Kontrapung (bahasa Inggris: counterpoint, bahasa Belanda: kontrapunt) adalah salah satu teori musik yang mengajarkan seni susunan melodi banyak (polifoni). Kontrapung lahir sebelum Era Barok (1600-1750), yang berpuncak dengan karya Johann Sebastian Bach (1685-1750).

Sejarah lahirnya Kontrapung sunting

Notasi Gregorian tahun 590 sunting

Notasi musik lahir pada tahun 590 yang disebut Notasi Gregorian, yang ditemukan oleh Paus Gregorius Agung. Sebelumnya musik tidak memiliki peninggalan tertulis. Pada masa hidupnya Paus Gregorius telah menyalin ratusan lagu-lagu Gereja dalam notasi Gregorian tersebut. Notasi ini memakai 4 garis sebagai balok not, tetapi belum ada notasi iramanya (hitungan berdasarkan perasaan penyanyi). Di sini sifat lagu masih sebagai lagu tunggal atau monofoni.

Musik organum 1150-1400 sunting

Pada awalnya orang menyanyi dengan nada yang sama, atau disebut dengan organum, nada atas dinyanyikan oleh wanita atau anak-anak, sedangkan nada rendah dinyanyikan oleh laki-laki. Di sini terjadi susunan lagu berjarak oktaf, suara tinggi (wanita/anak-anak) dan suara rendah (laki-laki).

Musik discant 1400-1600 sunting

Ternyata tidak semua dapat mengikuti suara tinggi atau suara rendah.Oleh sebab itu diputuskan untuk membuat suara yang kuart lebih rendah mengikuti melodi, kuart tinggi maunpun kuart rendah, dan musik yang demikian ini disebut musik diafoni (dia=dua, foni=suara).

Basso ostinato Tahun 1600 sunting

Orang-orang Italia pada tahun sekitar 1600 menemukan apa yang disebut Basso Ostinato atau Bass yang bergerak dengan pola yang sama, berupa rangkaian nada-nada yang bergerak selangkah demi selangkah ke bawah atau ke atas, kemudian diulang pada rangkaian nada lain secara sama.

Musik polifoni Era Barok 1600-1750 sunting

Ternyata suara yang mengikuti sama dengan melodi menjadi membosankan, maka mulailah suara tidak bergerak secara sejajar, tetapi dengan arah yang berlawanan. Komponis Giovani Perluigi da Palestrina (1515-1594) adalah perintis tentang hal ini, dan disusun teori mengenai musik melodi banyak (polifoni), sehingga setiap nada atau titik (punctus=point) bergerak secara mandiri atau berlawanan (counter), di sinilah lahir teori kontrapung. Palestrina menyusun buku yang pertama tentang teori kontrapung ini.

Johann Sebastian Bach (1685-1750) adalah salah satu empu musik polifoni dengan teknik kontrapung yang sangat tinggi, karena disusun seperti matematik. Hampir semua komponis Era Barok (1600-1750) menyusun dengan teknik kontrapung, misalnya George Frederic Handel (1685-1759) dari Inggris, Antonio Vivaldi (1678 - 1741) dari Italia, yang lain George Philipp Telemann, Arcangelo Corelli, Henry Purcell, Domenico Scarlatti, Jean-Philippe Rameau, dsb.

Sebagai contoh lagu rakyat dengan gaya polifoni adalah Bapak Yakub.

Pada awalnya orang menyusun dengan Kontrapung Terikat atau Strict Counterpoint, namun kemudian menadapat kebebasan berdasarkan teori Kontrapung Bebas atau Free Counterpoint.

Musik homofoni era klasik 1750-1825 sunting

Selanjutnya pada Era Klasik (1750-1825) ditemukan susunan akord yang berdasarkan tri-suara (triad), selanjutnya berkembang dengan empat suara atau lebih. Musik yang demikian ini disebut Musik Homofoni, sehingga kontrapung menjadi variasi melodi yang kontrapungtis.

Para komponis Era Klasik (1750-1825) adalah Carl Philipp Emmanuel Bach dan Johann Christian Bach (anak-anak JS Bach yang tidak mengikuti sang ayah yang polifoni), Johann Stamitz, Franz Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, Luigi Boccherini, Christoph von Gluck, Franz Schubert, dan Ludwig van Beethoven.

Musik Era Klasik didominasi dengan karya Konserto, Sonata, Symphony, Variasi, Lagu (Lied), dlsb.

Teori Kontrapung Dasar (1600 - 1750) sunting

Canto Fermus (CF) atau lagu dasar sunting

Dalam menyusun Kontrapung dikenal apa yang disebut Canto Fermus (CF) atau Lagu Utama sebagai patokan, yaitu merupakan arahan jalannya rangkaian kontrapung di mana melodi lawan (kontrapung) disusun. CF bisa berada di atas atau di bawah kontrapung.

Kontrapung atau lagu berlawanan sunting

Selanjutnya, kalau CF telah ditentukan, maka kontrapung dapat disusun dengan anyaman di bawah ataupun di atas CF.

Lima pola kontrapung dasar sunting

Ada lima pola pada kontrapung terikat (strict counterpoint), yaitu:[1] [2] [3] [4]

1. Pola I (Species I): Nada kontrapung sama dengan nada CF durasinya, sehingga satu nada kontrapung dihadapkan berdursasi sama dengan nada CF

 
Contoh Pola I

2. Pola II (Species II): Nada Kontrapung berdurasi 1/2 dengan nada CF, sehingga dua nada kontrapung dihadapkan dengan satu nada CF,

 
Contoh: Pola II

3. Pola III (Species III): Nada Kontrapung berdurasi 1/4 dengan nada CF, sehingga empat nada kontrapung dihadapkan dengan satu nada CF,

 
Contoh: Pola III

4. Pola IV (Species IV): Nada Kontrapung disusun dengan Penundaan, sehingga satu nada kontrapung dihadapkan dengan penundaan terhadap satu nada CF,

 
Contoh: Pola IV

5. Pola V (Species V): Sulaman bebas dari Kontrapung terhadap CF, sehingga di sisni terjadi sulaman bebas dari nada-nada kontrapung terhadap satu nada CF.

 
Contoh: Pola V

Free counterpoint atau kontrapung bebas sunting

Perlu diketahui bahwa Kontrapung Bebas (Free Counterpoint) [5] disusun menurut perasaan namun masih beralur pada aturan kontrapung yang berlaku, di sini secara leluasa agar diperoleh Kontrapung yang indah. Pada Era Klasik (1750-1826) dan Era Romantik (1820-1910), kontrapung bebas dikembangkan dan banyak dipergunakan, hal ini menjadi keindahan sulaman anti melodi terhadap melodi utama.

Referensi sunting

  1. ^ Dasar-Dasar KONTRAPUN MUSIK, Sunaryo Joyopuspito, Bina Musik Remaja Jakarta, 2004
  2. ^ THE ART OF COUNTERPOINT, C.H. Kitson, Oxford Press, London, 1907, 1947
  3. ^ FUNDAMENTAL OF COUNTERPOINT, D.O. Morris, Oxford Press, London 1927
  4. ^ PRACTICAL COUNTERPOINT, Stewart Macpherson, London 1958
  5. ^ FREE COUNTERPOINT, William Lovelock, Norwick England 1955