Makmur Hendrik

wartawan

Makmur Hendrik (lahir 7 Juni 1947) adalah seorang penulis cerita dan wartawan Indonesia. Saat ini ia berprofesi sebagai wartawan di Pekanbaru dan guru besar Perguruan Pencak Silat Empat Banding Budi.

Makmur Hendrik
Lahir(1947-06-07)7 Juni 1947
Indonesia Siak Hulu, Kampar, Riau
KebangsaanIndonesia
AlmamaterIKIP Padang
PekerjaanPenulis, Wartawan
Suami/istriYurni Hatta

Tahun 1966 Makmur Hendrik adalah Ketua KAPPI Bukittinggi. Memimpin belasan kali demonstrasi melawan dan menuntut PKI Sumatera Barat dibubarkan. Saat itu PKI berpusat di Baso, sekitar 12 Km dari Bukittinggi.

Dia menjadi Ketua Dewan Mahasiswa saat kuliah di IKIP Padang (1971-1974).

Bersama 4 rekan Pengurus Dewan Mahasiswa, dia melakukan protes kepada Rektor, Prof.Isrin Nurdin, yang otoriter. Makmur dan rekan2nya memprotes dengan duduk di depan Rektorat selama 3 hari, dengan spanduk hitam dg tulisan putih: 'Kepada Dunia, di sini Mahaguru kami mau benar sendiri. Kami protes hari ini!" Protes itu menjadi liputan nasional dan internasional. Betapa para mahasiswa memprotes mahagurunya yg otoriter di sebuah kampus.

Protes itu berakhir di hari ketiga, saat Rektor Prof. Dr. Isrin Nurdin, bersedia berdialog dan menyetujui usul Dewan Mahasiswa agar tidak bertindak otoriter.

Isrin "menyerah" akibat gencarnya tekanan perguruan tinggi se Indonesia.

"Tekanan" itu didukung dan disiarkan secara nasional oleh pers di Jakarta, seperti Kompas dan Media Indonesia. Juga dan dukung pers Sumatera Barat seperti Singgalang, Semangat dan Duta Masyarakat.

  • 2019*: Saat HUT ke 53 Tritura yang dilaksanakan di Gubernuran Sumbar, dia menginisiasi berdirinya Museum Angkatan 66.

Atas usulnya Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, menyetujui Museum itu menempati eks Gedung BAPERKI Bukittinggi di Jalan Ahmad Karim No.12 (sebelumnya bernama Jalan Luruih).

SEBAGAI Ketua KAPPI Bukittinggi pada tahun 1966, dia menginisiasi 3 (tiga) hal fenomenal dan simbolik bagi Angkatan 66 di Indonesia: 1. Mendirikan Monumen Angkatan 66 (Dana: Pemko Bukittinggi saat Wako Ismet Amziz). 2. Membuat Museum Angkatan 66 (atas izin Gubernur Irwan Prayitno menempati eks Gedung BAPPERKI di Bukittinggi). 3. Menerbitkan buku Pelaku dan Saksi Sejarah Angkatan 66 Sumatera Barat Bertutur Tentang Tritura.🩵

Kehidupan sunting

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Pekanbaru, Makmur melanjutkan studinya di STM Negeri Bukittinggi. Setelah itu ia meneruskan pendidikannya ke IKIP Padang.

Sewaktu menjadi pelajar, Makmur rajin menulis cerita. Tahun 1965 dia memenangkan sayembara menulis yang diadakan oleh Korem Sumbarut di Bukittinggi, dengan judul seragam: Pahlawan Pembangunan.

Jika peserta lain mengurai apa itu pahlawan dan apa pula pembangunan, dia justru menulis cerita yg menyebabkan tokohnya mati akibat menyelamatkan dam yg sedang dibangun dari terjangan banjir.

Ceritanya justru menjadi juara!

Pada tahun 1980-an, ia memenangkan beberapa kali sayembara penulisan cerpen tingkat nasional. Salah satu di antaranya adalah berjudul "Siul" (1984).

Ada beberapa cerpen yang menang dalam sayembara tingkat nasional yang dijadikan fil. Seperti "Buah Hati Mama", "Melintas Badai", "Luka di Atas Luka", dan "Yang Kukuh yang Runtuh".

Cerita Makmur Hendrik memiliki daya tarik tersendiri bagi pembacanya.

Di dunia kewartawanan, ia pernah menjadi wartawan/redaktur surat kabar Singgalang (Padang), Kompas (Padang), Semangat (Padang), Media Indonesia (Jakarta), Sumatra Express (Palembang), dan Genta Pekanbaru (Pekanbaru). Dia juga aktif di dalam organisasi Pencak Silat IPSI Sumatera Barat dan merupakan salah seorang tokoh silat yang terlibat dalam mengangkat festival silat tradisional di Sumatera Barat, yang dinamakan Galanggang Siliah Baganti.

Makmur juga pernah menjadi dosen Akademi Publisistik Padang, Anggota KPU Riau, dan Ketua KPU Pekanbaru.[1]

Keluarga sunting

Makmur menikah dengan Yurni Hatta. Dari pernikahannya itu ia dikaruniai empat orang anak:

  1. Heni Eka Surya
  2. Eva Devi
  3. Evi Yunita
  4. Esi Lestari

Cucu:

  1. Audrey Alifya Fionaldy (mhsswa UI)
  2. Athalla Aurelio Fionaldy
  3. Ezza Zabran Arsy
  4. Aisya Rahmantia Rizky
  5. Ezyzha Humaira Arsy
  6. Verizkha Adriana Rizky
  7. Elfathan Muhammad Arsy

Karya sunting

  • Melintas Badai (1983) [2]
  • Terjebak di Perut Bumi (1984)
  • Di Langit Ada Saksi (1986)
  • Tikam Samurai (Si Bungsu) - 12 jilid [3]
  • Si Giring-giring Perak - 7 jilid [4]
  • Jangan Menangis Mama [5]
  • Palimo Agam
  • Intan Suri
  • Romusa
  • Sakai (2010)
  • 50 Tahun Fauzi Bahar Mengabdi dalam Guncangan Bencana (Biografi) (2013)
  • PADM Padang Bangkit Dari Keruntuhan (2013)
  • Mata Rantai yang Hilang (60 Tahun Provinsi Riau).

Referensi sunting

  1. ^ utusanriau.com Tengku Rafizal Gantikan Makmur Hendrik Diarsipkan 2013-03-07 di Wayback Machine.
  2. ^ books.google.co.jp/books?id=qBMOAAAAMAAJ
  3. ^ books.google.co.jp/books?id=bRMFGwAACAAJ
  4. ^ books.google.co.jp/books?id=YKvdRAAACAAJ
  5. ^ books.google.co.jp/books?id=n949NAAACAAJ

Pranala luar sunting