Orientasi pelajar

(Dialihkan dari Masa Orientasi Siswa)

Orientasi pelajar atau orientasi pelajar baru (sering disebut pekan orientasi, pekan penyambutan,[1] pekan angkatan baru, atau orientasi studi dan pengenalan kampus, umumnya disingkat sebagai Ospek) adalah serangkaian acara yang diselenggarakan untuk mengarahkan (orientasi) dan menyambut pelajar (siswa/mahasiswa) baru pada awal tahun akademik di suatu universitas atau institusi pendidikan tinggi lainnya. Namanya berbeda-beda di setiap negara

Para pemimpin tur O-Week di University of New South Wales, Sydney, Australia, 2004

Meski biasanya disebut pekan, panjangnya juga bervariasi di setiap universitas di setiap negara baik itu negri maupun swasta, mulai dari tiga hari sampai satu bulan atau bahkan lebih. Panjang pekan biasanya dipengaruhi tradisi universitas serta hambatan keuangan dan fisik. Saat pekan orientasi berlangsung, pelajar ikut serta dalam berbagai aktivitas sosial, termasuk konser musik dan seni pertunjukan lain, olahraga, uji ketangkasan, dan pasar jual beli terbuka.

Terminologi sunting

Pekan sebelum tahun ajaran dimulai dikenal dengan sebutan Frosh (atau frosh week) di kebanyakan[butuh rujukan] perguruan tinggi dan universitas di Amerika Serikat/Kanada; ada pula yang menyebut SOAR, singkatan dari Student Orientation And Registration;[2] freshers' week di sebagian besar wilayah Britania Raya dan Irlandia dan orientation week atau O-week di Australia, Afrika Selatan, Selandia Baru, dan beberapa universitas di Kanada. Di Swedia, pekan acara ini disebut nollning (dari kata nolla yang berarti "nol") yang artinya pelajar tahun nol atau inspark ("ditendang" ke kehidupan universitas). Pekan orientasi (orientation week) adalah istilah yang tergolong baru[butuh klarifikasi] di Amerika Serikat. Beberapa perguruan memakai akronim WOW, singkatan dari Week of Welcome.

Di Kanada, mahasiswa tahun pertama disebut "frosh" atau "first years". Di Amerika Serikat, mahasiswa tahun pertama biasanya[butuh rujukan] disebut freshmen. Di Australia dan Selandia Baru, mereka disebut "first years", tetapi sejumlah perguruan tinggi seperti University of Melbourne dan University of Sydney memakai istilah "freshers". Di Britania Raya dan Irlandia, ada sebutan "freshers" atau "first years". Freshies juga mulai dipakai di Selandia Baru. Di Swedia, mahasiswa tahun pertama disebut nolla (nol) selama pekan orientasi dan umumnya naik status menjadi etta (mahasiswa tahun pertama) saat upacara penyambutan yang terdiri dari makan malam mewah diiringi musik.

Pekan orientasi di seluruh dunia sunting

Australia sunting

Di Australia, beberapa universitas mewajibkan mahasiswa tiba di universitas seminggu sebelum tahun ajaran dimulai agar mendapatkan persetujuan studi. Hal ini juga memungkinkan mahasiswa berkesempatan mengenal kehidupan kampus tanpa tekanan tugas. Masa tersebut disebut Orientation week.

Di berbagai universitas Australia, seperti University of Melbourne, University of New South Wales, dan University of Sydney, malam terakhir biasanya dirayakan dalam bentuk acara besar, misalnya konser musik di kampus. Acara ini umumnya dilanjutkan dengan pesta, terutama di kalangan mahasiswa asrama seperti Janet Clarke Hall dan Ormond College.

O-Week di Adelaide University[3] berlangsung mulai hari Senin sampai Kamis menjelang dimulainya tahun ajaran. Selama O-Week, sejumlah klub olahraga dan perkumpulan mendirikan tenda untuk memamerkan aktivitas mereka. Adelaide University Union mengatur rangkaian acara yang tidak lepas dari bir, band, dan barbekyu di lapangan dekat kompleks Union. Acara besar untuk pekan ini adalah O-Ball yang berlangsung di Cloisters (Union House). O-Ball menarik ribuan orang, tidak hanya mahasiswa Adelaide University.

Australian National University mengadakan orientasi selama satu minggu penuh (dari hari Minggu sampai hari Minggu).[4] Pesta dan aktivitas sosial terbuka bagi semua mahasiswa universitas dan diselenggarakan oleh Australian National University Students Association. Asrama-asrama biasanya mengadakan aktivitas "O-week"-nya sendiri yang dikhususkan untuk penghuni asrama. Ada juga "Toga Night" di Burgmann College yang terbuka bagi semua mahasiswa dari seluruh asrama.

Britania Raya dan Irlandia sunting

Selain memberikan kesempatan untuk mengenal universitas, Freshers' Week memungkinkan mahasiswa mengenal perwakilan himpunan mahasiswa mereka dan mengetahui kota tempat universitasnya berdiri.

Konser musik juga sering diadakan. Ada juga serangkaian acara sosialisasi yang diadakan khusus supaya mahasiswa baru bisa saling berteman dan mengenal satu sama lain. Karena aktivitasnya begitu intens, banyak pertemanan baru tercipta, beberapa di antaranya tidak bertahan setelah Fresher's Week dan beberapa lainnya bertahan sampai seumur hidup.

Freshers' Fair untuk klub dan perkumpulan mahasiswa umumnya dijadikan aktivitas untuk memperkenalkan mahasiswa baru dengan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan di luar lingkup studi mereka, seperti perkumpulan, klub, tim olahraga, dan lain-lain. Berbagai perkumpulan dan klub di universitas mendirikan tenda dan berusaha mencari anggota baru dari kalangan mahasiswa baru. Banyak kampus memanfaatkan kesempatan ini untuk mempromosikan seks aman (safe sex) dan memberikan selebaran dan kondom gratis, serta menggelar kampanye Drinksafe. Tujuannya adalah mengurangi tingkat penyebaran penyakit seksual dan mengurangi jumlah orang mabuk yang sering muncul selama Freshers' Week berlangsung.

Finlandia sunting

Di beberapa universitas di Finlandia, organisasi mahasiswa di setiap departemen secara independen mengadakan aktivitas orientasi untuk mahasiswa baru. Mereka biasanya dibagi per kelompok didampingi seorang tutor senior dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas bersama kelompoknya. Mahasiswa baru disebut piltti (anak), fuksi (orang baru), fetus atau nama lain tergantung programnya. Aktivitas bagi mahasiswa baru meliputi pengarahan, keliling bar, olahraga, pengukuhan dengan berenang di air mancur atau model lain, pesta sittning, dan sauna. Mahasiswa baru dianggap perlu ikut serta dalam aktivitas rutin organisasi departemennya.

Indonesia sunting

Perpeloncoan umumnya menjadi aspek utama dalam penyambutan pelajar baru di Indonesia. Pekan orientasi di negara ini biasa disebut Ospek (singkatan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) untuk tingkat universitas dan MOS/MOPD (singkatan dari Masa Orientasi Siswa/Masa Orientasi Peserta Didik) untuk tingkat sekolah menengah. Orientasi pada umumnya melibatkan penghinaan secara verbal dan proses inisiasi (penyambutan) yang berujung pada tindakan yang memalukan. Ospek pada umumnya berlangsung selama tiga sampai lima hari dan kadang-kadang mencakup perjalanan ke daerah terpencil. Ospek diselenggarakan oleh mahasiswa senior, bukan dewan pengajar. Pekan orientasi di Indonesia berbeda ketimbang negara-negara lain karena para pelajar baru disyaratkan memakai aksesori yang tidak lazim (misalnya diminta mengenakan topi yang terbuat dari sarang burung, dasi kertas, dan membawa kantong plastik alih-alih tas punggung).

Hukuman fisik yang keras sering dijumpai pada masa pemerintahan Soeharto dan media massa terus melaporkan aktivitas yang tidak manusiawi selama pekan orientasi yang berujung pada kematian pelajar baru. Pasca era Soeharto, orientasi agak lebih toleran karena penyiksaan fisik sudah dilarang. Meski begitu, praktik ini masih dikritik oleh banyak psikolog dan masyarakat karena penghinaan verbal yang berlebihan seperti berteriak ke pelajar junior dan mengenakan aksesori yang tidak lazim masih dilakukan di tingkat SMP dan SMA. Pekan orientasi juga dikritik sebagian besar orang tua karena menghabiskan banyak biaya. Sejumlah psikolog berpendapat bahwa Ospek sering dipakai sebagai media pembalasan oleh panitia penyelenggara atas apa yang pernah mereka alami sewaktu masih berstatus pelajar baru.[5] Karena itu banyak orang menganggap praktik semacam ini tidak perlu dilakukan.[6][7] Tingkat kekerasan Ospek dan MOS bervariasi di setiap universitas dan sekolah di Indonesia.[8]

Anggapan tidak pentingnya orientasi pelajar bukan tanpa dasar; mengingat sering beredarnya kabar siswa yang meninggal usai mengikuti kegiatan MOPD.[9] Pada tahun 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Anies Baswedan melakukan inspeksi mendadak ke sebuah SMA di Kota Tangerang, Banten pada 29 Juli dan Mendikbud mendapati kegiatan yang menjurus ke perploncoan dan atribut-atribut yang tidak berkaitan dengan Kegiatan Belajar Mengajar.[10] Hal ini tentu sangat disayangkan. Pada akhirnya, Mendikbud menginstruksikan kepada seluruh daerah yang sedang melaksanakan MOPD untuk tidak menggunakan atribut yang berlebihan dan tidak mengadakan kegiatan yang berisi perpeloncoan, meski langkah ini kurang membuahkan hasil karena pada kenyataannya kegiatan semacam itu tetap berlangsung.

Pada 11 Juli 2016, Baswedan secara resmi melarang kegiatan MOPD/MOS yang dilakukan oleh pelajar, karena rawan terjadi aksi pelonco maupun kekerasan yang dilakukan senior terhadap siswa baru.[11] Meskipun demikian, kegiatan pengenalan di sekolah tetap dilakukan oleh para guru dan dilakukan saat jam belajar.[12] Sebagai gantinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 yang berisi tentang tata cara pelaksanaan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang menghilangkan stigma negatif tentang pelaksanaan masa orientasi siswa yang terjadi saat ini. Di dalam Permendikbud tersebut, tidak boleh lagi diadakan kegiatan yang berisi atau menjurus kepada perpeloncoan atau kegiatan lain yang merugikan peserta didik baru. Selanjutnya, yang bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan ini adalah kepala sekolah. Apabila ditemukan pelanggaran-pelanggaran, maka sanksi yang diberikan mengacu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan pada Satuan Pendidikan dan peraturan perundang-undangan lainnya. Bahkan, apabila pelanggaran sangatlah berat, kepala sekolah terancam dicopot dan siswa yang melakukan dikeluarkan dari sekolah.[13]

Selandia Baru sunting

Seperti di Australia, mahasiswa Selandia Baru diberi waktu seminggu untuk mengenal kehidupan kampus sebelum tahun ajaran dimulai. Pekan orientasi (orientation week) diisi oleh banyak acara sosial dan sering dijadikan alasan untuk pesta alkohol.

Di kota-kota universitas besar Selandia Baru seperti Dunedin dan Palmerston North (yang seperlima penduduknya adalah mahasiswa), pekan orientasi diisi oleh berbagai macam acara. Banyak band luar dan dalam negeri ternama mengadakan konser di Selandia Baru dan tur orientasi menjadi salah satu agenda top di kalender musik setiap tahunnya. University of Otago di kota Dunedin mengadakan parodi Highland Games yang disebut Lowland Games yang terdiri dari beberapa permainan seperti gulat bubur.

Menjahili mahasiswa dulu lazim dilakukan selama pekan orientasi, namun mulai ditinggalkan beberapa tahun terakhir.[butuh rujukan] Sebelumnya banyak kelompok asrama yang menerapkan "pengukuhan" penghuni baru (semacam perploncoan, tetapi tidak separah persaudaraan universitas di Amerika Serikat).

Meski secara resmi ditetapkan selama satu minggu, sejumlah universitas dan politeknik Selandia Baru mengadakan orientasi selama lebih dari sepuluh hari.

Swedia sunting

Kebanyakan universitas di Swedia memiliki tradisi nollning ("penihilan"). Tradisi ini sering dilakukan di fakultas teknik dan komunitas masyarakat pelajar Uppsala dan Lund. Karena keanggotaan himpunan mahasiswa diwajibkan di Swedia (sampai Juli 2010), nollning biasanya diadakan langsung oleh himpunan dengan bantuan pihak univeristas.

Di universitas-universitas lama, tradisi ini mulai manusiawi setelah perploncoan selama tahun-tahun sebelumnya. Saat ini banyak himpunan mahasiswa yang memiliki aturan ketat seputar minuman keras, pelecehan seksual, dan masalah lain yang lazim terjadi sebelumnya.

Di fakultas teknik, pihak penyelenggara nollning memainkan peran dengan cara teatrikal dan kadang-kadang memakai kacamata dan pakaian unik. Banyak mahasiswa senior yang menjadi mentor nollning mengenakan baju pelajarnya atau b-frack. Nollning yang lebih teratur ini berkembang di KTH dan Chalmers dan menyebar ke seluruh Swedia. Uppsala Institute of Technology di Uppsala University dan Linköping Institute of Technology di Linköping University dianggap memiliki tradisi nollning yang sangat maju dan teratur. Selain itu, Linköping juga menjadi universitas yang jumlah pemakai baju pelajarnya paling besar.

Nollning juga diselenggarakan di sejumlah gimnasium.

Pada tahun 2007, seorang perempuan berusia 16 tahun nyaris meninggal dunia saat mengikuti nollning. Ia ditemukan dengan level alkohol dalam darah sebesar 3,64 permille.[14] Komisaris Sekolah Kotamadya Stockholm Lotta Edholm akan memindahkan para pelakunya ke sekolah lain. Tindak kejahatan yang sering terjadi saat nollning adalah penjualan alkohol, ancaman ilegal, pelecehan seksual, dan penyerangan.[15] Menteri Sekolah Jan Björklund meminta polisi, guru, dan orang tua mengambil tindakan atas kasus ini.[16]

Thailand sunting

Di Thailand, aktivitas semacam ini disebut rapnong (รับน้อง) yang berarti "penyambutan mahasiswa baru". Rapnong berlangsung pada minggu atau bulan pertama tahun akademik universitas dan beberapa SMA. Tujuannya adalah memperkenalkan mahasiswa baru dengan budaya universitas. Aktivitasnya meliputi permainan, hiburan, dan rekreasi supaya mereka bisa sailng mengenal, dan mengurangi ketegangan dalam lingkungan yang terus berubah. Biasanya mahasiswa senior membawa mahasiswa baru atau lebih tua makan-makan dan mengobrol (ditraktir oleh mahasiswa yang paling senior). Perpeloncoan adalah masalah yang mengkhawatirkan dalam aktivitas ini. Banyak mahasiswa yang pernah dipermalukan, disiksa, dan direndahkan oleh mahasiswa yang lebih tua.

Bacaan lanjutan sunting

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Welcome Week". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-06. Diakses tanggal 2013-07-16. 
  2. ^ Student Orientation And Registration - Google Search
  3. ^ "O-Week at Adelaide University". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-25. Diakses tanggal 2013-07-18. 
  4. ^ "O-Week at ANU". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-01. Diakses tanggal 2013-07-18. 
  5. ^ "Ospek: Hal Terbodoh dalam Dunia Pendidikan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-27. Diakses tanggal 2013-07-16. 
  6. ^ Masih Perlukah OSPEK? | HOKI | Harian Online KabarIndonesia
  7. ^ detikNews: MOS Tidak Perlu Jika Hanya Jadi Ajang Perploncoan
  8. ^ "Plonco, Ospek, Hazing | www.indrani.net". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-05. Diakses tanggal 2021-05-16. 
  9. ^ Daftar MOS Maut di Indonesia, diakses pada 4 Desember 2016
  10. ^ Berita tentang MOPD di Okezone, dilansir 4 Desember 2016
  11. ^ Nababan, Christine Novita (12 Juli 2016). "Mendikbud Resmi Larang Pelaksanaan MOS". CNN Indonesia. Diakses tanggal 12 Juli 2016. 
  12. ^ "Mendikbud: Praktik Perpeloncoan Harus Dihentikan". Kompas.com. 11 Juli 2016. Diakses tanggal 12 Juli 2016. 
  13. ^ Ada Pelanggaran MPLS, Kepsek Terancam Dicopot, diakses pada 4 Desember 2016[pranala nonaktif permanen]
  14. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-19. Diakses tanggal 2013-08-15. 
  15. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-19. Diakses tanggal 2013-08-15. 
  16. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-19. Diakses tanggal 2013-08-15.