Kebiri (disebut juga pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia.

Pengebirian Uranus: fresko karya Vasari & Cristofano Gherardi (sekitar 1560, Sala di Cosimo I, Palazzo Vecchio, Firenze).

Manusia sunting

Praktik pengebirian sudah dilakukan manusia bahkan jauh sebelum tercatat dalam sejarah.[1] Kebiri kadang kala dilakukan atas dasar alasan keagamaan atau sosial di budaya tertentu di Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Asia Timur. Setelah peperangan, pemenang biasanya mengebiri dengan memotong penis dan testis mayat prajurit yang telah dikalahkan sebagai tindakan simbolis "merampas" kekuatan dan keperkasaan mereka. Laki-laki yang dikebiri — orang kasim — biasanya dipekerjakan dan diterima pada kelas sosial istimewa dan biasanya menjadi pegawai birokrasi atau rumahtangga istana: khususnya harem. Pengebirian juga muncul dalam dunia keagamaan. Sementara beberapa agama seperti agama Yahudi sangat melarang praktik ini. Kitab Imamat misalnya secara khusus melarang orang kasim atau yang alat kelaminnya cacat untuk masuk menjadi biarawan Katolik, sebagaimana tradisi sebelumnya melarang hewan kebiri untuk dikorbankan.

Dalam sejarah Tiongkok, orang kasim atau disebut sida-sida diketahui memegang kekuasaan yang cukup besar di istana, terkadang merebut kekuasaan dari kaisar yang sah, seperti disebutkan dalam sejarah dinasti Han, dan masa menjelang akhir dinasti Ming. Peristiwa yang sama juga dilaporkan terjadi di Timur Tengah.

Pada masa purba, pengebirian juga melibatkan pemotongan seluruh alat kelamin pria, baik testis sekaligus penis. Praktik ini sangat berbahaya dan kerap mengakibatkan kematian akibat pendarahan hebat atau infeksi, sehingga dalam beberapa kebudayaan seperti Kekaisaran Byzantium, pengebirian disamakan dengan hukuman mati. Pemotongan hanya testisnya saja mengurangi risiko kematian.

Pembedahan untuk mengangkat kedua testis atau pengebirian secara kimia secara medis mungkin dilakukan sebagai prosedur pengobatan kanker prostat.[2] Pengobatan dengan mengurangi atau menghilangkan asupan hormon testosteron — baik secara kimia ataupun bedah dilakukan untuk memperlambat perkembangan kanker. Hilangnya testis yang berarti hilangnya pula hormon testosteron mengurangi hasrat seksual, obsesi, dan perilaku seksual.

Kaum transseksual laki-laki yang merasa dirinya perempuan ada yang menjalani prosedur orchiektomi, penghilangan alat kelami laki-laki, sebagai bagian dari operasi ganti kelamin dari laki-laki menjadi perempuan.

 
Pengebirian yang dilakukan pada kuda di bawah anestesi ketamin.

Referensi sunting

  1. ^ "On Target". On Target (newsletter). Target Health, Inc. 2003-07-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-03-11. Diakses tanggal 2007-04-30.  Section II: HISTORY OF MEDICINE
  2. ^ MaleCare.com

Kepustakaan sunting

  • Patrick Barbier, The World of the Castrati: the History of an Extraordinary Operatic Phenomenon Souvenir, 1996, ISBN 0-285-63309-0
  • Susan Elliott, Cutting Too Close for Comfort: Paul's Letter to the Galatians in Its Anatolian Cultic Context Reviews in Review of Biblical Literature [1]
  • Travis Nygard and Alec Sonsteby. "Castration Diarsipkan 2013-06-30 di Wayback Machine.." In The Cultural Encyclopedia of the Body, edited by Victoria Pitts, pages 502-507. Westport, CT: Greenwood Press, 2008.
  • Theresa McCuaig, "Understanding Castration[pranala nonaktif permanen]." 2009.

Pranala luar sunting