Lamban Pesagi merupakan istilah dari bahasa Lampung, yaitu "Lamban" artinya rumah dan "Pesagi" artinya persegi, karena denahnya berbentuk segi empat[1]. Lamban Pesagi adalah rumah tradisional Lampung yang memiliki ciri khas, yaitu bentuk rumah panggung dengan jarak lantai bangunan dari permukaan tanah kurang lebih 1 sampai 2 meter. Rumah ini terdapat di desa Kenali Kabupaten Lampung Barat[2].

Karakteristik lamban pesagi sunting

Karena bentuk lamban Pesagi adalah rumah panggung,  Ia memiliki tiang duduk sebanyak 20 buah kayu berbentuk gelondong yang terbuat dari kayu kultum sebagai kerangka dan penyangga bagian bawah bangunan. Pada dinding bangunan atau sesai terbuat dari kayu kemit dan terdapat beberapa jendela serta ventilasi udara yang disebut keshi.  Bahan utama dalam pembentukan rangka atap bangunan menggunakan kayu galem dan bambu.  Pada atap  bangunan dibentuk piramida yang terbuat dari seng dan ijuk. Bagian atap piramida yang berpusat pada satu titik disebut dengan pelak langit. Terdapat tempat menyimpan beda pusaka atau disebut dengan pemonohan yang berada tepat dibagian atap bangunan disebut panggakh[2]. Biasanya bangunan utama dilengkapi dengan lumbu padi yang berfungsi sebagai penyimpan padi dan hasil panen lainnya.

Struktur bangunan lamban pesagi sunting

Lamban Pesagi terdiri atas empat bagian, yaitu atap,  dinding,  pondasi dan penunjang yang terdapat pada bangunan.  Pada bagian atap bangunan ini terdapat bagian badan dan kepala yang memiliki struktur yang rigid, dengan menggunakan sambungan purus dan pen pada tiap-tiap bagian konstruksinya. Kombinasi bahan dari kayu gelam dan bambu digunakan untuk rangkap atap. Seng dan ijuk digunakan sebagai atap dan dibentuk seperti piramida. Pada bagian atap yang berpusat pada kayu utama yang mencuat ke atas disebut palak langik. Bagian bawah atap terdapat panggakh atau ruang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang pemanohan atau barang pusaka. Terdapat ornamen pada ujung atap yang terbuat dari susunan batu yang diikat disebut dengan culu langi. Ornamen tersebut menyimbolkan puncak Gunung Pesagi sebagai tempat roh leluhur berada.

Bagian dinding bangunan ini biasanya dikenal dengan sebutan sesai dan terbuat dari papan kayu kemit yang disatukan disusun sejajar secara vertikal.

Biasanya bagian dinding depan bangunan terdapat jendela-jendela atau singkepan kebik yang terbuat dari kayu serta pada sisi dinding lainnya terdapat ventilasi udara. Jendela ini memiliki fungsi sebagai lubang masuknya cahaya dan perantara sirkulasi udara yang dibantu dengan adanya lubang ventilasi.

Bagian pondasi bangunan menggunakan umpak batu. Umpak batu ini dijadikan sebagai media perataan beban yang ada di atasnya. Oleh karena itu, kaki atau kolom dapat menjadi  tumpangan struktur di atasnya dan memberikan efek fleksibilitas pada bangunan secara keseluruhan. Pada tihang duduk atau tiang penyangga terbuat dari kayu, kemudian disangga dengan batu gepeng dan tiang itu berjumlah ganjil. Jumlah tiang yang ganjil memiliki makna tersendiri, yaitu bahwa manusia harus selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa. Terdapat area kosong pada bangunan Lamban Pesagi yang sering disebut bah lamban.  Adanya area ini bertujuan untuk menghindari hewan buat, tetapi dapat difungsikan sebagai tempat penyimpanan atau kandang hewan ternak. Agar dapat menghubungkan bagian antara bawah atau pondasi dengan lantai bangunan digunakan kayu penyangga yang berjumlah lima buah atau dikenal dengan sebutan uwongan. Kemudian, posisi kayu penyangga disusun ke depan dan ke belakang bangunan dirapatkan dengan lantai.

Bagian penunjang yang terdapat pada bangunan,yaitu tangga iseran, gijroh dan lumbung padi. Tangga terdapat pada bagian depan bangunan dan digunakan sebagai alat naik ke rumah. Tangga ini juga dikenal dengan sebutan ijan geladak. Selain itu, iseran dikatakan sebagai alat penggiling padi manual yang masih memerlukan tenaga manusia dalam pengoprasiannya. Terdapat dua bagian pada alat ini, yaitu kayu yang bagian atasnya dikerok, berguna sebagai lumpang untuk menaruh padi dan pada bagian tengah dipasang sumbu kayu sebagai alat penggiling. Bagian permukaan kayu yang bawah dibuat jalur guratan menyerupai jari-jari sebagai tempat ditampungnya hasil padi yang sudah digiling. Girjoh adalah alat yang digunakan untuk menumbuk padi atau buah kopi. Alat ini terbuat dari balok kayu dan bagian ujungnya menyatu dengan alu yang tepatnya pada posisi lesung. Dibagian pangkalnya dipasang sumbu untuk mengunci alok.

Bangunan Lamban Pesagi akan lengkap jika terdapat bangunan lumbung padi. Dibuatnya lumbung padi ini, karena masyarakat lampung terdahulu bekerja sebagai petani dan memerlukan tempat untuk menyimpan hasil panennya. Oleh karena itu, pada bangunan Lamban Pesagi terdapat lumbung padi yang terpisah dengan ukuran yang cukup besar berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi atau hasil panen lainnya.

Referensi sunting

  1. ^ Harsono, T. Dibyo (2017-04-01). "RUMAH TRADISIONAL LAMBAN PESAGI LAMPUNG BARAT". Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. 18 (1): 71–84. doi:10.52829/pw.48. ISSN 2598-4209. 
  2. ^ a b Atthaya, Adhila Nada; Rahma, Annisa Ullya; M, Fadhilah Zahrah; Anggraini, Sherly; Dewi, Yovalia Nindita Chandra (2022-03-28). "LAMBAN PESAGI BANGUNAN TRADISIONAL PROVINSI LAMPUNG". Jurnal Vastukara: Jurnal Desain Interior, Budaya, dan Lingkungan Terbangun. 2 (1): 9–18. doi:10.59997/vastukara.v2i1.1478. ISSN 2798-1703.