Liu Heita (Hanzi: 刘黑闼, ?-623) adalah seorang pemimpin pemberontakan petani pada akhir Dinasti Sui. Ia adalah jenderal kesayangan seorang pemimpin pemberontak terkenal, Dou Jiande, Pangeran Xia. Sebelumnya ia pernah bekerja di bawah Hao Xiaode, Li Mi, dan Wang Shichong. Setelah Dou dihukum mati oleh pemerintah Tang pada tahun 621, Liu memberontak terhadap Dinasti Tang untuk membalas dendam mantan atasannya. Pada mulanya ia berhasil merebut kembali bekas wilayah kekuasaan Dou yang telah dianeksasi pemerintah Tang, tetapi belakangan ia kalah oleh Li Shimin, putra Kaisar Tang Gaozu. Belakangan ia dikhianati oleh Zhuge Dewei yang pernah menjadi rekan seperjuangannya. Zhuge menyerahkannya pada Li Jiancheng, putra mahkota Tang, yang lalu menjatuhkan hukuman mati padanya.

Kehidupan awal sunting

Tidak banyak yang diketahui mengenai latar belakang kehidupan Liu. Ia berasal dari Kabupaten Zhangnan (sekarang Handan, Hebei), sekampung dengan Dou Jiande. Sebagai pemuda ia adalah seorang yang pemberani dan mampu bertindak cepat. Ia juga seorang peminum berat dan penjudi, kelakuan yang membuat resah keluarganya. Ia bersahabat dengan Dou yang sering membantunya setiap kali ia kekurangan uang. Ketika Dinasti Sui sudah diambang kehancuran karena kegagalan perang di Korea dan kediktatoran Kaisar Yang dari Sui, ia bergabung dalam pemberontakan petani melawan pemerintah. Awalnya ia bergabung dengan Hao Xiaode, setelah Hao bergabung dengan Li Mi, ia pun mengikutinya. Belakangan Li dikalahkan oleh Wang Shichong, seorang jenderal Sui. Wang yang mengagumi keperkasaannya mengangkatnya sebagai seorang perwira kaveleri. Namun Liu sebenarnya tidak menyukai tindak-tanduk Wang, ia sering kali diam-diam menertawakan Wang.

Tahun 619, Wang Shichong memaksa Yang Tong (cucu Kaisar Yang yang diangkat sebagai kaisar setelah kematiannya) untuk turun tahta dan mendirikan dinastinya sendiri, Dinasti Zheng. Wang memerintahkan Liu mempertahankan Xinxiang, Henan dari serbuan Li Shiji, jenderal Dinasti Tang yang saat itu terpaksa bekerja pada Dou Jiande karena ayahnya disandera. Liu tertangkap oleh Li dan dihadapkan pada Dou. Kepada teman sekampungnya itu, Dou menganugerahkan gelar Adipati Handong (汉东郡公) dan menjadikannya salah satu jenderal tepercaya. Karier Liu melesat di bawah pimpinan Dou. Ia sering dipercaya memimpin pasukan gerilya melakukan serangan dadakan dan menyusup ke kemah musuh sebagai mata-mata.

Berontak terhadap Dinasti Tang sunting

Tahun 621, Li Shimin, Pangeran Qin, putra Kaisar Gaozu menyerang Wang Shichong. Walaupun hubungan Dou dengan Wang buruk, tetapi Dou berpikir jika Dinasti Tang berhasil mengalahkan Wang, maka posisinya cepat atau lambat akan terancam oleh Tang. Sehingga ia mau tidak mau memimpin pasukannya ke Luoyang, ibu kota Zheng, untuk membebaskan kota itu dari kepungan pasukan Tang. Sebelum Dou berhasil mencapai Luoyang, Li Shimin sudah menghadangnya di Terusan Hulao, sebelah timur Luoyang. Dalam pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Hulao itu, Dou mengalami kekalahan dan tertangkap oleh pasukan Tang. Dengan tertangkapnya Dou, Wang tidak mempunyai pilihan lain selain menyerah. Pasukan Xia berniat untuk berperang hingga titik darah penghabisan, tetapi di bawah pimpinan pejabat Xia, Qi Shanxing, mereka pun menyerah pada Tang.

Dou dibawa menghadap Kaisar Gaozu yang belakangan menjatuhkan hukuman mati padanya. Beberapa mantan jenderal dan pejabat Xia yang telah hidup sebagai rakyat biasa yang merasa didiskreditkan dan dicemooh pasukan Tang takut mereka juga akan terkena hukuman mati, maka mereka diam-diam berkumpul dan menyusun rencana untuk berontak di bawah pimpinan Gao Yaxian, mantan jenderal Xia. Ketika mereka mendengar dari seorang peramal yang mengatakan bahwa akan muncul seorang pemimpin di antara mereka yang bermarga Liu, mereka menawarkan tampuk kepemimpinan pada Jenderal Liu Ya, tetapi ia menolak sehingga dibunuh oleh mereka. Kemudian mereka menawarkannya pada Liu Heita yang saat itu telah mengundurkan diri dan mencari nafkah dari berkebun, karena dibujuk terus, Liu akhirnya menerimanya. Pada musim gugur tahun 621, mereka berontak dan menduduki Zhangnan. Satu persatu mantan pejabat Xia kembali mengangkat senjata dan bergabung dengan mereka. Liu memberi persembahan untuk menghormati arwah Dou dan mendeklarasikan bahwa Kerajaan Xia telah bangkit kembali untuk membalaskan dendamnya. Pemberontakannya memengaruhi seorang pemimpin pemberontak lain bernama Xu Yuanlang, yang sebelumnya telah menyerah pada Tang, Xu kini bergabung bersama Liu sebagai pemberontak.

Mendengar pemberontakan itu, Kaisar Gaozu mengirimkan sepupunya, Li Shentong, Pangeran Huai’an untuk bekerjasama dengan Li Yi, Pangeran Yan, menumpas pemberontak. Liu mengalahkan Li Shentong di Raoyang (sekarang Hengshui, Hebei) dan tak lama kemudian juga mengalahkan Li Yi, kemenangan ini membuat pamornya terkenal di wilayah itu. Ia juga menjalin persekutuan dengan pemimpin pemberontak lain bernama Gao Kaidao dan suku Tujue Timur (Turki). Sekitar awal tahun 622, ia mengalahkan Li Xiaochang (putra dari sepupu kaisar) dan Jenderal Li Shiji, dengan demikian ia telah merebut kembali seluruh wilayah bekas Kerajaan Xia di utara Sungai Kuning. Kaisar Gaozu yang baru menyadari bahwa Liu bukanlah lawan yang bisa dipandang sebelah mata, mengirim putra keduanya, Li Shimin dan putra keempat, Li Yuanji, Pangeran Qi untuk menumpas pemberontakan Liu. Pada musim panas 622, Liu menggelari dirinya sebagai Pangeran Handong (汉东王), ia mengorganisasi pemerintahannya sama seperti Dou dulu, ia banyak mempekerjakan para mantan pejabat Xia. Sejarah mencatat bahwa ia lebih hebat dan lebih tegas dalam tindakan-tindakan militernya daripada Dou. Ia menjadikan Mingzhou (sekarang wilayah Handan) sebagai ibu kotanya.

Kejatuhan dan kematian sunting

Liu kehilangan beberapa wilayah yang telah dicaploknya ketika Li Shimin bersama pasukannya tiba, tetapi ia juga berhasil menangkap dan membunuh seorang jenderal Tang, Luo Shixin. Akhirnya pasukan Tang dan Handong dalam posisi berhadap-hadapan di Sungai Ming yang mengalir melalui Mingzhou tanpa dapat maju maupun mundur selama lebih dari 60 hari. Kedua belah pihak selalu saling serang tanpa membuahkan hasil. Li Shimin menggunakan siasat membangun tanggul di hulu Sungai Ming. Ketika pasukan Liu menyerang, Li memerintahkan tanggul itu dihancurkan sehingga air menerjang dan menenggelamkan pasukan Liu. Liu sendiri lolos bersama seorang jenderalnya, Wang Xiaohu, tetapi pertahanan Handong luluh lantak dan jatuh ke tangan pasukan Tang. Liu melarikan diri ke wilayah suku Tujue Timur.

Musim panas 622, Liu memimpin pasukannya yang telah diperkuat bala bantuan Tujue kembali ke wilayahnya. Li Yi tidak sanggup menghalaunya sendirian karena saat itu Li Shimin telah ditarik kembali ke ibu kota. Kaisar Gaozu mengirim Li Yuanji dan putra dari sepupunya yang lain, Li Daoxuan, Pangeran Huaiyang, untuk menghadapi Liu. Kali ini Liu memenangkan banyak pertempuran, pada musim dingin 622, Liu mengalahkan dan membunuh Li Daoxuan di Xiabo (sekarang bagian tenggara Kabupaten Shen, Hengshui). Dalam waktu satu setengah bulan saja ia telah berhasil merebut kembali seluruh wilayahnya. Li Yuanji yang merasa takut padanya ragu untuk menghadapinya di medan perang.

Kaisar Gaozu berencana untuk kembali mengirim Li Shimin untuk menumpas pemberontakan, tetapi saat itu, putra mahkota Li Jiancheng yang sedang berselisih dengan adiknya karena iri akan prestasi dan popularitas Li Shimin yang melebihinya, ingin mengukir jasa. Atas usul para bawahannya, Wang Gui dan Wei Zheng, Li Jiancheng pun dipilih oleh ayahnya untuk menjalankan tugas ini. Sementara itu, pasukan Liu sedang terhenti ketika mengepung Weizhou (sekarang wilayah Handan) yang dikuasai pasukan Tang. Ketika Li Jiancheng dan Li Yuanji tiba, pasukan Liu telah kehabisan persediaan makanan sehingga dapat dengan mudah dikalahkan. Liu berhasil lolos lagi, tetapi pada musim semi 623, dalam pelarian bersama 100an pengawalnya, ke Raozhou (sekarang wilayah Hengshui), ia dijebak oleh kepada daerah Raozhou yang juga bawahannya, Zhuge Dewei. Zhuge berpura-pura menyambutnya dengan hangat lalu mengadakan pesta baginya, tetapi di tengah pesta Zhuge memerintahkan orang-orangnya menyergap Liu dan para pengawalnya. Kemudian ia menyerah pada pemerintah Tang dan menyerahkan Liu yang telah berhasil diringkusnya kepada Li Jiancheng. Li menghukum Liu beserta adiknya, Liu Shishan di jalanan kota Mingzhou. Sebelum dihukum mati ia meratap, “Aku tadinya sudah hidup tenang dengan berkebun, tetapi mereka yang dipimpin Gao Yaxian lah yang telah menyeretku hingga bernasib seperti sekarang ini.”