Muhammad Arief Budiman Ph.D (lahir 28 September 1970) adalah ilmuwan Indonesia yang bekerja di Orion Genomic AS. M. Arief Budiman meraih gelar S1 dan S2 dari Texas A&M University yaitu Botani untuk S1 pada tahun 1994 dan S2 pada tahun 1999 di bidang Bioteknologi. Arief menggenggam gelar S3 dari Clemson University Genomics Institute dari 1999-2000. Arief pada mulanya bercita-cita menjadi pilot, lalu ingin jadi dokter karena harus berkacamata sewaktu SMP, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di St. Louis, Amerika Serikat. Jabatannya sebagai Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu. Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini semakin penting pada masa depan yaitu dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutuhan pangan dunia.

Muhammad Arief Budiman
Lahir28 September 1970
Yogyakarta
Tempat tinggalIndonesia
Warga negaraIndonesia
PekerjaanIlmuwan

Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga terkenal di antara ilmuwan di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan American Association for Cancer Research. Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel Ph.D pun belum tentu bisa menjadi anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker.

Pendidikan sunting

  • Bachelor Botani di Texas A&M University (1994).
  • Ph.D Plant Physiology & Plant Biotechnology di Texas A&M University (1999).
  • Postdoctoral Fellow di Clemson University Genomics Institute (1999-2000).

Penemuan sunting

Sembilan tahun di Orion Genetics, bekas kasir toko kelontong di Islamic Center di Bryan College Station, Texas, itu sudah membuat delapan teknologi untuk menangani sel kanker manusia: satu sudah diganjar paten, tujuh sedang menunggu persetujuan dari kantor paten Amerika Serikat. Temuan pertama yang sudah dipatenkan adalah alat untuk menemukan biomarka (penanda molekuler) pada penyakit kanker. Tujuh temuan lainnya yang sudah dimasukkan ke kantor paten untuk mendapat pengesahan masih berhubungan dengan teknologi pemindai kanker. Masing-masing pemindai gen untuk kanker payudara, kanker ovarian, kanker hati, kanker kolon, kanker paru-paru, kanker melanoma, kanker kandung kemih, kanker ginjal, dan kanker endometrial. Daya deteksi alat-alat itu terhadap sel kanker bisa diandalkan. Sekadar contoh, pengendus kanker payudaranya memiliki sensitivitas di atas 90 persen. Dengan akurasi setajam itu, kalangan kedokteran menilai, temuan-temuan tersebut akan merupakan arsenal penting dalam peperangan melawan kanker penyakit pembunuh nomor wahid di dunia.

Arief mengembangkan teknologi untuk mengaplikasikan gugus metil pada pembacaan gen tanaman. Yaitu penapis metil (methyl filtration). Penyaring metil ini berfungsi menapis DNA sampah di dalam gen sebuah tanaman, yang jumlahnya sekitar 50 persen dari seluruh gen dalam tanaman itu, dengan mendeteksi gugus metilnya. BAC (bacterial artificial chromosome), yang menjadi bahan desertasinya di Texas A&M Technology, adalah tonggak pertama dia dalam bidang genetika di Amerika. Berkat daya gunanya, BAC kemudian menjadi mesin utama dalam proyek raksasa bertajuk “International Rice Genome Sequencing Project”. Proyek yang dipimpin Jepang ini bekerja sama dengan laboratorium genome di Amerika Serikat, China, Prancis, Taiwan, India, Korsel, Brasil dan Inggris.

Catatan kaki sunting


Referensi sunting