suara) dengan gaku (, music, musik).[1] Jepang merupakan pasar musik terbesar kedua di dunia, dengan nilai total area penjualan mencapai 4,422.0 juta dollar[2] dan sebagian besar pasar didominasi oleh artis Jepang.[butuh rujukan]

Musik lokal sering muncul di berbagai tempat karaoke, dari label rekaman. Musik tradisional Jepang sangat berbeda dari Musik Barat.[3][4]

Musik tradisional dan daerah sunting

Ada dua jenis musik yang diakui sebagai jenis musik tradisional Jepang tertua, yaitu shōmyō (声明 maupun 聲明), atau nyanyian Buddha, dan gagaku (雅楽) musik istana, di mana keduanya berada pada zaman Nara dan Heian.[butuh rujukan] Gagaku adalah jenis musik klasik yang telah ada pada istana Kekaisaran sejak zaman Heian[butuh rujukan]. Kagura-uta (神楽歌), Azuma-asobi(東遊) dan Yamato-uta (大和歌) merupakan repertoar adat. Tōgaku (唐楽) dan komagaku diperkenalkan dari Dinasti Tang, Tiongkok melalui Semenanjung Korea[butuh rujukan]. Gagaku dibagi menjadi kangen (管弦) (musik instrumen) dan bugaku (舞楽) (tarian disertai dengan gagaku).

Berasal pada awal abad ke-13 honkyoku (本曲), merupakan singel (solo) shakuhachi (尺八) imam Zen[butuh rujukan]. Imam ini, disebut komusō ("biksu"), yang memainkan honkyoku untuk sedekah dan pencerahan. Sekte Fuke tidak ada lagi pada abad ke-19, tetapi garis keturunan verbal dan tertulis dari beberapa honkyoku tetap berlanjut, meskipun musik ini saat ini sering dimainkan pada sebuah konser.[butuh rujukan] Samurai sering mendengarkan dan memainkan dalam kegiatan musik, dalam praktik memperkaya hidup dan pemahaman[butuh rujukan].

Musik tradisional sunting

Biwa hōshi, Heike biwa, mōsō, dan goze sunting

Biwa (Hanzi: 琵琶 - pipa), lute, dimainkan oleh sekelompok pemain keliling (biwa hōshi) (琵琶法師) yang digunakan untuk mengiringi sebuah cerita.[butuh rujukan] Yang paling terkenal dari cerita ini adalah sejarah The Tale of the Heike, abad ke-12 dari kemenangan klan Minamoto atas Taira[butuh rujukan]. Serikat ini akhirnya menguasai sebagian besar budaya musik Jepang.[butuh rujukan]

Selain itu, banyak kelompok musisi buta yang terbentuk khususnya di daerah Kyushu[butuh rujukan]. Musisi tersebut, yang dikenal sebagai mōsō (盲僧 biksu buta) berkeliling di daerah mereka dan melakukan berbagai ritual agama untuk menyucikan rumah agar dapat membawa kesehatan dan keberuntungan. Biwa yang mereka mainkan jauh lebih kecil dari Heike biwa (平家琵琶) yang dimainkan oleh biwa hōshi.[butuh rujukan]

Terkait Lafcadio Hearn dalam bukunya yang berjudul Kwaidan: Stories and Studies of Strange Things "Mimi-nashi Hoichi" (Hoichi the Earless), cerita hantu Jepang tentang seorang biwa hōshi buta yang memainkan "The Tale of the Heike"

Seorang wanita buta, yang dikenal sebagai goze (瞽女), juga berkeliling di negeri tersebut sejak zaman abad pertengahan. Dia menyanyikan lagu dan bermain musik dengan pukulan drum yang dibawanya.[butuh rujukan] Sejak abad ketujuh belas mereka sering memainkan koto atau shamisen. Organisasi Goze bermunculan di seluruh negeri, dan ada hingga saat ini di prefektur Niigata.[butuh rujukan]

Taiko sunting

 
Penampilan Taiko

Taiko merupakan drum Jepang dalam berbagai ukuran dan digunakan untuk memainkan berbagai genre musik.[butuh rujukan] Taiko ini telah menjadi sangat populer dalam beberapa tahun terakhir sebagai instrumen utama perkusi yang didasarkan pada berbagai daerah dan musik festival masa lalu. Musik taiko tersebut dimainkan dengan gendang besar yang disebut kumi-daiko. Asal usulnya tidak pasti, tetapi dapat diperkirakan sejak abad ke-7. Negara Tiongkok telah mengikuti budaya ini, tetapi instrumen dan musiknya tetap khas Jepang.[5] Drum Taiko pada zaman ini digunakan saat pertempuran untuk menakuti musuh dan untuk mengkomunikasikan perintah. Taiko selalu digunakan dalam musik religius Buddha dan Shinto. Taiko ini hanya dimainkan pada saat acara-acara khusus dalam kelompok kecil. Tidak hanya laki-laki, kaum wanita juga memainkan taiko dalam festival semi-agama seperti tarian bon.

Taiko modern konon ditemukan oleh Daihachi Oguchi pada tahun 1951[butuh rujukan]. Pemain genderang jazz, Oguchi menggabungkan latar musik ini ke dalam ansembel. Gaya energik ini membuat kelompoknya populer di seluruh Jepang, dan membuat Wilayah Hokuriku sebagai pusat musik taiko. Popularitas beberapa musisi muncul dari musik ini termasuk Sukeroku Daiko dan rekan band nya Seido Kobayashi. Pada tahun 1969 ada sebuah kelompok yang disebut Za Ondekoza yang didirikan oleh Tagayasu Den; Za Ondekoza dikumpulkan bersama-sama pemain muda yang berinovasi membangun kembali versi baru dari taiko, yang dipakai sebagai cara hidup dalam gaya hidup komunal. Selama tahun 1970-an, pemerintah Jepang mengalokasikan dana untuk melestarikan budaya Jepang, dan banyak kelompok komunitas taiko dibentuk. Pada abad ini, kelompok taiko sudah tersebar di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat.Permainan video Taiko Drum Master juga didasarkan pada budaya ini. Salah satu contoh Band Taiko modern adalah Gocoo.

Min'yō sunting

 
Pemain shamisen, foto tahun 1904

Lagu daerah Jepang (min'yō) dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan dalam banyak jenis, tetapi sering kali dikelompokkan dari empat kategori utama seperti: nyanyian kerja, lagu religius (seperti sato kagura, sejenis musik Shinto), lagu yang digunakan untuk acara pernikahan, pemakaman, dan festival (matsuri, terutama Obon), dan lagu anak-anak (warabe uta).

Pada musik min'yō, penyanyi biasanya disertai dengan alat musik petik shamisen bersama taiko dan seruling bambu yang disebut shakuhachi. Instrumen lainnya adalah seruling melintang yang dikenal sebagai shinobue, sebuah bel yang dikenal sebagai kane, drum tangan yang disebut tsuzumi atau kecapi 13 senar yang dikenal sebagai koto. Di Okinawa, instrumen utamanya adalah sanshin. Ini adalah instrumen tradisional Jepang, tapi dengan instrumentasi yang modern, seperti gitar listrik dan penyintesis.[6]

Banyak sekali peristilahan ketika membicarakan musik min'yō seperti ondo, bushi, bon uta, dan komori uta. Ondo pada umumnya menjelaskan beberapa lagu daerah dengan ayunan khasnya. Lagu khas daerah ini pada umumnya dapat didengarkan pada festival tarian Obon. Fushi adalah lagu dengan melodi yang khas. Komori uta adalah lagu pengantar tidur anak. Nama-nama pada lagu min'yo biasanya meliputi peristilahan deskriptif dibagian akhir. Contoh: Tokyo Ondo, Kushimoto Bushi, Hokkai Bon Uta, dan Itsuki no Komoriuta.

Banyak di antara lagu-lagu ini biasanya memerlukan penekanan yang lebih pada beberapa suku kata tertentu serta teriakan bernada (kakegoe). Kakegoe pada umumnya merupakan teriakan kegembiraan dalam musik min'yō, Kakegoe sendiri sering dimasukkan sebagai bagian paduan suara. Ada banyak sekali variasi kakegoe dari satu wilayah ke wilayah lainnya. DI Okinawa sendiri sebagai contoh, teriakan itu berupa "ha iya sasa!" Di daratan Jepang sendiri teriakan itu berupa "a yoisho!," "sate!," atau "a sore!" serta "a donto koi!," dan "dokoisho!"

Baru-baru ini sistem berbasis serikat dikenal sebagai sistem iemoto telah diterapkan untuk beberapa jenis min'yō. Sistem ini awalnya dikembangkan untuk mentransmisikan genre klasik seperti nagauta, shakuhachi, atau musik koto, tapi karena terbukti menguntungkan untuk para guru dan didukung oleh siswa yang ingin memperoleh sertifikat kemahiran serta nama-nama artis terus menyebar ke genre seperti min'yō, Tsugaru-jamisen dan jenis-jenis musik tradisional lainnya ditularkan dengan cara yang lebih resmi. Saat ini, beberapa min'yō diwariskan dalam organisasi keluarga pseudo.

Referensi sunting

  1. ^ Kenkyusha's New Japanese-English Dictionary, ISBN 4-7674-2015-6
  2. ^ "RIAJ: Yearbook 2012, IFPI 2010 Report: 31. Global Sales of Recorded Music by Country in 2010 (Page 24)" (PDF). Recording Industry Association of Japan. Diakses tanggal 2012-04-26. 
  3. ^ "Classical Japanese Music: Gagaku Court Music, Shakuhachi Flutes, The Koto, Biwa And Other Traditional Instruments - Japan". Facts and Details. 2010-10-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-04. Diakses tanggal 2012-08-17. 
  4. ^ "News World news Germany Lost in translation"
  5. ^ History of Taiko [1] Diarsipkan 2008-12-20 di Wayback Machine. "鼓と太鼓のながれ" - 中国の唐からわが国に入ってきたいろんな太鼓が、時代と共にどのように変遷してきたかを各種の資料からまとめると、次のようになる。
  6. ^ Hughes, David W. (2008). Traditional folk song in modern Japan: sources, sentiment and society. Folkestone, UK: Global Oriental Ltd. ISBN 978-1-905246-65-6. 

Pranala luar sunting