Kota Metro

kota di Provinsi Lampung, Indonesia


Kota Metro adalah kota di Provinsi Lampung, Indonesia. Kota ini berjarak sekitar 52 km dari ibu kota provinsi, yaitu Kota Bandar Lampung,[5] serta merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Lampung.

Kota Metro
Transkripsi bahasa daerah
 • Lampung
 • Jawaꦩꦺꦠꦿꦺꦴ
Searah jarum jam; Panorama malam Alun-alun Kota, Monumen Menara Meterm Taman Merdeka, Masjid Agung Taqwa Metro, Tugu Pena Bundaran Metro, dan Bendungan Dam Raman
Lambang resmi Kota Metro
Julukan: 
  • Kuto Sai Wawai
  • Kota Pendidikan
  • Centrum van Oosthaven
Motto: 
Bumi sai wawai
(Lampung Pepadun) Tanah yang indah
Kota Metro di Lampung
Kota Metro
Kota Metro
Peta
Kota Metro di Sumatra
Kota Metro
Kota Metro
Kota Metro (Sumatra)
Kota Metro di Indonesia
Kota Metro
Kota Metro
Kota Metro (Indonesia)
Koordinat: 5°07′00″S 105°18′00″E / 5.1167°S 105.3°E / -5.1167; 105.3
Negara Indonesia
ProvinsiLampung
Tanggal berdiri9 Juni 1937
Dasar hukumUU No 12 Tahun 1999
Hari jadi9 Juni 1937 (umur 86)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: 22
Pemerintahan
 • Wali KotaWahdi
 • Wakil Wali KotaQomaru Zaman
Luas
 • Total68,74 km2 (26,54 sq mi)
Peringkat67
Populasi
 (2021)[1][2]
 • Total172.934
 • Peringkat76
 • Kepadatan2,500/km2 (6,500/sq mi)
 • Peringkat kepadatan-
Demografi
 • AgamaIslam 87.77%
Kristen 7.83%
- Protestan 4.13%
- Katolik 3.70%
Hindu 3.09%
Buddha 1.30%
Konfusianisme 0.01%[2]
 • Bahasa
 • IPMKenaikan 77,89 (2022)
Tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1872
Kode area telepon+62 725
Pelat kendaraanBE xxxx F*
Kode Kemendagri18.72
Kode SNI 7657:2023MET
DAURp 477.318.875.000,- (2020)[4]
Situs webmetrokota.go.id

Kota Metro masuk dalam daftar 10 kota di Indonesia dengan biaya hidup terendah ke-9 di Indonesia serta urutan kedua di Pulau Sumatra berdasarkan Survei BPS tahun 2017.

Kota Metro juga merupakan target cetak biru Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia sebagai kawasan strategis dan target pengembangan kota metropolitan setelah Kota Bandar Lampung.[6]

Sejarah sunting

Masa pendudukan Belanda sunting

 
Kolonis Tiba di Metro (1939)

Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi dan dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Sebelum tahun 1936, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih [7] yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung.[8] Namun, pada awal tahun 1936 Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa (kolonis) ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan.[9] Kelompok pertama tiba pada tanggal 4 April 1936.[10]

Pada tanggal 9 Juni 1937, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro [11] dan pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan) dengan Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik (asisten demang) pertama. Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada Distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda.

Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang dikepalai oleh Pesirah dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang Kampung dalam Marganya masing-masing. Kediaman asisten wedana Metro pada masa Hindia Belanda Marga terdiri dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu. Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga.

Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi.[12] Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon.[13] Pengembangan berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat.

Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya dikenal dengan nama tanggul (bahasa Prancis "leeve", sekarang bentukan ini dikenal dengan "ledeng") selebar 30 meter dan sedalam 10 meter saluran irigasi dari Sungai Sekampung ke Metro. Buruh disediakan oleh pendatang, yang diwajibkan dan bekerja dalam shift. Konstruksi dimulai pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1941.[14]

Metropolis-Metro dipilih dan ditetapkan sejak tahun 1935 telah direncanakan dengan matang oleh kolonial belanda sebagai Megaproyek Kolonisasi Sukadana. Pada tahun 1935, ditetapkanlah nama Metropolis-Metro dan menjadi ibukota dari Kolonisasi Sukadana.[15]

Asal nama sunting

Versi pertama nama "Metro" yaitu berasal dari nama resminya yaitu "Metropolis" yang ditetapkan sebagai pusat ibukota Kolonisasi Sukadana. Dalam penggunaannya, nama Metropolis disingkat menjadi Metro. Nama Metropolis-Metro diberikan langsung oleh Hendrik Roelof Rookmaaker yang mulai bertugas sebagai penjabat gubernur wedana pada 22 Juni 1933. Nama tersebut dipilih karena proyeksinya di masa depan, kota terencana ini akan menjadi kota besar seperti halnya Metropolis (metropolitan).[16] Versi kedua atau yang populer yaitu nama Metro berasal dari kata “Meterm” atau "Metreum" dalam Bahasa Belanda yang artinya "titik tengah" atau “titik pusat wilayah". Pendapat ini muncul dikarenakan letak geografis Metro yang berada di tengah antara desa kolonis pertama yaitu Rancangpurwo dan desa induk Trimurjo.[11][17][18] Versi ketiga nama Metro berasal dari kata "Mitro" (Bahasa Jawa) yang berarti artinya teman, mitra, kumpulan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang dari berbagai daerah di luar wilayah Sumatra yang masuk ke daerah Lampung.[11] Pada zaman kemerdekaan nama Kota Metro tetap Metro. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati yang pertama menjabat adalah Burhanuddin (1945-1948)

Masa pendudukan Jepang sunting

Setelah invasi Jepang di Indonesia pada tahun 1942, semua personil Belanda dievakuasi atau ditangkap.[19] Program (trans)migrasi dilanjutkan di bawah nama Kakari Imin,[20] dan 70 (trans)migran asal Jawa digunakan sebagai kerja paksa dalam pembangunan landas pacu di Natar (kelak menjadi Bandar Udara Internasional Radin Inten II) dan Astra Ksetra (kelak menjadi Pangkalan TNI Angkatan Udara Pangeran Mohammad Bunyamin), serta berbagai bunker dan aset strategis lainnya; mereka yang menolak akan ditembak.[19]
Warga lainnya kurang gizi, dengan hasil panen mereka yang diambil oleh pasukan pendudukan Jepang. Penyakit menyebar secara merajalela ke seluruh warga, yang dibawa oleh kutu. Kematian umum terjadi, sedangkan para perempuan termasuk istri-istri para pekerja paksa, diambil sebagai wanita penghibur.[20]
Pada zaman Jepang, Residente Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu:

  1. Teluk Betung Ken
  2. Metro Ken
  3. Kotabumi Ken

Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga, dan Kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk merebut kembali Metro. Ketika mereka pertama kali tiba, mereka tidak dapat masuk jembatan ke kota Tempuran karena telah dihancurkan oleh pasukan 26 TNI di bawah komando Letnan Dua (Letda) Bursyah; konvoi Belanda terpaksa mundur. Namun, hari berikutnya Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan menyerang dari Tegineneng, akhirnya memasuki kota dan menewaskan 3 tentara Indonesia.[21] Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah monumen di Tempuran, Lampung Tengah, tepatnya di pintu masuk Kota Metro.

Masa kemerdekaan Indonesia sunting

Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan:

  • Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.
  • Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenan Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri.
  • Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.

Dengan dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam Kecamatan Metro).

Dalam praktik, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas pemerintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan setempat.

Penetapan Hari Jadi sunting

Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia Belanda pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan berikutnya. Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro, juga terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung, dan Trimurjo. Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi yang sudah bermukim di onder distrik yang biasa disebut bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi.

Kedatangan kolonis pertama di desa Trimurjo yaitu pada hari Sabtu tanggal 4 April 1936 yang ditempatkan pada bedeng-bedeng kemudian diberi penomoran kelompok bedeng, dan sampai saat ini istilah penomorannya masih populer dan masih dipergunakan oleh masyarakat Kota Metro pada umumnya.

Jika datang ke Kote Metro dan desa di kabupaten sekitar kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng, yaitu:

  • Bedeng 1, bedeng 4, bedeng 5, bedeng 10: untuk menyebut wilayah di kelurahan Trimurjo;
  • Bedeng 2, bedeng 3: untuk menyebut wilayah di kelurahan Adipuro;
  • Bedeng 6c, 6 polos, 6b, 6d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Liman Benawi;
  • Bedeng 7a, 7c, 8: untuk menyebut wilayah di kelurahan Depokrejo;
  • Bedeng 11a, 11b, 11c, 11d, 11f: untuk menyebut wilayah di kelurahan Simbarwaringin;
  • Bedeng 12a, 12b, 12c, 12d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tempuran;
  • Bedeng 13a, 13 polos, 20: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwodadi;
  • Bedeng 14-1, 14-2, 14-3, 14-4: untuk menyebut wilayah di kelurahan Ganjaragung dan Ganjar asri;
  • Bedeng 15a, 15 polos: untuk menyebut wilayah di kelurahan Iringmulyo;
  • Bedeng 16a, 16b, 16d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyosari;
  • Bedeng 16c: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyojati;
  • Bedeng 17a, 17 polos, 18, 19: untuk menyebut wilayah kelurahan Untoro;
  • Bedeng 21a, 21 polos: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosodadi;
  • Bedeng 21c: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosomulyo;
  • Bedeng 22: untuk menyebut wilayah kelurahan Hadimulyo;
  • Bedeng 23: untuk menyebut wilayah kelurahan di Metro Utara;
  • Bedeng 24: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tejosari dan Tejoagung;
  • Bedeng 25, 26: untuk menyebut wilayah di kelurahan Margorejo;
  • Bedeng 27: untuk menyebut wilayah di kelurahan Sumbersari;
  • Bedeng 28, 29: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwosari;
  • Bedeng 30-67: untuk menyebut wilayah di daerah Batanghari dan Sekampung.

Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan Distrik yang membuat semakin menguatkan akan kentalnya sejarah bekas kolonisasi penjajahan Belanda di kota ini. Di Kota Metro banyak masyarakat yang menyebutkan nomor bedeng/distrik tersebut dikarenakan lebih mudah dan familiar.

Setelah ditempati oleh para kolonis dari pulau Jawa, daerah bukaan baru yang termasuk dalam kewedanaan Sukadana yaitu Marga Unyi dan Buay Nuban ini berkembang dengan pesat. Daerah ini menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis pun semakin bertambah, sementara kegiatan perekonomian mulai tambah dan berkembang.

Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni dengan melepaskannya dari hubungan marga. Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937 nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.

Masa 1945-1986 sunting

Sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1986, Metro berstatus kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan 11 (sebelas) desa. Adapun 6 kelurahan itu adalah:

  1. Kelurahan Metro
  2. Kelurahan Mulyojati
  3. Kelurahan Tejosari
  4. Kelurahan Yosodadi
  5. Kelurahan Hadimulyo
  6. Kelurahan Ganjar Agung

Sedangkan 11 desa tersebut adalah:

  1. Desa Karangrejo
  2. Desa Banjar Sari
  3. Desa Purwosari
  4. Desa Margorejo
  5. Desa Rejomulyo
  6. Desa Sumbersari
  7. Desa Kibang
  8. Desa Margototo
  9. Desa Margajaya
  10. Desa Sumber Agung
  11. Desa Purbosembodo

Masa 1986 - 2000 sunting

Atas dasar Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1986 tanggal 14 Agustus 1986 dibentuk Kota Administratif Metro yang terdiri dari Kecamatan Metro Raya dan Bantul yang diresmikan pada tanggal 9 September 1987 oleh Menteri Dalam Negeri.

Pada perkembangannya, 5 desa di sebelah selatan aliran Sungai/Way Sekampung dibentuk menjadi sebuah kecamatan baru, yaitu Kecamatan Metro Kibang dan dimasukkan ke dalam wilayah pembantu Bupati Lampung Tengah wilayah Sukadana (sekarang masuk menjadi Kabupaten Lampung Timur).

Dengan kondisi dan potensi yang cukup besar serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, Kotif Metro tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan juga pusat pemerintahan, maka sewajarnyalah dengan kondisi dan potensi yang ada tersebut Kotif Metro ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Metro.

Harapan memperoleh Otonomi Daerah terjadi pada tahun 1999, dengan dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal 20 April 1999 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999 di Jakarta bersama-sama dengan Kota Dumai (Riau), Kota Cilegon (Jawa Barat kemudian Banten), Kota Depok (Jawa Barat), Kota Banjarbaru (Kalsel), dan Kota Ternate (Maluku Utara).

Kota Metro pada saat diresmikan terdiri dari 2 kecamatan, yang masing-masing adalah sebagai berikut:

Kecamatan Metro Raya, membawahi:

  1. Kelurahan Metro
  2. Kelurahan Ganjar Agung
  3. Kelurahan Yosodadi
  4. Kelurahan Hadimulyo
  5. Kelurahan Banjarsari
  6. Kelurahan Purwosari
  7. Kelurahan Karangrejo

Kecamatan Bantul, membawahi:

  1. Kelurahan Mulyojati
  2. Kelurahan Tejosari
  3. Desa Margorejo
  4. Desa Rejomulyo
  5. Desa Sumbersari

Masa 2000 sampai sekarang sunting

 
Peta Administrasi Kota Metro

Kota Metro terbagi atas 5 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan.

  1. Metro Barat : 11,28  km²
  2. Metro Pusat : 11,71  km²
  3. Metro Selatan : 14,33  km²
  4. Metro Timur : 11,78  km²
  5. Metro Utara : 19,64  km²

Kecamatan Metro Pusat

  • Kelurahan Metro
  • Kelurahan Imopuro
  • Kelurahan Hadimulyo Timur
  • Kelurahan Hadimulyo Barat
  • Kelurahan Yosomulyo

Kecamatan Metro Timur

  • Kelurahan Iringmulyo
  • Kelurahan Yosodadi
  • Kelurahan Yosorejo
  • Kelurahan Tejosari
  • Kelurahan Tejoagung

Kecamatan Metro Barat

  • Kelurahan Mulyojati
  • Kelurahan Mulyosari
  • Kelurahan Ganjar Asri
  • Kelurahan Ganjar Agung

Kecamatan Metro Utara

  • Kelurahan Banjar Sari
  • Kelurahan Karang Rejo
  • Kelurahan Purwosari
  • Kelurahan Purwoasri

Kecamatan Metro Selatan

  • Kelurahan Sumbersari
  • Kelurahan Margorejo
  • Kelurahan Margodadi
  • Kelurahan Rejomulyo

Geografis sunting

Batas wilayah sunting

Kota Metro memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara Punggur, Lampung Tengah dan Pekalongan, Lampung Timur
Timur Pekalongan, Lampung Timur dan Batanghari, Lampung Timur
Selatan Metro Kibang, Lampung Timur
Barat Trimurjo, Lampung Tengah

Kondisi tanah sunting

Berdasarkan karakteristik topografinya, Kota Metro merupakan wilayah yang relatif datar dengan kemiringan <6°, tekstur tanah lempung dan liat berdebu, berstruktur granular serta jenis tanah podzolik merah kuning dan sedikit berpasir. Sedangkan secara geologis, wilayah Kota Metro di dominasi oleh batuan endapan gunung berapi jenis Qw.

Iklim sunting

Metro
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
349
 
30
22
 
 
300
 
31
22
 
 
288
 
31
23
 
 
196
 
32
23
 
 
142
 
32
22
 
 
126
 
31
22
 
 
91
 
31
22
 
 
91
 
31
22
 
 
96
 
31
22
 
 
119
 
32
22
 
 
189
 
32
23
 
 
304
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: Climate-Data.org [22]

Wilayah Kota Metro yang berada di Selatan Garis Khatulistiwa pada umumnya beriklim humid tropis dengan kecepatan angin rata-rata 70 km/hari. Ketinggian wilayah berkisar antara 25–60 m dari permukaan laut (dpl), suhu udara antara 26 °C 34 °C, kelembaban udara 80%-91% dan rata-rata curah hujan per tahun 2.264 sampai dengan 2.868 mm.

Data iklim Metro
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.9
(85.8)
30.6
(87.1)
31.2
(88.2)
31.7
(89.1)
31.6
(88.9)
31.3
(88.3)
31.1
(88)
31.2
(88.2)
31.4
(88.5)
31.9
(89.4)
31.7
(89.1)
30.8
(87.4)
31.2
(88.2)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.4
(72.3)
22.4
(72.3)
22.6
(72.7)
22.5
(72.5)
22.3
(72.1)
21.8
(71.2)
21.7
(71.1)
21.6
(70.9)
22.0
(71.6)
22.2
(72)
22.6
(72.7)
22.5
(72.5)
22.2
(72)
Presipitasi mm (inci) 349
(13.74)
300
(11.81)
288
(11.34)
196
(7.72)
142
(5.59)
126
(4.96)
91
(3.58)
91
(3.58)
96
(3.78)
119
(4.69)
189
(7.44)
304
(11.97)
2.291
(90,2)
Sumber: Climate-Data.org [22]

Penggunaan lahan sunting

Pola penggunaan lahan di Kota Metro secara garis besar dikelompokan ke dalam dua jenis penggunaan, yaitu lahan terbangun (build up area) dan tidak terbangun. Lahan terbangun terdiri dari kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari persawahan, perladangan, dan penggunaan lain-lain.

Kawasan tidak terbangun di Kota Metro didominasi oleh persawahan dengan sistem irigasi teknis yang mencapai 2.982,15 hektar atau 43,38% dari luas total wilayah. Selebihnya adalah lahan kering pekarangan sebesar 1.198,68 hektar, tegalan 94,49 hektar, dan sawah non irigasi sebesar 41,50 hektar

Rencana perluasan wilayah sunting

Dengan alasan historis, kota Metro menegaskan dukungan sepenuhnya atas ekspansi hingga ke Kecamatan Punggur (Lampung Tengah), Pekalongan (Lampung Timur), Trimurjo (Lampung Tengah), dan Metrokibang (Lampung Timur).[23] Namun pihak Lampung Tengah menunggu izin dari pemerintah pusat untuk menyerahkan beberapa kecamatannya.[24]

Pemerintahan sunting

Daftar Walikota Metro sunting

Kota Metro dipimpin oleh seorang Wali kota dikarenakan keadaan dan status wilayah yang ada di Kota Metro. Saat ini, jabatan wali kota Metro dijabat oleh Wahdi dengan jabatan wakil wali kota dijabat oleh Qomaru Zaman. Berikut ini adalah daftar Wali Kota Metro:

No Wali Kota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Wakil Wali Kota Ket.
1   Mozes Herman 2000 2005 1 Lukman Hakim

  Joko Umar Said[25]
(Penjabat)
2004 2005

2   Lukman Hakim[26] 20 Agustus 2005 20 Agustus 2010 2 Djohan
20 Agustus 2010 20 Agustus 2015 3 Saleh Chandra
  Achmad Chrisna Putra[27]
(Penjabat)
20 Agustus 2015 17 Februari 2016

3   Ahmad Pairin[28] 17 Februari 2016 17 Februari 2021[29] 4 Djohan
Misnan
(Pelaksana harian)
17 Februari 2021 26 Februari 2021
4   Wahdi 26 Februari 2021 Petahana 5

Qomaru Zaman

Dewan Perwakilan sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Metro dalam dua periode terakhir.[30][31][32]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 2   2
Gerindra 3   0
PDI-P 4   5
Golkar 3   6
NasDem 2   3
PKS 3   4
PAN 3   2
Hanura 1   0
Demokrat 4   3
Jumlah Anggota 25   25
Jumlah Partai 9   7

Pada Pemilu Legislatif 2014, DPRD Kota Metro adalah sebanyak 25 orang dan tersusun dari perwakilan 9 partai.[33]

No Jabatan Nama Partai Politik
1 Ketua DPRD Tondi Muammar Ghadaffi N., S.T[34] Partai Golkar
2 Wakil Ketua DPRD Hj. Anna Morinda, SE,MM[35] PDIP
3 Wakil Ketua DPRD Ahmad Kuseini, M.Pd [36] PKS

Perangkat Pemerintahan sunting

Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang peresmiannya dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Metro pada mulanya dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2001 yang terdiri dari 9 Dinas Otonom Daerah, yaitu: 10 Bagian Sekretariat Daerah, 4 Badan dan 2 Kantor. Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, Pemerintah Daerah Kota Metro melakukan penataan organisasi Perangkat Daerah sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.

Kecamatan sunting

Kota Metro terdiri dari 5 kecamatan dan 22 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 165.368 jiwa dengan luas wilayah 61,79 km² dan sebaran penduduk 2.676 jiwa/km².[37][38]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Metro, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
18.72.03 Metro Barat 4
18.72.01 Metro Pusat 5
18.72.05 Metro Selatan 4
18.72.04 Metro Timur 5
18.72.02 Metro Utara 4
TOTAL 22

Pelayanan publik sunting

Rumah sakit, puskesmas, dan klinik sunting

* RSUD Ahmad Yani /Metro
  • RSUD Sumbersari Bantu
  • RS Islam Metro
  • RS Mardi Waluyo
  • RSU Muhammadiyah
  • RS AMC (Anugerah Medical Center)
  • RS Bersalin Asih 15A Iringmulyo
  • Rumah Sakit Azizah, 15B Timur
  • RSIA Permata Hati
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Pusat
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Utara
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Selatan
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Timur
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Barat
  • Klinik Laodikia, Hadimulyo Timur
  • Klinik Hadi Wijaya, Hadimulyo Timur
  • Klinik Hadimulyo Husada Metro

Perpustakaan sunting

Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota tepatnya di Kawasan II Pusat Pemerintahan Kota Metro. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka, arsip daerah dan sejarah, Koneksi Internet WiFi fiber optic kecepatan tinggi dan air conditioner (AC). Perpustakaan ini dibangun sejak tahun 2002. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi masyarakat Kota Metro dan kabupaten sekitarnya.

 
Masjid Taqwa di Alun Alun Kota Metro

Rumah ibadah sunting

  • Masjid Taqwa Kota Metro
  • Majid Al-Mujahidin Komplek Muhammadiyah Metro
  • Masjid Agung Nurul Huda, Ganjar Agung Kota Metro
  • Gereja Kristen Indonesia Metro
  • Gereja Katolik Hati Kudus Yesus 21a Metro
  • Vihara Buddha Dharma Dipa, 15a Kota Metro
  • Pura Giri Natha, 16c Metro Barat

Fasilitas olahraga dan Ruang Terbuka Hijau sunting

  • Taman Merdeka Kota Metro (atau Alun-Alun Metro)
  • Gedung Olah Raga (GOR) Jurai Siwo
  • Lapangan Tenis Rumdis Wali kota Metro
  • Stadion Tejosari Metro Timur
  • Samber Park Metro Pusat
  • Lapangan Hadimulyo Barat
  • Lapangan Hadimulyo Timur (Lap. SD)
  • Lapangan Futsal di berbagai tempat seperti Intan Sport dan Wawai Sport Center
  • Taman Mulyojati Metro Barat
  • RHT Karang Rejo Metro Utara

Landmark atau ikon kota sunting

  • Tugu Pena Buku, Alun Alun Kota Metro
  • Menara Meterm, Taman Merdeka Metro, Metro
  • Menara PAM, Kota Metro
  • Tugu pesawat Latsitardanus, Kota Metro
  • Monumen Buku dan Pena, perbatasan Kelurahan Ganjar Agung, Kota Metro dan Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah
  • Masjid Taqwa, Kota Metro
  • Monumen Pengantin Lampung

Hutan kota sunting

Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Hutan kota yang terdaftar yaitu:

  • Hutan Kota Linara Tejoagung - Metro Timur
  • Hutan Kota Stadion Tejosari – Metro Timur
  • Hutan Kota Terminal 16 C Mulyojati – Metro Barat
  • Hutan Kota Tesarigaga Ganjarasri dan Ganjaragung - Metro Barat
  • Hutan Kota Rejomulyo, SMAN 6 Metro Selatan

Taman kota sunting

  • Taman Merdeka, Alun Alun Kota Metro
  • Taman Demokrasi di Kelurahan Ganjar Agung, Metro Barat
  • Taman Mulyojati, Metro Barat
  • Taman Hutan Kota 16C Metro Barat
  • Taman Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Keluruhan Iringmulyo Metro Timur
  • Taman Wawai, Dinas Pertanian dan Perikanan, Ganjar Agung, Metro Barat

Pariwisata sunting

Objek Wisata sunting

  • Waterpark and Waterboom Palem Indah
  • Taman Metro Indonesia Indah (TMII)
  • Kolam Renang Stadion Tejosari
  • Bendungan Dam Way Raman
  • Jembatan Gantung 28, Metro Utara
  • Grand Venetian Family Karaoke
  • Jembatan Gantung Pelita, Rejomulyo, Metro Selatan
  • Timezone Center, Chandra Dept. Store Lt.3 Kota Metro
  • Goa Prasejarah Wara, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
  • Goa Prasejarah Macan Putih, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
  • Wisata Alam Sawah Bertingkat, 26 Metro Selatan
  • Wisata Alam Sumbersari, Rejomulyo Metro Selatan
  • Flying Fox Zipline Sumbersari, Metro Selatan

Event khusus atau acara besar sunting

Walaupun Kota Metro merupakan kota kecil, tetapi event dan acara besar sering ditemui setiap tahunnya. Selain mempromosikan Kota Metro,Event ini juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata daerah.

  • Metro Fair

Metro Fair adalah pameran tahunan yang ada di Kota Metro. Metro Fair biasanya berlangsung selama satu minggu penuh atau lebih dari awal Juni untuk memperingati hari jadi Kota Metro.

Metro Fair pertama diadakan pada tahun 2000. Sampai saat ini setiap tahun penyelenggaraannya tidak pernah terputus. Dari 2000 sampai 2016 Metro Fair sering berlangsung di Lapangan Samber. Namun dalam beberapa tahun yang lalu, Metro Fair pernah diadakan di Stadion Tejosari, 24 Metro Timur namun pengunjung yang datang sedikit akibat jarak tempuh yang jauh dan kurangnya akomodasi angkutan umum ke tempat acara.

  • MTQ Tingkat Kota Metro

Ajang MTQ sudah lama ada di Kota Metro. Kota Metro pernah menjadi tuan rumah MTQ Provinsi Lampung ke 43.[39] Ajang MTQ Kota Metro tidak hanya lagu yang dilombakan, juga termasuk cerdas cermat, pidato, kaligrafi, dan lain sebagainya.MTQ juga diselenggarakan antar dan di dalam instansi tertentu.

  • Festival Putri Nuban

Nama Festival Putri Nuban (FPN) mulai dikenalkan sejak tahun 2013, ketika Kota Metro genap berusia 76 tahun. Festival ini turut merayakan hari ulang tahun Kota Metro yang biasanya digelar setiap tanggal 9 Juni yang disebut Metro Fair. Penamaan Nuban sendiri berasal dari nama keresidenan/marga yang memberikan sebagian wilayahnya (termasuk Keresidenan Sukadana) kepada kolonis pada masa penjajahan dahulu sebagai pengingat jasa dan kerendahan hati kebuayan nuban kepada kolonis yang datang di bumi Lampung.

Bioskop sunting

Walau Metro sebuah kota kecil, tempo dulu sekitar tahun 1990-an telah bediri 4 bioskop yaitu Nuban Ria Theater, Metropole Theather, Department Store Chandra, dan Bioskop Metro Theater Shopping (Pertokoan Metro). Namun kini tak ada satupun yang masih bertahan. Bahkan, bangunan bioskop sudah digantikan dengan bangunan yang baru atau dialih fungsikan seperti Bioskop Nuban Ria yang dihancurkan dan diganti dengan Ruko Nuban Center senada dengan Metropole Theater, Department Store Chandra yang beralih fungsi sebagai kanal fashion di Departement Store Chandra.

Kuliner sunting

  • Keripik pisang

Keripik pisang merupakan oleh-oleh khas Lampung yang dijual di Yosodadi, Distrik 21 Metro Timur, Supermarket lokal, serta deretan Toko oleh-oleh di Distrik 21. Perbedaan dari keripik pisang khas lampung lainnya dengan Kota Metro yaitu jenis keripik yang sekali makan (Bit size) dan berpori (berlubang lubang) seperti waffle dengan rasa yang bermacam-macam, contohnya yang paling populer yaitu keripik pisang rasa coklat, original, keju, susu, melon, moka, dan lain-lain dengan berbagai merk dan kemasan.

  • Kemplang

Kemplang merupakan sebuah jenis kerupuk yang digoreng dengan pasir atau dipanggang yang menimbulkan rasa khas. Kemplang dapat dijumpai di daerah Distrik 22a tepatnya Kelurahan Hadimulyo Timur dan Distrik 15b Timur, Kelurahan Imopuro Metro Pusat.

  • Seruit dan pindang

Makanan Asli Khas Lampung dan Sumatera Selatan ini banyak sekali dijumpai di Kota Metro, Seperti di Pindang Meranjat Riu (21 Yosomulyo), Ibung Err (Distrik 21c), Rumah Makan Omega (Kodim Distrik 22 Hadimulyo Barat), RM Seruwit Hj. Yohana (24 Tejoagung).

Demografi sunting

Berdasarkan sensus BPS, kota ini memiliki populasi penduduk sebanyak 160,729 jiwa (sensus 2016),[2] dengan luas wilayah sekitar 68,74 km2.

Agama sunting

Di Kota Metro memiliki masyarakat yang terdiri dari pemeluk agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.

Etnis dan suku bangsa sunting

Mayoritas penduduk kota Metro berasal dari etnis Jawa. Etnis berikutnya yang cukup mudah ditemui di Kota Metro yaitu Suku Lampung, Suku Sunda, Suku Ogan, Suku Semendo, Suku Batak, Suku Minang, Suku Palembang, Etnis Melayu dan Etnis Tionghoa. Etnis Jawa di Kota Metro tersebar di hampir semua kawasan kota dan umumnya telah membaur dengan etnis lain sejak masa kolonialisme.

Bahasa sunting

Masyarakat Metro yang plural menggunakan berbagai bahasa seperti bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung dan beberapa bahasa daerah lainnya seperti Bahasa Jawa, Bahasa Minang, Bahasa Sunda namun umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia. Program kolonisasi yang dilakukan Belanda terhadap transmigran dari jawa serta pembukaan lahan yang dilakukan oleh kolonis yang dibawa oleh Belanda tersebut, membuat di Kota Metro banyak dijumpai Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.

Mata pencaharian penduduk sunting

Mata pencaharian penduduk Kota Metro pada tahun 2005 bergerak pada sektor pemerintahan (28,56%), sektor perdagangan (28,18), sektor pertanian (23,97%), transportasi dan komunikasi (9,84%) serta konstruksi (5,63%). Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, seperti Lampung Tengah dan Lampung Timur yang mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di pagi, siang dan sore hari penduduk Metro lebih padat dibanding jumlah penduduk resminya.

Kesehatan sunting

Rumah sakit sunting

Kode Nama Rumah Sakit Jenis Tipe Alamat
1. 1872016 RSUD Ahmad Yani RSUD B Jalan Jend. A. Yani №13, Imopuro, Kec. Metro Pusat, Kota Metro, Lampung 34124
2. 1872031 RS Islam Metro RS D Jalan Jend. AH. Nasution №250, Yosodadi, Kec. Metro Timur, Kota Metro, Lampung 34111
3. 1871020 RS Mardi Waluyo RS C Jalan Jendral Sudirman №156, Metro, Kec. Metro Pusat, Kota Metro, Lampung 34125
4. 1872042 RS Muhammadiyah Metro RS C Jalan Soekarno–Hatta №42, Mulyojati, Kec. Metro Barat, Kota Metro, Lampung 34125
5. 1872053 RSIA AMC Metro RSIA C Jalan Kunang №15, Metro, Kec. Metro Pusat, Kota Metro, Lampung 34111
6. 1872065 RSIA Asih Metro RSIA C Jalan Ahmad Yani №52, Yosorejo, Kec. Metro Timur, Kota Metro, Lampung 34124
7. 1872064 RSIA Permata Hati RSIA C Jalan Jend. AH. Nasution №34, Yosorejo, Kec. Metro Timur, Kota Metro, Lampung 34124

Pendidikan sunting

Sebagai Kota Pendidikan, Kota Memiliki fasilitas pendidikan yang mendukung dan sangat baik[kenetralan diragukan]

Perguruan tinggi negeri sunting

Perguruan tinggi swasta dan akademi sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 22 Agustus 2021. 
  2. ^ a b c Kota Metro Dalam Angka 2021. BPS Kota Metro. 02-2020. hlm. 25. ISBN 978-602-6819-53-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-22. Diakses tanggal 2021-08-22. 
  3. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022" (pdf). www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 11 Februari 2023. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 22 Agustus 2021. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-17. Diakses tanggal 2016-06-10. 
  6. ^ Tempo (8 Juni 2015). Widayati, Rully, ed. "Metro-Bandar Lampung Akan Jadi Kota Metropolitan". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-04. Diakses tanggal 04 Agustus 2021. 
  7. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 18
  8. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 2
  9. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 25
  10. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 20
  11. ^ a b c Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 28
  12. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 29–30
  13. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 30
  14. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 31–39
  15. ^ M.G.H.A fr Graaff, A.M. Tempelars (1990). Kolonisatie-verslag Lampongsche Districten Over Het Vierde Kwartal dan Ritchlijnen voor Kolonisatie. Den Haag: Nationaal Archief. hlm. 235. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 2023-06-13. 
  16. ^ "NL-HaNA 2.10.39.ead | PDF". Scribd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 2023-06-13. 
  17. ^ Amboro, Kian (2023-06-06). "Dari Metropolis Hingga Meterm, Telisik Asal Mula Nama Kota metro". KianAmboro. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 2023-06-13. 
  18. ^ Prahana 1997, hlm. 20
  19. ^ a b Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 48–50
  20. ^ a b Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 54
  21. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 58–59
  22. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-11-11. 
  23. ^ http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/49441-ekspansi-metro-mencuat-lagi-
  24. ^ http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/49726--ambil-saja-kalau-bisa-
  25. ^ "Joko Umar Said". lampung-script.berani.web.id. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  26. ^ "Pemerintah Kota Metro". Indoplaces.com. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  27. ^ Pilar, Harian (2015-09-14). "Chrisna Putra Pertahankan Predikat Metro Kota Pendidikan". Harian Pilar. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  28. ^ Feb 2016, Ahmad Romadoni 17; Wib, 14:59. "Lantik Wali Kota dan Bupati di Lampung, Ini Imbauan Ketua MPR". liputan6.com. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  29. ^ "Karangan Bunga Banjiri Pemkot Metro Akhir Masa Jabatan Walikota dan Wakil Walikota Metro". Haluan Indonesia. 2021-02-17. Diakses tanggal 2021-02-20. 
  30. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Metro Periode 2014-2019
  31. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Metro 2019-2024
  32. ^ "Web Resmi DPRD Kota Metro Propinsi Lampung". dprd.metrokota.go.id. Diakses tanggal 2022-06-19. 
  33. ^ "Website Resmi DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-14. Diakses tanggal 2019-02-14. 
  34. ^ "Ketua I DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-02-14. 
  35. ^ "Ketua II DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-02-14. 
  36. ^ "Ketua III DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-02-14. 
  37. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  38. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  39. ^ Anita, Dewi. "Metro Tahun Ini Akan Jadi Tuan Rumah MTQ Tingkat Provinsi". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-14. Diakses tanggal 2016-11-14. 

Bacaan lanjutan sunting

  • Prahana, Naim Empel (1997). Cerita rakyat dari Lampung (dalam bahasa Indonesian). 2. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 979-669-015-2. 
  • Sudarmono; Edi Ribut Harwanto, ed. (2004). Metro: Desa Kolonis Menuju Metropolis (dalam bahasa Indonesian). Metro, Indonesia: Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Metro. 

Pranala luar sunting