Masjid Raya Andalas

masjid di Indonesia

Masjid Raya Andalas (atau Andaleh dalam bahasa Minang) adalah masjid yang terletak di Jalan Andaleh Nomor 56, Kelurahan Andaleh, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Masjid berlantai dua ini berdiri di atas tanah seluas 1.200 meter persegi dengan warna hijau yang mendominasi dilengkapi menara di tenggara dan pintu gerbang di selatan.[1]

Masjid Raya Andalas
Masjid Raya Andalas
Agama
KepemilikanWakaf
Lokasi
LokasiJalan Andaleh Nomor 56, Kelurahan Andaleh, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Peletakan batu pertama1889
Spesifikasi
Arah fasadTenggara dan barat daya[1]
Kubah1
Menara1

Sejarah sunting

Cikal bakal masjid ini berawal dari surau dengan nama Surau Gadang yang didirikan pada 1889. Pada 1950, surau tersebut ditingkatkan menjadi masjid.[2]

Pada 2003, bangunan lama masjid dibongkar dan dibangun baru menjadi dua lantai. Salah seorang donatur pembangunannya adalah seorang perantau asal Andalas, Sebastian Tanamas.[2]

Masjid ini menjadi salah satu dari 608 unit tempat ibadah di Sumatera Barat yang rusak berat akibat gempa bumi berkekuatan 7,9 SR pada 2009.[3][4] Akibatnya, aktivitas ibadah sempat terganggu selama sementara waktu karena perombakan besar-besaran pada bangunan.[5] Kegiatan Pesantren Ramadhan yang setiap tahunnya digelar terpaksa ditiadakan pada 2010 dan 2011.

Peletakan batu petama pembangunan kembali masjid dilakukan 29 April 2010.[4][6] Biayanya diperoleh dari bantuan masyarakat yang dikirimkan melalui Yayasan Satu Untuk Negeri tvOne.[7] Pembangunan dapat diselesaikan dengan biaya sebesar Rp3,25 miliar pada 2012. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring pada 9 Maret 2012.[7]

Imam dan guru mengaji sunting

Masjid ini memiliki imam dan guru mengaji dari mahasiswa-mahasiswa daerah yang sedang berkuliah di Padang. Yoga Nurdin Yakop, seorang mahasiswa asal Pesisir Selatan, tercatat menjadi imam dan guru mengaji pada 2017. Setelah itu, dia merantau ke Wamena, Papua untuk berdagang. Namun, pada Oktober 2019, dia bersama sejumlah perantau Minang lainnya tewas akibat kerusuhan Wamena.[8]

Galeri sunting

Rujukan sunting

Catatan kaki
Daftar pustaka