Liturgi Yahudi adalah segala hal yang berhubungan dengan peribadahan umat Yahudi.

Sebuah lukisan mengenai perayaan hari Sabat.

Unsur utama dari setiap liturgi adalah bacaan Kitab Suci.[1] Bacaan tersebut diambil dari Torah atau Pentateukh (kelima Taurat atau disebut juga kitab Musa), mazmur-mazmur (Tehilim), kitab para nabi (Nebiim), dan kitab-kitab (Ketubiim), yang merupakan bagian perjanjian lama dari Alkitab Kristen.[1]

Mazmur memiliki peranan yang khas dalam liturgi Yahudi, dan terutama digunakan dalam ibadah harian.[1] Pembacaan Mazmur dilakukan sesuai urutan, sehingga seluruh bagian Mazmur mendapat bagian untuk dibacakan dengan siklus 3 tahunan.[1] Mazmur berperan sebagai pengiring dan pengantara Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi.[1] Mazmur dapat berfungsi sebagai penyingkap pengertian akan makna Kitab Suci kepada umat.[2]

Kitab yang terpenting dari kitab-kitab yang ada, selain Mazmur, adalah Taurat.[1] Taurat pembacaan dan pelantunan Taurat dilakukan setiap Sabat pagi.[1] Keseluruhan Taurat selesai dibacakan dalam satu tahun (di Babilonia) atau tiga tahun (di Palestina).[1] Masih belum jelas kapan siklus pembacaan tersebut dimulai, apakah di bulan Nissan atau bulan Tisyri.[1]

Penggunaan utama Ketubim adalah untuk hari raya tahunan.[1] Kitab Kidung Agung dibacakan pada perayaan Paskah Yahudi, kitab Rut pada Pentakosta, Kitab Ratapan pada tanggal 9 Ab, kitab Pengkhotbah pada Hari Raya Pondok Daun, dan kitab Ester untuk pesta Purim.[3]

Pembacaan Kitab Suci memegang posisi yang penting dalam liturgi Yahudi.[1] Kitab Suci diyakini diturunkan oleh Allah sendiri dan dirayakan dalam hari raya khusus (Shavout).[1] Dalam sistem penafsiran Yahudi, Kitab Suci menjadi titik fokus dari pengajaran, nyanyian, dan doa-doa liturgi.[1] Bahkan, pembaca Kita Suci perlu dipersiapkan dan dilatih secara khusus agar ia dapat membacakan kalimat-kalimat yang ada di Kitab Suci dengan penuh penghayatan sehingga pendengar dapat terlibat dalam kisah-kisah yang dibicarakan.[4] Dalam tradisi Yahudi, bagian terbesar dalam suatu ibadah adalah pembacaan Kitab Suci.[1]

Selain Kitab Suci, buku-buku tafsiran yang ditulis oleh para rabi juga merupakan bahan pendukung.[1] beberapa contoh buku tafsiran, antara lain Rashi (ditulis oleh Rabi Shiomo Yitzhak, Prancis), Rashbam (Rabi Samuel ben Meir, Prancis), Ibn Ezra, Nahmanides, dan Maimonides (Spanyol).[1] Buku-buku tafsir tersebut berisi istilah dan metode penafsiran.[1]

Secara garis besar, gaya penafsiran Yahudi adalah pardes yang merupakan akronim dari:[1]

  • peshat (memahami makna harfiah);[5]
  • remez (menelusuri makna tersirat);
  • darash (mencari makna homiletis);
  • sod (menyingkap makna tersembunyi);

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Indonesia)Rasid Rachman.2009.Hari Raya Liturgi: Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia. hlm 27-31.
  2. ^ (Indonesia)H.H. Rowley.1981.Ibadat Israel Kuno.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia. hlm 108
  3. ^ (Indonesia)Evert H. van Olst.1996.Alkitab dan Liturgi.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia. hlm 71-72.
  4. ^ (Indonesia)Berthold Anton Pareira.1991.Peranan Kitab Suci dalam Liturgi.Yogyakarta:Kanisius.
  5. ^ (Inggris)1901.Jewsih Encyclopedia.New York:Funk and Wagnalls.