Mh. Rustandi Kartakusuma

Mh. Rustandi Kartakusuma, (20 Juli 1921 – 11 April 2008) adalah sastrawan Indonesia.

Muhammad Rustandi Kartakusuma
Lahir(1921-07-21)21 Juli 1921
Hindia Belanda Ciamis, Jawa Kulon
Meninggal11 April 2008(2008-04-11) (umur 86)
Indonesia Ciamis, Jawa Kulon
KebangsaanIndonesia Indonesia
Karya terkenalRekaman dari Tujuh Daerah (1951)
Lagu Kian Menjauh (1959)
Merah Semua Putih Semua (1961)
Prabu dan Putri (1950)
Orang tuaNyi Mas Siti Maryam (ibu)
Mas Kadarisman Kartakusuma (ayah)

Keluarga sunting

Sastrawan Angkatan 45 ini sampai akhir hayatnya tidak beristri. Pada masa tuanya, sejak 13 November 1996, ia tinggal di Panti Jompo sebelum menumpang di rumah kakaknya M.M.R. Kartakusuma di Kebon Sayur, Jakarta.

Aktivitas sunting

Rustandi menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda di berbagai media. Ia sempat mengajar di Yale University, Amerika Serikat dan Harvard University, serta memberi kuliah di Massachusetts Institute of Technology atas undangan Stichting voor Culturele Samenwerking. Ia juga pernah tinggal setahun di Belanda dan belajar musik di Muzieklyceum, Amsterdam.

Penghargaan sunting

  • Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Megawati Soekarnoputri atas jasanya mengembangkan kesusastraan dan kebudayaan Sunda (2004)
  • Hadiah Sastera Rancagé dari Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk jasanya dalam pengembangan bahasa dan sastra Sunda (1992) dan untuk karyanya kumpulan cerpen, Amanat dina Napas Panungtungan (Amanat dalam Nafas Terakhir) (2005)

Karya lainnya sunting

  • Prabu dan Puteri, Sebuah Tragedi (drama, 1950)
  • Rekaman dari Tudjuh Daerah (kumpulan sajak, 1951)
  • Heddie dan Tuti. Tonil Satu Babak Anak Muda (1951)
  • Merah Semua Putih Semua (drama, 1958, mendapat Hadiah BMKN 1960, tetapi ditolak Rustandi)

Lain-lain sunting

Masalah kebudayaan Rustandi pernah berpolemik dengan Sutan Takdir Alisjahbana.

Referensi sunting

  • Zainal Hakim. 1995. Biografi Pengarang Mh. Rustandi Kartakusuma dan Karyanya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pranala luar sunting