Dalam artian terluas, koevolusi adalah "perubahan pada objek biologis yang dicetuskan oleh perubahan pada objek lain yang berkaitan dengannya".[1] Koevolusi dapat terjadi pada berbagai tingkatan biologis: ia dapat terjadi secara makroskopis maupun mikroskopis. Tiap-tiap pihak dalam suatu hubungan evolusioner memberikan tekanan seleksi kepada pihak lainnya, sehingga memengaruhi evolusi pihak lain tersebut. Koevolusi pada tingkat spesies meliputi evolusi spesies inang dengan parasitnya. Hal ini merupakan contoh evolusi mutualisme yang berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Evolusi yang berkembang karena faktor non-biologis seperti perubahan iklim tidak dapat dianggap sebagai koevolusi. Evolusi yang memiliki interaksi satu lawan satu seperti antara mangsa dengan predator, organisme inang dengan parasitnya, adalah koevolusi. Namun dalam kebanyakan kasus, hal ini tidaklah jelas. Suatu spesies dapat berevolusi sebagai respon dari tekanan seleksi dari banyak spesies lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya juga berevolusi merespon banyak spesies lainnya pula. Situasi ini dirujuk sebagai "koevolusi baur".

Lebah dan bunga telah berkoevolusi sedemikian rupanya sehingga keduanya menjadi saling bergantung satu sama lain agar dapat bertahan hidup.

Referensi sunting

  1. ^ Yip; Patel, P; Kim, PM; Engelman, DM; McDermott, D; Gerstein, M; et al. (2008). "An integrated system for studying residue coevolution in proteins". Bioinformatics. 24 (2): 290–292. doi:10.1093/bioinformatics/btm584. PMID 18056067.