Kuburan massal adalah makam yang berisi lebih dari satu jenazah yang sering kali tak dikenal. Kuburan massal biasanya diciptakan setelah sejumlah besar orang meninggal atau dibunuh/terbunuh, dan jenazahnya perlu dengan segera dikuburkan. Dalam kasus terjadinya bencana alam, kuburan massal digunakan untuk mencegah infeksi dan penyakit, sementara motivasi membuat kuburan massal dalam perang dan genosida sering kali adalah untuk menyembunyikan kejahatan perang. Perdebatan di sekitar kuburan massal di antara para epidemiologis biasanya menyangkut apakah, dalam suatu bencana alam, jenazah sebaiknya dibiarkan untuk dikebumikan satu per satu secara tradisional, atau mengebumikannya dalam suatu kuburan massal. Misalnya, apabila epidemi terjadi pada musim dingin, lebih kecil kemungkinan lalat berbiak di mayat-mayat itu, dan mengurangi risiko menyebarnya disentri, diare, difteria, atau tetaus, sehingga kuburan massal mungkin tidak begitu diperlukan. Namun penelitian mutakhir menunjukkan bahwa risiko kesehatan dari jenazah dalam kecelakaan massal sangat terbatas dan bahwa kuburan massal dapat menyebabkan lebih banyak masalah daripada mencegahnya.

Kuburan di Sarajevo pada pengepungan pada 1992-1993. Foto oleh Mikhail Evstafiev

Salah satu dari kuburan massal dari masa perang adalah dari Perang Dunia II, di Belzec, di tenggara Polandia, salah satu dari 3.300 kamp konsentrasi. Di kamp konsentrasi ini, diperkirakan sekitar 600.000 jenazah dibakar, digiling, dan dicampurkan ke tanah kamp oleh Nazi dalam upaya untuk menutupi kejahatan perang.

Irak sunting

Kuburan massal di Irak dicirikan sebagai kuburan yang tidak mempunyai tanda-tanda yang berisi sekurang-kurangnya tujuh jenazah. Sebagian dapat diidentifikasikan melalui gundukan tanah yang terdapat di atas permukaan tanah atau dari lubang-lubang yang dalam yang tampaknya telah diisi. Sebagian kuburan yang lebih tua sulit diidentifikasikan, karena setelah beberapa waktu telah ditutupi oleh tanam-tanaman dan kotoran dan sampah. Tempat-tempat ini pun ditemukan di seluruh wilayah negara ini dan memuat anggota-anggota dari semua kelompok agama dan etnis yang besar di Irak serta orang-orang asing, termasuk bangsa Kuwait dan Saudi. Lebih dari 250 situs telah dilaporkan, dan daripadanya sekitar 40 telah dikonfirmasikan hingga sekarang. Lebih dari satu juta orang Irak diyakini telah hilang di Irak sebagai akibat eksekusi, perang, dan pembelotan. Dari jumlah itu ratusan ribu diduga dimakamkan dalam kuburan-kuburan massal.

 
Seorang perempuan Irak meratap di samping tulang-belulang yang digali dari sebuah kuburan massal.

Kebanyakan dari kuburan-kuburan yang telah ditemukan hingga saat ini sesuai dengan salah satu dari kelima kekejaman yang dilakukan oleh rezim Irak.

  • Serangan 1983 terhadap warga Kurdi anggota suku Barzani, 8.000 orang ditangkap di Irak utara dan dieksekusi di gurun pasir di tempat yang jauh dari rumah mereka.
  • Perang Anfal 1988, pada masa ini sebanyak 182.000 orang menghilang. Kebanyakan dari orang-orang ini dipisahkan dari keluarga mereka dan dieksekusi di padang gurun di sebelah barat dan barat daya Irak. Tulang-belulang dari sebagian istri dan anak-anak mereka juga ditemukan di kuburan-kuburan massal.
  • serangan kimia terhadap desa-desa KUrdi dari 1986 hingag 1988, termasuk serangan di Halabja, ketika Angkatan Udara Irak menjatuhkan zat-zat kimia sarin, VX dan tabun terhadap penduduk sipil, langsung membunuh 5.000 orang dan menyebabkan masalah-masalah medis jangka panjang, kematian yang terkait, dan cacat pada kelahiran di antara ribuan keturunan para korban.
  • Pembantaian Muslim Syi'ah Irak 1991 setelah pemberontakan Syi'ah pada akhir Perang Teluk; pada kesempatan ini puluhan ribu tentara dan warga sipil di wilayah-wilayah seperti Basra dan Al-Hillah dibunuh.
  • Pembantaian suku Kurdi pada 1991, yang ditujukan kepada warga sipil dan tentara yang berjuang untuk otonomi Irak utara setelah Perang Teluk, juga mengakibatkan kuburan-kuburan massal.

Jerman sunting

 
Warga sipil Jerman dari kota Nordhausen menguburkan jenazah-jenazah para tahanan yang ditemukan di kamp konsentrasi Nordhausen di kuburan-kuburan massal. Kredit foto: USHMM

Pada 22 Juni 1941, tentara Jerman Nazi menyerang wilayah Soviet. Tentara-tentara Jerman sangat brutal dalam menghadapi tentara-tentara Soviet. Satuan-satuan kecil dari SS dan polisi, sekitar 3.000 orang seluruhnya, dikirim untuk membunuh orang-orang yang tidak diinginkan dengan seera - orang Yahudi, tapi bukan mereka saja; orang-orang komunis, gipsi, pemimpin politik, dan kaum intelektual juga semuanya dibunuh. Hampir 90% dari orang-orang Yahudi tinggal di kota-kota besar, ketika pasukan Jerman bergerak dengan cepat dan satuan-satuan pembunuh membuat mereka tidak sadar akan nasib mereka. Dengan cepat mereka dilumpuhkan dan tidak mampu bertindak. Ada lima tahap dalam pembunuhan mereka. Invasi ini segera diikuti dengan penangkapan para calon korbannya. Mereka yang dikumpulkan disuruh berbaris ke pinggiran kota dan di sana mereka ditembaki. Jenazah mereka dikuburkan di kuburan massal—lubang-lubang besar dipenuhi dengan tubuh orang-orang yang telah ditembaki satu persatu. Penduduk kota ini dapat melihat apa yang terjadi. Mereka dapat mendengar suara-suara tembakan dan tangisan para korban. Seringkali mereka diam saja, tidak menolong para korban ataupun menawarkan penghiburan. Seringkali pogrom setempat dianjurkan oleh Wehrmacht, khususnya di Lithuania dan Latvia. Sebelum tahap pembunuhan ini berakhir, lebih dari 1,2 juta orang Yahudi telah dibunuh. [1]

Lihat pula sunting

Rujukan sunting

  1. ^ Berenbaum, Michael, editor. Witness to the Holocaust. New York: HarperCollins. 1997. hlm. 112 - 113

Pranala luar sunting