Morfofonologi atau morfonologi adalah cabang linguistik yang menelaah perubahan fonem akibat pertemuan atau hubungan morfem dengan morfem lainnya. Cabang ilmu ini juga disebut morfofonemik yang dapat bermakna subjek telaahnya, yaitu perubahan fonem akibat pertemuan atau hubungan morfem dengan morfem lainnya.

Empat proses morfofonologis sunting

1. Penambahan fonem terjadi jika suatu morfem berhubungan dengan morfem lain. Dapat dikatakan bahwa suatu bunyi tambahan muncul setelah adanya proses morfologi,[1] misalnya proses afiksasi awalan me- dengan morfem dasar daftar dan menjadi kata mendaftar karena adanya penambahan fonem [n].


2. Pengurangan fonem terjadi jika morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan morfem. Sebagai contoh, kata renang dibubuhkan dengan imbuhan ber- menjadi berenang dan bukan berrenang.


3. Penggantian fonem merupakan terjadinya perubahan bunyi atau fonem karena proses penggabungan morfem dasar dengan afiks membentuk fonem baru. Contohnya adalah kata ajar ditambahkan dengan awalan ber- menjadi belajar karena fonem [r] pada imbuhan ber- diubah menjadi fonem [l].[1]


4. Perloncatan fonem terbentuk akibat mengikuti pola morfonemik bahasa asing.

5. Peluluhan fonem terjadi saat sebuah fonem digantikan dengan fonem lain karena fonem sebelumnya telah luluh setelah proses pengimbuhan prefiks me- atau pe- pada kata dasar yang diawali dengan huruf /s/.[1]

6. Pergeseran fonem terjadi bila posisi sebuah fonem berubah dari posisi awal ke posisi suku kata lainnya,[1] misalnya kata ma.kan menjadi ma.ka.nan.

Dalam bahasa Indonesia, contoh morfofonemik antara lain adalah perubahan bentuk prefiks meng-, per-, ber-, dan ter- sesuai dengan fonem kata dasar yang dilekatinya. Misalnya perubahan meng- menjadi men- jika kata dasarnya dimulai dengan fonem /d/ atau /t/: meng- dan duga menjadi menduga dan bukan mengduga.

Referensi sunting

  1. ^ a b c d Chaer, A. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.